Chapter 11

4.8K 352 32
                                    

Disclaimer: 🔞

Andin terbangun perlahan-lahan, tersadar dengan malas dari tidur yang lelap. Cahaya matahari menembus jendela kaca master cabin kapal pesiar mewah tempat Al dan Andin menghabiskan malam. Andin meregangkan tubuh, matanya memandang takjub ke sekeliling ruangan.

Tadi malam, setelah menikmati hidangan makan malam yang lezat, Al menuntun Andin ke master cabin dimana Al sudah mempersiapkan kejutan untuknya. Saat melangkah masuk kedalam kabin, Andin memekik kaget, tak percaya akan apa yang dilihatnya. Sejauh mata memandang, bertebaran ratusan buket mawar merah yang sangat cantik dan lilin putih yang menyala yang menghiasi setiap sudut ruangan. Andin begitu terpukau melihat pemandangan dihadapannya sehingga nyaris membuatnya tak bisa bernapas.

 Andin begitu terpukau melihat pemandangan dihadapannya sehingga nyaris membuatnya tak bisa bernapas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Do you like it?" Bisik Al ditelinga Andin sambil memeluknya dari belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Do you like it?" Bisik Al ditelinga Andin sambil memeluknya dari belakang. Andin tak kuasa menahan tangisnya dan dia menangis terisak-isak di pelukan suaminya.

"Hey, jangan nangis." Al membalik tubuh Andin menghadapnya dan mengusap air mata yang jatuh ke pipi Andin. "Saya kan pengen bikin kamu happy, Ndin. Bukan sedih begini."

"I'm happy." Isak Andin, mendongak menatap Al dengan matanya yang basah oleh tangis kebahagiaan. "That's why I'm crying."

Al menarik Andin ke dalam pelukannya dan menunduk untuk mencium Andin dengan dalam dan memabukkan. Ciuman mereka semakin lama semakin liar sampai Andin merintih, menginginkan lebih. Andin merangkul bahu Al dan Al melingkarkan kaki Andin ke pinggangnya dan menggendongnya menuju tempat tidur.

Andin terengah, jantungnya berpacu. Tangannya berkeliaran di tubuh Al, menyusuri rambutnya, bahunya, dan melepas dasinya. Andin ingin merasakan kulit Al yang telanjang. Bibir Andin menjelajahi wajah Al, menghujaninya dengan ciuman.

Langkah Al tegas, namun santai. Napasnya tenang dan teratur dan Andin nyaris gila melihat Al yang begitu terkendali. Al menurunkan Andin ke ranjang dan memerintahkan Andin untuk melepas pakaian. Sulit bagi Andin untuk menuruti perintah Al dengan cepat karena tangannya gemetar karena gairah. Dengan susah payah, Andin berusaha membuka kaitan bra-nya yang terasa sesak. Payudaranya terasa berat dan nyeri, puncaknya keras dan kencang.

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang