Chapter 20

2.8K 275 21
                                    

Disclaimer: 🔞

Andin mendengar langkah kaki Aldebaran sebelum suaminya memasuki dapur. Andin mengalihkan pandangannya dari adonan kue diatas meja dan menatap suaminya dari balik bahunya. Al sudah mandi dan tampak rapi mengenakan kaos polo dan celana chinos berwarna gelap.

"Halo, sayang."

Andin merasakan panas tubuh Al saat Al memeluknya dari belakang. Tangan Al mendarat dipinggul Andin bersamaan dengan wajahnya yang dibenamkan leher Andin. "Kamu lagi bikin apa?" Bisiknya.

"Aku mau coba bikin cherry cheesecake." Jawab Andin. Sekarang ini adalah percobaan ketiga. Percobaan pertama gagal karena over-baked sementara yang kedua malah kurang matang. Dan di percobaan ketiga ini Andin cukup yakin kalau dia akan berhasil.

"Kayaknya bakal jadi favorit saya, nih. After the vanilla ice cream cake, of course!" Kata Al nakal, merujuk pada cake kesukaannya yang memiliki makna sentimental bagi mereka berdua setelah digunakan Andin sebagai media untuk memberitakan kehamilannya pada Al.

Andin tertawa, tapi lebih terdengar seperti desahan saat Al mendaratkan ciuman panas di lehernya. Tubuhnya bergelenyar ketika Al mengisap dan menjilat titik sensitif di lehernya.

"Wangi kamu enak banget, Ndin. Like sugar and cherry."

"Kamu suka?"

"Hmm."

Al membalik tubuh Andin menghadapnya dan menciumnya. Mulut Aldebaran menguasai mulut Andin, mencicipinya dengan menyeluruh dengan belaian lidahnya. Andin membalas ciuman Al dengan segenap gairah yang ada pada dirinya dan mereka saling berciuman dengan liar.

Tiba-tiba Aldebaran menghentikan ciumannya dan menarik diri dari Andin.

Andin kaget karena gerakan Al yang tiba-tiba dan mendongak menatap Al, matanya mengerjap bingung. "Kenapa, Mas?"

"Ga apa-apa. Saya cuma harus berangkat ke kantor sekarang." Ujar Al sambil melirik jam di pergelangan tangannya.

"Ke kantor? Ngapain hari Minggu ke kantor, Mas?" Tanya Andin heran.

"Ada meeting mendadak." Al mengeluarkan kunci mobil dari kantong celananya dan memutar-mutar kunci tersebut di jarinya.

"Meeting di hari Minggu?" Andin menatap suaminya lekat-lekat.

Aldebaran mengangguk. Suaminya memasang raut wajah serius, raut wajah yang menandakan ada sesuatu yang sedang dipikirkannya.

"Saya ga akan lama, kok." Kata Al sambil meraih tubuh Andin dan menciumnya dengan cepat. "Saya berangkat dulu ya. See you later."

Al pergi dan Andin menatap kepergiannya.

Apa yang begitu penting sampai Al meninggalkan rumah dan pergi ke kantor di hari Minggu? Andin bertanya-tanya. Andin tahu bahwa Al sangat posesif tentang segala hal yang menyangkut diri Andin, termasuk waktu yang mereka habiskan bersama. Dan sikap Al yang memutar-mutar kunci agak aneh. Aldebaran bukanlah pria yang suka melakukan hal-hal yang tidak perlu. Andin hanya pernah melihatnya bergerak-gerak tidak jelas ketika dia benar-benar santai atau sebaliknya—siap bertengkar.

Andin tidak bisa menyingkirkan perasaan bahwa suaminya menyembunyikan sesuatu darinya.

~~~

"Andin mana?"

Aldebaran berjalan mengitari bagian depan mobilnya dan melangkah ke trotoar ke hadapan Devin Danendra. Jemari Al tersentak dan dia bersusah payah untuk meredam keinginan untuk menghajar laki-laki yang ada didepannya yang sudah lancang menanyakan keberadaan istrinya padanya.

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang