Chapter 23

6.9K 444 26
                                    

Disclaimer: 🔞

Andin mengerjap menatap langit-langit, sadar bahwa dia sempat tertidur. Lalu kepanikan pun menyerang, perasaan panik ketika terbangun dari mimpi indah dan terpaksa kembali menghadapi kenyataan. Andin tersentak bangkit, menarik napas ke dalam dadanya yang terasa sesak.

Mas Al.

Andin nyaris menangis lega ketika melihat Al berbaring disampingnya. Al yang sudah menghancurkan hatinya, akhirnya kembali lagi padanya. Andin duduk bersandar di headboard tempat tidur, menikmati kesempatan mengamati Al yang sedang tidur. Wajahnya yang rileks mengingatkan Andin bahwa Al masih sangat muda. Hal itu mudah dilupakan saat Al terjaga, dimana dia menampilkan kesan dingin dan berkuasa.

Dengan lembut, Andin menyapu helai-helai rambut hitam dari dahi Al. Saat itu sudah siang, hampir jam sebelas, tetapi Andin tidak tega membangunkan dan meninggalkan Al yang masih tertidur nyenyak. Andin memutuskan untuk menelepon Rendy dan memberitahunya kalau Al tidak akan masuk kerja hari itu. Andin berharap Al akan tetap bersamanya seharian ini karena mereka sangat membutuhkan waktu berdua untuk healing dan untuk membicarakan masa depan hubungan mereka.

Andin bergerak dengan hati-hati dan bangkit dari tempat tidur untuk ke kamar mandi. Setelah mandi, Andin menyelinap keluar dari kamar tidur dan berjalan menyusuri koridor menuju ruang tamu. Pertama-tama dia menelepon pihak kampus dan memohon izin tidak masuk hari itu dengan alasan urusan keluarga dan mengatur jadwal kuliah pengganti. Setelah itu, Andin menelepon Rendy yang langsung mengangkat teleponnya pada deringan pertama.

"Halo Pak Rendy."

"Halo Bu Andin. Maaf, apa Pak Al ada disana, Bu? Saya sudah telepon berkali-kali tapi ga diangkat."

"Iya Pak Rendy. Mas Al nya masih tidur."

"Masih tidur? Pak Al ga sakit kan, Bu?"

"Kepalanya pusing. Saya telepon Pak Rendy buat kasih tau kalau Mas Al ga masuk kerja dulu hari ini."

"Oh gitu, tapi ada beberapa dokumen yang harus ditandatangani Pak Al hari ini. Kalau begitu saya minta Feli, sekretarisnya Pak Al, antar dokumen ke apartemen Bu Andin ya?"

"Iya boleh Pak Rendy. Makasih ya."

"Sama-sama, Bu."

Andin menutup teleponnya dan berjalan ke dapur untuk membuatkan Al smoothies buah dan sayur untuk membantu proses pembuangan racun dari dalam tubuh Al akibat alkohol semalam. Andin sedang sibuk mengupas timun ketika dia mendengar suara langkah kaki Al yang memasuki dapur.

"Halo Sayang. Udah mendingan pusingnya?" Tanya Andin menyapa Al sambil tetap fokus pada timun yang sedang dikupasnya.

Andin merasakan panas tubuh Al saat Al memeluknya dari belakang dan membenamkan wajahnya di leher Andin. Al baru selesai mandi, shirtless, dan hanya mengenakan celana pendek. Tangan berat Al mendarat di pinggul Andin dan bibirnya mencium tenggorokan Andin. "Lumayan. Kamu lagi bikin apa?"

"Smoothies buat kamu. Biar efek alkoholnya cepat hilang."

Al melirik ke blender yang ada di meja dapur di depan Andin. Dia bisa melihat potongan buah-buahan dan sayuran didalamnya: ada pisang, alpukat, apel, bayam, seledri, timun...

"Ndin.. ga mau pake ini.." Al memasukkan tangannya ke dalam blender dan mengambil bayam dan seledri. Belum sempat Al mengeluarkannya, Andin sudah memukul tangannya.

"Ih. Ga boleh. Ayo taro lagi!" Kata Andin galak.

"Tapi ini sayur mentah. Saya ga suka."

"Ini bagus buat tubuh kamu, Mas. Lagian nanti aku juga bakal tambahin madu dan air kelapa. Pasti kamu suka. Enak pokoknya."

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang