"Halo Michi." Andin mengangkat telepon dari Michi.
"Halo Ndin. Maaf aku sama Angga kecepetan datangnya. Sekarang kita udah di luar, tapi ga diizinin masuk karena ini private party."
"Oh okay wait. Aku bakal bilangin ke mereka buat izinin kalian masuk."
"Maaf ya, Ndin. Tapi kita ga ganggu, kan? kalau kalian masih pengen nikmati momen berdua, kita bisa nunggu kok."
"Ga apa-apa, Michi. Santai aja." Andin lalu menutup telepon dari Michi.
"Angga sama Michi aku suruh masuk sekarang ga apa-apa ya, Mas? Ga enak mereka nunggu di luar." Aldebaran mengangguk dan Andin langsung meminta salah satu waitress yang ada disana untuk mengizinkan Angga dan Michi masuk.
"Al, My man!" Teriak Angga bersemangat. "Happy birthday, Bro!" Angga memeluk Aldebaran dan memukul pundak Al dengan kencang berkali-kali.
"Thanks, Ngga," Jawab Al, "Tapi bisa biasa aja ga lo. Ga usah dipukul sekuat tenaga begitu. Yang ada patah tulang gue ntar."
"Ih cemen lo Al, gitu aja udah kesakitan. Ndin, cowok lo cemen." Ujar Angga.
"Selamat ulang tahun, ya Al. Best wishes for you." Ucap Michi.
"Thanks, Michi."
"Ayo duduk semuanya. Angga, Michi, kalian mau pesan apa?" Tawar Andin menyodorkan buku menu.
"Nanti ajalah, Ndin. Tunggu tante Rossa sama Rendy dan Katrin dulu aja." Jawab Michi.
"Gimana Ngga hubungan Katrin sama Pak Rendy. Katanya mau tunangan?" Tanya Andin menanyakan hubungan Katrin, adik perempuan Angga, dengan Rendy, asisten pribadi Aldebaran.
"Gue juga ga tau, Ndin. Ntar tanya aja langsung sama mereka." Jawab Angga acuh tak acuh.
"Kamu masih berantem sama Katrin, Ngga? Katanya tadi udah baikan." Cecar Michi.
"Sayang, kamu kan tau sendiri gimana aku sama Katrin. Bentar baikan, bentar marahan. Biasalah," ujar Angga enteng, "Lagian ya, gue salut banget sih sama Rendy yang sabar banget hadapin Katrin yang anaknya moody-an begitu."
Setelah mengobrol selama beberapa waktu, Angga mengajak Michi berdansa yang diikuti oleh Andin dan Al. Andin meraih tangan Al dan menariknya ke tengah ruangan. Live band pun langsung memainkan lagu Thinking Out Loud untuk mengiringi dansa pasangan yang sangat serasi itu.
Andin kembali menitikkan air matanya saat mereka berdansa. Tapi dia menutupi hal itu dari Al dengan membenamkan wajahnya ke bahu Al dan mencium aroma pria itu dalam-dalam. Jika saja mereka bertemu di keadaan yang berbeda, Andin pasti tidak akan mengingkari perasaannya seperti ini.
Andin sadar jika dia sudah mulai mencintai Al. Entah kapan terjadinya, tetapi rasa peduli dan perhatian pura-pura yang Andin paksakan untuk menarik perhatian Al, perlahan berubah menjadi perasaan yang nyata. Sekarang dia benar-benar peduli terhadap Al dan mama Rossa. Tapi Andin harus mengeraskan hatinya karena sama seperti Al, keluarga adalah hal yang paling utama baginya.
"Ndin, kamu nangis lagi?" Tanya Al saat merasakan bahunya basah.
"Ga kok, Mas."
"Sini, saya liat." Al mencoba melepaskan pelukan tapi Andin semakin mengeratkan pelukannya. "Kamu kok nangis terus hari ini. Kan yang tambah tua saya Ndin, harusnya saya yang sedih, bukan kamu."
"Apaan sih, Mas." Andin tersenyum mendengar Al yang mencoba bercanda. "Aku hanya bersyukur aja Mas bisa ketemu kamu. Kalau aku ga ada di hidup kamu sekarang, kira-kira kamu ngerayain ultah sama siapa, Mas?"
"Ga tau. Saya kan bukan peramal."
"Ih kamu, tinggal jawab aja apa susahnya sih, Mas?" Ujar Andin cemberut.
"Ya kan saya ga tau. Bisa ngerayain bareng mama dan teman-teman, bisa ga ngerayain sama sekali atau bisa juga ngerayain sama...." Al sengaja menggantung kalimatnya.
"Sama siapa?" Tanya Andin penasaran.
"Ya bisa juga sama pasangan saya, kan? Siapa tau saya udah nikah atau tunangan misalnya."
Andin terdiam mendengarnya. Batin Andin tersiksa.
Seandainya saja aku ga masuk di kehidupan kamu, bisa jadi kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan, Mas. Pasangan yang benar-benar mencintai kamu.
"Ndin, kok diam aja?" Al menghembuskan napas kesal. "Saya ga jawab salah, giliran udah jawab juga salah. Apa sih maunya?"
"Maaf maaf. Jangan marah-marah, tapi." Andin mengelus tengkuk dan rambut Al lembut. "The birthday boy ga boleh marah-marah."
"Ndin.."
"Hmmm?"
"Usap lagi kepalanya. Jangan berhenti." Kata Al saat Andin menarik tangannya dari kepala Al.
"Aduuh, Sayang... Manja banget sih." Andin tertawa dan kembali mengelus kepala Aldebaran dengan lembut dan penuh kasih.
Tuesday, September 7, 2021
Jangan lupa follow, vote, dan comment ya💕

KAMU SEDANG MEMBACA
Aldebaran, My Love
عاطفيةAndini Poetri akan melakukan apa pun untuk menjerat Aldebaran Alfahri, mantan tunangan sepupunya. Tujuannya membuat Aldebaran jatuh cinta lalu meninggalkan pria itu menjelang hari pernikahan mereka. Segala cara akan Andin tempuh untuk membalaskan de...