Andini Poetri akan melakukan apa pun untuk menjerat Aldebaran Alfahri, mantan tunangan sepupunya. Tujuannya membuat Aldebaran jatuh cinta lalu meninggalkan pria itu menjelang hari pernikahan mereka. Segala cara akan Andin tempuh untuk membalaskan de...
"Bangun, Ndin," bisik Al lembut di telinga Andin dan mencium pipinya.
"Pagi, Mas."
Andin tersenyum, mengingat malam indah yang mereka lewati bersama di tengah hutan. Setelah mandi, mereka berciuman dan bercinta dengan lembut sampai mereka tidak bisa membuka mata lebih lama lagi dan kemudian tertidur lelap dalam pelukan satu sama lain.
Andin menggosok matanya dan melirik Al. Dia sudah berpakaian lengkap, wajahnya berseri-seri dan tampak bersemangat sekali untuk pergi.
"Sarapan sudah ada di balkon. Ayo bangun, Ndin." Andin belum pernah melihat Al sesemangat ini.
Tanpa peringatan Al mengangkat tubuh Andin dari kasur dan menggendongnya ke kamar mandi. Andin memekik saat Al menurunkan tubuhnya yang telanjang ke bathub yang terisi air hangat.
"Ayo, Ndin. Guide nya akan datang setengah jam lagi."
"Guide?"
Al hanya tersenyum lebar tanpa memberi penjelasan lebih lanjut dan keluar dari sana. "Saya tunggu di balkon untuk sarapan!" Teriaknya.
Empat puluh lima menit kemudian, mereka berjalan menerobos hutan yang lebat. Mereka berjalan di sepanjang jalan sempit yang tidak rata yang tertutup lumpur tebal, tanaman merambat, akar pohon, dan bebatuan basah yang berlumut. Aran, pemandu mereka yang memiliki Bahasa Inggris cukup bagus, berjalan di depan Andin sambil menuntun mereka ke jalan yang paling tidak licin. Sementara Al yang berada di belakang Andin, selalu mengingatkan Andin untuk hati-hati dan melangkah persis mengikuti jejak kaki yang dibuat Aran.
Syukurlah sebelumnya Al sudah membelikan sepatu hiking dengan sol tebal untuk Andin, atau Andin akan terpeleset di jalanan hutan yang licin. Walaupun saat ini bukan musim hujan, kata Aran, tetapi hujan deras tetap menghujani daerah pedalaman Thailand yang subur ini setidaknya tiga kali seminggu. Oleh karena itu, tanahnya selalu licin karena lumpur.
Sepanjang perjalanan, Aran menunjuk ke pohon atau tumbuhan yang katanya memiliki khasiat penyembuhan atau bisa dimakan jika seseorang tersesat di hutan. Sesekali dia berhenti tiba-tiba dan tampak berkonsentrasi mendengarkan sesuatu, dan ketika Andin bertanya dengan suara pelan apa yang dia dengar, dia berbisik dari balik bahunya, "Ular."
Jawaban yang membuat Andin terus gelisah sepanjang perjalanan dan Andin masih juga belum tahu kemana tujuan mereka. Mereka berjalan selama beberapa menit melewati terowongan batu yang gelap hingga akhirnya mereka sampai di depan air terjun yang membuat semua kekhawatiran dan kelelahan Andin lenyap seketika. Meski tidak terlalu besar, tetapi air terjunnya tampak menakjubkan dan ekskusif karena terletak di kedalaman hutan hujan yang rimbun dan belum terjamah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mas Al! Kita boleh berenang disini, kan?" Tanya Andin antusias. Dia senang sekali Al mengajaknya ke air terjun karena sudah lama sekali Andin ingin mencoba berenang di bawah air terjun yang mengalir deras. Samar-samar dia ingat pernah menceritakan keinginannya itu kepada Al suatu hari di awal-awal hubungan mereka dan ternyata Al masih ingat dan bahkan mengabulkan keinginannya.
"Iya. Belum pernah kan berenang dekat air terjun?" Tanya Al, tersenyum lebar.
Andin menggeleng dan memeluk Al sangat erat, merasa terharu.
"Makasih banyak ya, Mas. Kamu udah repot-repot siapin liburan ini buat aku."
"Iya sama-sama. Tapi ini belum seberapa, Ndin. Tunggu sampai nanti malam." Kata Al tertawa.
"Emang nanti malam ada apa, Mas?" Tanya Andin.
"Surprise." Kata Al.
"Surprise melulu ih!" Kata Andin dan mencubit lengan Al dengan gemas.
"Kan biar kamu penasaran, Ndin." Ujar Al.
"Iya iya." Kata Andin mengusap-usap lengan Al untuk meredakan bekas cubitannya. "Makasih ya, Sayang."
Al tertawa dan mencium Andin dengan lembut. "Ayo ganti bajunya."
Setelah selesai mengganti baju, Al menggendong Andin ke atas bahunya dan berjalan ke arah bebatuan. Al menurunkan Andin dengan hati-hati dan mereka mulai berenang di kolam di bawah suara air terjun yang bergemuruh. Andin kaget ketika merasakan airnya yang dingin dan arusnya yang sangat kuat. Al memperingati Andin agar berenang dekat bebatuan dan tidak boleh berenang di bawah air terjun langsung.
Andin melihat Al berenang ke arahnya dan dia tidak bisa tidak mengagumi otot punggung Al yang bergerak dengan anggun.
"Hai," Sapa Andin saat Al muncul di hadapannya dan menarik tubuh Andin kepelukannya. Andin melingkarkan tangan dan kakinya di sekeliling pinggang Al. Mereka hanya tinggal berdua di sana karena Aran pergi ke sisi lain hutan untuk mencari tanaman obat yang dibutuhkannya. Dia bilang akan kembali sekitar dua jam lagi.
"Hai." Al tersenyum lebar dan mencium hidung Andin. Al membawa Andin ke air dangkal di antara bebatuan dan menciumnya. Andin mengalungkan lehernya ke leher Al saat mulut Al melahap mulutnya. Andin serasa melayang, terhuyung-huyung saat mulut Al melanjutkan serangannya dalam ciuman yang dalam dan menggetarkan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[Sebagian chapter sudah dihapus]
Author's Note: Some kisses, glances, and whispers are missing here... I saved them for the version that makes your heart melt completely💕 Wanna feel it all? The full scene is in the PDF eBook. DM me on my IG @iamwilonaa🥰