Chapter 29

6.6K 450 36
                                    

Disclaimer: 🔞

Al lupa betapa cantiknya Andin saat gadis itu membuka pintu apartemennya untuk Al. Mereka baru berpisah selama dua hari tapi Al sudah sangat merindukan Andin. Al memeluk Andin erat dan menciumnya dalam-dalam.

"I miss you."

Andin melepaskan pelukannya dan tersenyum lebar. "Aku senang banget kamu udah pulang, Mas." Ujar Andin, melingkarkan tangannya di leher Al dan menciumnya. "I miss you too." Kata Andin, mencium Al lagi dan lagi. Al balas mencium Andin dengan agresif, menumpahkan hasratnya yang terpendam selama dua hari ini.

"Kamu udah beres urusannya?" Tanya Andin akhirnya, melepaskan ciuman mereka.

Al mengangguk. Dia terpaksa harus pergi ke Surabaya selama dua hari untuk menyelesaikan urusan bisnisnya disana sebelum dia bisa mengajak Andin berakhir pekan sambil menikmati vacation birthday yang sudah dia janjikan. Mereka akan berangkat hari ini dan pesawat yang akan mereka tumpangi akan take off jam 3.15 sore dan sekarang sudah hampir jam 1 siang.

"Koper kamu mana, Ndin? Semuanya udah siap, kan?"

Andin mengangguk. "Ada di kamar."

Andin melepaskan pelukannya dan masuk ke kamar. Al berjalan mengikuti dibelakangnya.

"Kita mau kemana sih Mas?" Tanya Andin cemberut karena sampai saat ini Andin masih belum tahu Al akan mengajaknya kemana.

"Sabar, Ndin." Kata Al, mengusap rambut Andin. "Nanti di bandara kamu juga bakal tau sendiri." 

Al menunjuk koper yang terletak di samping ranjang. "Ini?"

Andin mengangguk. "Oh, sama ini." Andin mengambil laptopnya dari sofa.

Al mengambil laptop tersebut dari tangan Andin dan mengembalikannya ke sofa. "No laptop."

"Tapi aku mau periksa tugas mahasiswa kalau kita punya waktu luang, Mas."

Al tersenyum nakal. Dia akan memastikan supaya mereka tidak akan memiliki satu menitpun waktu luang. Al menatap Andin penuh arti.

"Oh." Kata Andin tersipu.

Al tersenyum geli dan memiringkan kepalanya untuk mencium Andin. Ciuman yang awalnya ringan dan singkat itu berubah menjadi ciuman yang dalam dan penuh gairah ketika lidah Al memasuki mulut Andin. Lidah mereka saling berpagutan dan Andin menempelkan tubuhnya lebih erat ke tubuh Al. Dalam sekejap, mereka mengerang, mencakar, dan saling menyentuh dengan liar sambil berusaha melampiaskan kerinduan yang melanda mereka.

"Sekarang," bisik Andin. "Sekarang, Mas."

Al mengangkat tubuh Andin dan menggendongnya ke ranjang. Andin membenamkan wajahnya ke leher Al, rindu akan aromanya, kekasarannya, dan keahliannya yang tidak pernah gagal membuat tubuh Andin berdenyut. Al membaringkan Andin, bibirnya menyerang bibir Andin tanpa henti. Al dengan tidak sabar membuka ritsleting bagian belakang gaun Andin dan menariknya ke bawah dengan kasar dan melemparkannya ke lantai.

Sekarang tangan dan bibir Al menjelajah dengan lembut dan hangat di bahu, leher, dan dada Andin. Jarinya menyelinap ke balik celana dalam Andin, menghunjam masuk ke dalam kewanitaannya dan membelai kulit yang lembut itu secara berirama, membuatnya basah. Andin mengerang saat bibir Al melumat puncak payudaranya dari balik bra. Dia menarik-narik ritsleting celana Al dengan tidak sabar dan mencakar punggung Al.

Jari-jari Al mengusap dan memijat inti kewanitaan Andin dengan gerakan yang cepat dan kuat. Andin memekik nikmat dan meraih kejantanan Al yang keras. Al menarik celana dalam Andin, menyingkap kewanitaan Andin yang basah dan bengkak.

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang