Disclaimer: 🔞
"Situasinya kelihatan jauh lebih baik minggu ini." Kata dokter Andi ketika Andin dan Al tiba untuk terapi seminggu kemudian.
Kali ini mereka duduk berdekatan, sambil berpegangan tangan. Ibu jari Al membelai jemari Andin, dan Andin menatap Al sambil tersenyum, merasa tenang dengan sentuhannya.
Dokter Andi membuka tutup tabletnya dan duduk dengan nyaman di kursinya. "Apakah ada yang ingin kalian bahas?"
"Minggu lalu adalah minggu yang sulit." Kata Andin lirih.
"Okay. Mari kita bicara tentang hal itu. Apa yang terjadi setelah sesi terapi minggu lalu?"
Andin menceritakan tentang kedatangannya ke apartemen Lisa dan apa yang mereka bicarakan, termasuk gerak-gerik Lisa yang menyiratkan kalau Al ada di dalam apartemen bersamanya saat itu.
"Tapi saya ga ada disana." Al menginterupsi.
"Okay. Tapi apakah Bu Andin berusaha mengecek ke dalam untuk membuktikan hal tersebut?"
Andin menggeleng dan mengamati dokter Andi mulai meletakkan stylus-nya dan mulai mengetik dengan cepat. Sikapnya yang serius membuat Andin cemas. "Tapi saya yakin Mas Al ga ada disana. Saya percaya sama Mas Al." Ujar Andin tiba-tiba.
Kepala dokter Andi terangkat dan dia mengamati Andin. Dia melirik Al, lalu kembali menatap Andin. "Saya tidak meragukannya, Bu Andin. Tapi boleh saya tau kenapa Anda tidak mengecek ke dalam?"
Andin mengangkat bahu dengan canggung, sangat menyadari Al yang menatap sisi wajahnya.
"Dia takut." Kata Al muram.
"Takut kenapa?"
"Takut kalau saya memang ada disana."
"Apa benar begitu, Bu Andin?" Tanya dokter Andi pada Andin. "Anda tidak mengecek ke dalam karena percaya bahwa suami Anda tidak mungkin ada di sana atau sebaliknya?"
Andin menatap dokter Andi. "Saya percaya sama suami saya dan rasa saling percayalah yang membuat suatu hubungan berhasil." Kata Andin. "Dan kami akan terus berusaha untuk membuat pernikahan kami berhasil. Kegagalan bukan pilihan." Andin menegaskan.
"Bu Andin." Dokter Andi tersenyum ramah. "Setiap hubungan pasti punya rintangan, tetapi saya percaya bahwa rintangan-rintangan itu juga pasti bisa dihadapi."
Andin mendesah lega.
Tiba-tiba, Al bangkit berdiri dan mencengkeram tangan Andin. "Kami permisi sebentar, Dokter."
Bingung dan agak cemas, Andin berdiri dan mengikutinya keluar ke lorong kamar mandi yang sepi dan gelap.
"Mas Al, ada apa..."
"Shh..." Al menangkup wajah Andin dengan kedua tangan dan menciumnya, mulutnya bergerak dengan lembut dan mendesak di atas mulut Andin.
Andin terkejut dan butuh waktu beberapa detik sebelum menyelipkan tangannya ke balik jas Al dan merangkul pinggangnya yang ramping. Ketika lidah Al membelai jauh di dalam mulut Andin, erangan rendah meluncur keluar dari bibirnya.
Al menarik diri dan Andin mendongak menatapnya.
"Thank you sudah percaya sama saya." Kata Al serak. Ujung jemarinya membelai pelipis Andin, pipinya, dan menuruni lehernya. Al mendongakkan wajah Andin dan mencium bibir Andin dengan lembut sekali lagi. Lalu Al menautkan jemari mereka dan menuntun Andin kembali ke dalam ruangan.
~~~
Hari-hari berikutnya berlalu dengan damai dan menyenangkan. Andin merasa segalanya akhirnya kembali ke saat-saat sebelum kehadiran Lisa. Andin dan Al semakin dekat, selalu menghabiskan waktu luang bersama. Bahkan selama beberapa hari terakhir, Al sering menyempatkan diri untuk mengantar atau menjemputnya di kampus.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aldebaran, My Love
RomansaAndini Poetri akan melakukan apa pun untuk menjerat Aldebaran Alfahri, mantan tunangan sepupunya. Tujuannya membuat Aldebaran jatuh cinta lalu meninggalkan pria itu menjelang hari pernikahan mereka. Segala cara akan Andin tempuh untuk membalaskan de...