Chapter 12

8.1K 407 16
                                    

Disclaimer: 🔞

Al baru sampai di rumah sekitar jam tujuh malam. Dia langsung menuju kamar tamu yang ditempati Andin saat diberitahu oleh Mirna bahwa Andin dan mamanya ada disana.

"Assalamualaikum Ma.. Andin.."

"Waalaikumussalam Al. Kok baru pulang? Kami dari tadi nungguin loh." Cecar Mama Rossa.

"Maaf Ma. Aku lembur sore ini, soalnya tadi pagi telat ke kantor." Jawab Al sambil melirik Andin.

Wajah Andin memanas saat mengingat apa yang membuat Al telat ke kantor pagi tadi.

"Ya udah. Mama mau ke dapur dulu, minta Mirna dan Kiki siapin makan malam." Ujar Mama Rossa seraya berlalu dari sana.

"Mas.. kamu mau.." Kata Andin.

Belum sempat Andin menyelesaikan kalimatnya, Aldebaran sudah menarik Andin kedalam pelukannya.

"I miss you..." Ujar Al sambil membenamkan wajahnya di leher Andin.

"Aku juga, Mas." Jawab Andin tercekat. Hari ini dia sangat merindukan Al. Setelah mendengar cerita dari Mama Rossa, cinta Andin kepada Al semakin meluap.

"Kamu capek, Sayang?" Tanya Andin lembut. Tangannya bergerak membelai tengkuk dan rambut Al dengan penuh kelembutan.

Aldebaran mengangguk, menikmati belaian tangan Andin. Selang beberapa saat, Andin mengubah belaiannya menjadi gerakan memijat yang membuat Al mengerang nikmat.

"Ndin.. Nanti kamu pijitin kepala saya ya." Pinta Al penuh harap.

"Iya, Mas. Tapi sekarang kamu mandi dulu ya."

"Nanti dulu." Ujar Al, semakin mengeratkan pelukannya.

Sikap Al yang seperti ini sangat menghangatkan hati Andin. Al yang di depan semua orang terkesan dingin dan kaku, akan berubah menjadi manja dan cenderung kekanak-kanakan jika hanya berdua saja dengan Andin.

Andin terus memijat bagian belakang kepala Al dan menciumi bahu Al yang wangi. Setelah beberapa saat, Al melepaskan pelukannya. Dia menunduk dan menempelkan mulutnya ke mulut Andin. Ciuman Al dimulai dengan lembut, manis, dan menggoda. Lidahnya membelai lidah Andin dan menjilat bagian dalam mulut gadis itu.

Andin kembali mengulurkan tangannya keatas dan membenamkan jemarinya di rambut Al yang lembab, berjinjit untuk memperdalam ciuman mereka. Mereka saling melahap, semakin liar di setiap detiknya sampai seolah-olah mereka bercinta dengan mulut satu sama lain. Andin terengah-engah karena menginginkan Al, desahan mendamba keluar dari tenggorokannya.

Tangan Al membelai punggung Andin, gemetar dan gelisah. Al mengerang lalu menarik baju atasan Andin ke atas, menperlihatkan payudara Andin yang terbalut bra berwarna hitam. Al melepaskan kaitan bra tersebut dan menangkup payudara Andin yang telanjang. Al kemudian menarik-narik puncak payudara Andin dengan gerakan berirama, membuat Andin merintih nikmat.

"Mas Al!" Andin terkesiap ketika Al mengulum dan menggigit puncak payudaranya. Sekujur tubuhnya menegang. Tangan Andin mencengkeram rambut Al saat Al mulai menghisap payudaranya dengan kuat seperti bayi yang kehausan.

Lalu tiba-tiba Al bergerak menjauh darinya.

"Mas.. Kenapa?" Tanya Andin gemetar. Tubuhnya berontak, tidak ingin kehilangan sensasi memabukkan yang diberikan Al padanya.

Al tidak menjawab. Dia terus berjalan ke arah pintu dan memutar kuncinya. Lalu, Al membalikkan badan dan dengan perlahan menghampiri Andin dengan gairah yang menyala-nyala.

~~~

"Oh ya, Ndin... Dulu waktu di London, kamu kuliahnya dimana?" Tanya Mama Rossa saat mereka semua sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama. "Ada anak teman Mama pengen kuliah ke sana juga."

"Di LSE, Ma." Jawab Andin.

"Ha? Saya pikir kamu kuliahnya di Imperial College, Ndin." Ujar Al.

"S2 nya disana tapi S1 nya di LSE, Mas." Andin menjelaskan.

"LSE? London School of Economics and Political Science? " Tanya Mama Rossa memastikan.

Andin mengangguk.

"Ya ampun! Al pernah diterima di sana loh Ndin. Tapi dia ga ambil karena juga lulus di NYU. Dia prefer tinggal di New York daripada di London katanya. Ya kan, Al?"

Andin menatap Al takjub. "Beneran Mas? Kok kamu ga pernah cerita kalau hampir mau kuliah di London juga?"

"Coba kalau kamu pilih LSE ya, Al. Siapa tau kalian udah ketemu dari dulu." Ujar Mama Rossa menimpali.

"Udah masa lalu juga, Ma." Balas Al.

"Dulu itu, Al sama teman-temannya janjian kuliah disana, Ndin. Tapi yang jadi cuma Vino doang ya, Al?"

Deg. Jantung Andin berdegup kencang mendengar nama Vino. Jangan-jangan..

No. No. No. Ga mungkin. Pasti Vino yang lain. Banyak orang yang namanya Vino. Batin Andin panik.

"Iya, Ma. Vino sama pacarnya, Lisa." Jawab Al.

Tangan Andin gemetar hebat mendengar kedua nama itu keluar dari mulut Al sampai sendok yang dipegangnya terjatuh ke lantai. Suara dentang sendok yang jatuh terdengar sangat nyaring di ruangan itu, menginterupsi percakapan Al dan mama Rossa.

"Maaf.. Maaf.." Kata Andin terbata-bata. Dia lalu membungkuk ke kolong meja untuk mengambil sendok yang terjatuh. Sekujur tubuhnya gemetar.

Tenang, Ndin. Tenang. Mas Al ga kenal sama mereka. GA KENAL! Teriak Andin dalam hati.

"Ndin.. Kamu ngapain di sana?" Tanya Al heran melihat Andin tidak kunjung bangkit dari kolong meja.

"Ga apa-apa, Mas." Andin menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Dia lalu bangkit dan kembali duduk di kursi sebelah Al.

"Kamu bener ga apa-apa, Ndin? Muka kamu pucat." Kata Mama Rossa.

Al memperhatikan Andin dengan seksama.

"Ga apa-apa kok. Tadi agak pusing karena bangkit tiba-tiba." Elak Andin.

"Oh. Mama juga kadang gitu, Ndin." Ujar Mama Rossa. Lalu dia bertanya lagi pada Al. "Gimana kabar Vino, Al? Udah lama banget ga main ke rumah. Kalian masih saling contact?"

"Masih Ma. Terakhir ketemu bulan lalu, waktu dia datang ke kantor."

"Masih pacaran sama Lisa?"

"Masih. Tapi biasa lah Ma. Putus nyambung."

"Mereka pacaran udah lama banget ya Al. Sejak SMA. Berarti ada 10 tahunan ya."

Al hanya mengangguk.

Perasaan Andin semakin tidak karuan.

"Kamu di LSE ambil jurusan apa, Ndin?" Tanya Mama Rossa, kembali memfokuskan perhatiannya pada Andin.

"Business & management." Jawab Andin pelan.

Al tampak kaget dan melirik ke arah Andin.

"Vino juga ambil jurusan yang sama. Barangkali kamu kenal?" Tanya Al, menatap wajah Andin.

Andin terdiam sejenak memandangi buku jarinya yang memutih akibat menggenggam sendok sangat erat. Setelah beberapa detik, Andin mendongakkan kepalanya dan balas menatap Al.

"Ga Mas. Aku ga kenal."



Thursday, September 16, 2021

Jangan lupa follow, vote, dan comment ya💕

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang