Chapter 12

2.9K 363 24
                                    

Disclaimer: 🔞

Al dan Andin tiba di rumah di Pondok Pelita menjelang tengah malam. Sebelumnya mereka menghabiskan waktu berlayar dengan yacht mewah mengelilingi perairan di Kepulauan Seribu. Mereka menikmati pemandangan laut yang indah sambil berpelukan dan bersentuhan. Tertawa dan berbisik. 

Atas kesepakatan bersama yang tak terucapkan, mereka tidak membicarakan hal-hal yang menyakitkan seperti hasil paternity test yang akan keluar dalam satu atau dua hari kedepan. Andin membuat peraturan untuk tidak menyalakan ponsel mereka saat menyadari suaminya berulang kali mengecek email lewat ponselnya, gelisah menunggu kiriman hasil tes DNA dari rumah sakit.

Andin mengalihkan perhatian Al dengan membicarakan hal-hal yang menyenangkan seperti nama calon anak mereka, rencana baby moon dan destinasi yang akan dipilih, sampai ke persiapan anniversary mereka yang pertama. Mereka bersantai dan makan siang di deck kapal sambil diiringi live music. Mereka bercinta di kamar yang penuh dengan bunga untuk waktu yang lama. Mereka bermain kartu dan Al menang setiap kali. Mereka beristirahat dan tidak berhenti bersyukur karena bisa memiliki satu sama lain.

Itu adalah hari yang sempurna bagi Andin dan Al.

Sekarang setelah sampai rumah, ponsel Al langsung berdering sesaat setelah dia mengaktifkannya. Al mengangkat telepon dan berjalan menuju ruang kerjanya. Andin mengikuti Al dan napasnya tercekat saat mendengar kata 'rumah sakit' dari pembicaraan telepon. Mereka belum pernah berbicara sama sekali tentang paternity test yang menghantui mereka. Atau sepertinya mereka memang sengaja tidak mau berkata apa-apa tentang hal itu. Biarkan dunia bicara dan menyebarkan kebohongan. Mereka tahu apa yang mereka miliki dan apa yang mereka miliki tidak perlu dibuktikan ataupun dibenarkan.

Andin berdiri di depan pintu ruang kerja Al, memperhatikan suaminya yang duduk di tepi meja kerjanya yang tertutup map dan kertas, beberapa diantaranya jatuh ke lantai. Meja Al berantakan, sangat berbeda dengan kerapian yang selama ini di jaga Al. Andin tahu kalau akhir-akhir ini suaminya merasa stress dengan masalah-masalah yang menimpa mereka. Andin melihat Al menutup telepon lalu mengetik sesuatu di ponselnya. Beberapa saat kemudian Al mendongak menatap Andin dengan ekspresi berseri-seri dan senyum yang sangat lebar.

"IT'S NEGATIVE!" Teriaknya sambil bergegas kearah Andin. Al memeluk Andin lalu mengangkat tubuhnya berputar-putar. Andin memekik kaget dan butuh waktu beberapa saat baginya untuk mencerna perkataan Al.

Al tersenyum geli melihat wajah istrinya yang kebingungan. Al menurunkan Andin lalu memperlihatkan layar ponselnya kepada Andin. Mata Andin bergerak dengan cepat membaca dokumen yang berjudul Non-Invasive Prenatal Paternity Testing yang dia tahu merupakan salah satu metode tes DNA dari bayi yang masih ada di dalam kandungan. Andin tersentak saat melihat hasil paternity test di baris yang paling bawah.

Probability of Paternity: 0%

"Be-beneran, Mas?" Gagap Andin. Begitu banyak perasaan yang berkecamuk dalam dirinya di saat yang bersamaan. Yang paling utama adalah rasa lega. Rasa lega yang amat sangat.

Al mengangguk antusias. "Saya barusan di telepon pihak rumah sakit. Katanya hasil tes DNA sudah dikirim lewat email."

Andin menatap Al dengan takjub, tidak bisa melepas pandangannya dari wajah Al yang berbinar. Andin bisa melihat bahwa beban berat yang selama ini terpancar dimata Al sudah hilang. Andin hanya bisa mengangguk, tidak bisa berkata apa-apa saat Al menggenggam tangannya dan mengangkatnya ke bibirnya untuk dicium.

Kebahagiaan yang amat sangat menerjang Andin. Semua masalah dan rintangan dalam hubungan mereka sudah sirna. Sekarang mereka bisa benar-benar bahagia tanpa beban. Air mata kebahagiaan menggenang dimata Andin. Andin membenamkan diri kedalam pelukan suaminya dan memeluknya sangat erat dan bersumpah tidak akan pernah melepas Al apapun yang terjadi.

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang