Chapter 7

7.5K 415 18
                                    

Mobil kampus yang ditumpangi Andin bergerak perlahan menembus kemacetan ibu kota. Andin memandang keluar jendela dengan perasaan gundah. Dia memeluk buket bunga mawar pemberian Aldebaran dengan erat di dadanya. Di saat-saat sendirian seperti ini dia sangat merindukan kampung halamannya, Denpasar. Andin meninggalkan Denpasar dan pindah ke London ketika lulus SMA dan tidak pernah kembali lagi selama lebih dari enam tahun.

Awalnya, Andin pikir kepulangannya ke Indonesia akan menjadi momen yang membahagiakan. Tapi ternyata, dia malah terseret ke dalam masalah pelik yang menempatkannya di posisi yang sulit. Andin harus memilih antara sepupu dan keluarga yang dia cintai dengan pria yang telah mencuri hatinya.

Andin sudah berjanji kepada Dayana bahwa dia akan membalaskan dendam sepupunya itu kepada seorang lelaki brengsek bernama Aldebaran Alfahri. Mendengar namanya saja sudah membuat Dayana murka dan tantrum sampai melemparkan barang-barang yang ada disekitarnya dari atas kursi rodanya. Sepupunya yang dulu terkenal periang sekarang seakan tidak memiliki semangat hidup lagi.

Ketika Andin pulang ke Denpasar, kota kelahirannya, dia sangat sedih melihat sepupunya, ballerina terkenal dan berbakat, harus menjalani hari-harinya diatas kursi roda. Dia juga sangat marah ketika mengetahui penyebabnya. Dayana mengalami kecelakaan setelah bertengkar hebat dan dicampakkan oleh tunangannya, Aldebaran Alfahri. 

"Bu Andin.. Kita sudah sampai, Bu." Suara Pak Yongki membuyarkan lamunan Andin.

"Oh iya. Makasih Pak. Sampai ketemu." Ujar Andin sambil bergerak membuka pintu mobil.

"Sama-sama, Bu. Sampai ketemu."

"Hati-hati di jalan, Pak."

Andin keluar dari mobil dan berjalan menuju lobby apartemen. Andin mengecek handphone nya lagi untuk kesekian kalinya, melihat apakah sudah ada balasan dari Al. Andin sudah mengirim pesan terimakasihnya untuk bunga yang ketiga sekitar setengah jam yang lalu tapi sampai sekarang masih belum ada balasan.

Mas Al lagi ngapain ya? Apa masih ada meeting jam segini? Batin Andin.

Andin menghirup wangi mawar yang ada di dekapannya dalam-dalam, mencoba untuk menjernihkan pikirannya. Ingin sekali Andin menceritakan semua masalahnya kepada mamanya, tapi dia tak mau menambah beban pikiran mamanya disana. Mamanya itu sangat mendambakan untuk bisa pulang ke Indonesia, tapi dia masih harus menemani suaminya disana kurang lebih dua tahun lagi sebelum Papa Gunawan pensiun.

"Sore Mbak Andin," sapa Dita, resepsionis apartemen, ketika Andin memasuki area lobby, "ada tamu buat Mbak Andin." Dita menunjuk ke sofa ruang tamu yang terletak di pojok lobby. Andin melihat seorang pria sedang duduk disana.

"Makasih, Dit. Saya titip bunga saya disini sebentar ya." Balas Andin menyerahkan buket mawar tersebut kepada Dita lalu berjalan menghampiri pria yang sedang menunggunya.

"Permisi," sapa Andin, "Anda cari saya?"

Pria itu perlahan mengangkat wajahnya ke arah Andin dan tersenyum lebar.

"Halo Ndin.."

"Kak Ricky?" Andin kaget dan balas tersenyum melihat teman masa kecilnya dan Dayana berdiri didepannya. Terakhir kali dia bertemu Ricky sekitar tujuh tahun yang lalu sebelum Andin pindah ke London. Saat itu Ricky dan Dayana memberinya kejutan berupa farewell party kecil-kecilan untuk melepas kepergian Andin.

"Apa kabar, Ndin?" Ricky berdiri dan memeluk Andin erat.

"Kabar baik, Kak," Andin balas memeluk pria itu. "Kak Ricky tau dari mana aku tinggal disini?" Tanya Andin melepaskan pelukan.

"Dari Dayana." Jawab Ricky.

"Kak Ricky ketemu Mbak Dayana?" Andin bertanya sambil duduk di sofa di sebelah Ricky.

"Iya.." Jawab Ricky kembali duduk dan menceritakan pertemuannya dengan Dayana.

Minggu lalu Ricky ada pekerjaan di Denpasar. Saat disana, dia mengunjungi studio lukis milik pamannya dan tidak sengaja bertemu Dayana yang sedang belajar melukis disana.

"Dayana udah cerita semuanya, Ndin.." Ujar Ricky tiba-tiba.

"Cerita apa, Kak?" Tanya Andin heran.

"Dia cerita tentang rencana kalian untuk menghancurkan Aldebaran Alfahri dan itu rencana yang bodoh, Ndin. Kalian ga tau siapa Aldebaran sebenarnya. Dia itu bukan orang sembarangan!" Jawab Ricky berapi-api.

Andin tersentak. Dia tidak menyangka kalau sepupunya itu mengumbar rencana balas dendam mereka yang seharusnya bersifat privat dan rahasia tersebut kepada orang lain. Tapi Andin tahu betapa Dayana sangat membenci Adebaran karena membatalkan pernikahan mereka dan memutuskan pindah ke Jakarta untuk mengurus ibunya yang depresi pasca pembunuhan adiknya, Royano Alfahri. 

Awalnya, Dayana berusaha membujuk Al untuk memboyong ibunya ke Bali dan menyerahkan segala urusan penyelidikan pembunuhan adiknya pada polisi. Namun, Al tetap bersikeras pindah dan meminta Dayana untuk sabar menunggu sampai Elsa—mantan pacar sekaligus tersangka pembunuhan adiknya—dihukum seberat mungkin.

Tidak terima dengan sikap Al yang keras kepala, Dayana memberikan ultimatum kepada Al jika pria itu tetap ingin membatalkan pernikahan dan pindah ke Jakarta, maka hubungan mereka akan berakhir selamanya. Al marah besar mendengar ultimatum Dayana dan langsung mengemasi barang-barangnya dan berangkat ke Jakarta hari itu juga. Dayana pun menyusul Al ke bandara dengan emosi yang meledak-ledak dan mereka kembali bertengkar hebat.

Andin menggeleng sedih mengenang nasib sepupunya. Kandasnya pertunangannya dengan pria yang sangat dia cintai membuatnya hancur sehingga dia tidak fokus menyetir dan akhirnya mengalami kecelakaan sepulang dari bandara yang menyebabkan kakinya lumpuh. Rasa cintanya kepada Aldebaran berubah menjadi rasa benci dan dendam yang teramat dalam sehingga satu-satunya hal yang membuatnya bertahan adalah keyakinan bahwa suatu hari nanti dia akan berhasil membalaskan dendamnya.

"Ndin. Lo dengar gue ngomong ga?" Tanya Ricky kesal saat melihat Andin melamun dan tidak menggubris kata-katanya.

"Iya aku dengar, kok." Balas Andin. "Tapi emangnya Kak Ricky kenal sama Mas Al?" 

"Semua yang berkecimpung di bisnis kesehatan dan kecantikan pasti kenal Aldebaran Alfahri. Dia orang yang dingin dan manipulatif. Gue khawatir sama lo, Ndin. Aldebaran itu laki-laki yang berbahaya."

"Mas Al orangnya baik, kok." Bela Andin. Dia tersinggung mendengar Aldebaran digambarkan seperti itu.

"Ndin, gue itu kerja sebagai Marketing Manager di Mustika Ayu Cosmetics, saingan terberat Maharatu Cosmetics, salah satu perusahaannya Aldebaran. Jadi gue tau gimana kompetitifnya dia. Dia ga akan tinggal diam kalau seandainya lo berhasil balas dendam. Dia akan balas berpuluh kali lipat, Ndin."

Andin menggelengkan kepalanya berusaha menyangkal itu semua, air matanya tiba-tiba menggenang. Ricky yang melihat itu berusaha menenangkan Andin dan menarik gadis itu kepelukannya.

"Tenang, Ndin.. " Ricky mendekap Andin dengan erat. "Belum terlambat kalau lo ninggalin dia sekarang. Gue akan lindungin lo." Bujuk Ricky, mendaratkan ciuman ke rambut Andin. "Lo punya gue disini. Gue ga akan biarin lo kenapa-napa."

"Tapi Kak..." Belum sempat Andin menyelesaikan kalimatnya, dia tiba-tiba ditarik dengan kasar dari pelukan Ricky.

Andin memekik kaget dan shock melihat Aldebaran berdiri disampingnya dengan raut wajah penuh amarah.

"Mas Al.." Andin tercekat, berusaha keras menenangkan debar jantungnya yang berdegup kencang.

Andin menatap wajah Aldebaran dengan panik, bertanya-tanya sejauh mana Al mendengar percakapannya dengan Ricky barusan. 



Note: Hi readers. Aku ingin mengucapkan terimakasih banyak atas dukungan kalian. Baru enam hari di publish, ceritaku udah menembus 2.5K pembaca. Aku jadi terharu😭 Semoga vote nya juga bisa tembus 1K ya. Hehe. Love you💕

Saturday, September 11, 2021

Jangan lupa follow, vote, dan comment ya💕

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang