Chapter 2

6.4K 356 3
                                    

Ndin, lo udah dilamar Aldebaran?

Andin sedang duduk seorang diri di meja cafe menunggu Al kembali dari toilet ketika dia mendapat chat dari Dayana. Andin menghembuskan napas kesal saat membaca pesan yang dikirim oleh sepupunya itu. Akhir-akhir ini Dayana semakin tidak sabar dan selalu mendesaknya untuk bertindak lebih jauh.

Ya belumlah, Mbak. Orang baru jadian tiga bulan.

Tapi gue udah ga sabar liat Aldebaran menderita, Ndin. Biar dia tau gimana rasanya dicampakkan.

Gue ngerti perasaan lo, Mbak. Tapi sampai sekarang aja gue belum yakin dia cinta sama gue apa ga. Dia belum pernah bilang cinta ke gue.

Al itu emang kaku dan cuek awalnya. Tapi kalau udah cinta dia bisa bucin. Pokoknya sekarang lo harus ngelakuin apa aja buat bikin Al cinta mati sama lo. Setelah itu lo tinggalin dia. Dengan begitu hidup gue bisa tenang dan gue bisa ikhlas nerima keadaan gue sekarang.

Iya, tapi lo harus janji, Mbak. Mulai sekarang lo harus jalanin hari dengan lebih positif. 

Iya. Gue sekarang lagi belajar melukis. Lo tenang aja, yang penting lo sekarang lakuin aja semuanya sesuai rencana, okay?

Andin melamun memikirkan percakapannya dengan Dayana barusan. Dia berharap agar sepupunya itu bisa secepatnya bangkit dari keterpurukan dan membuka lembaran baru yang tidak diliputi dendam.

"Ndin, kok ngelamun?"

"Eh, Mas. Udah balik dari toiletnya? Cepet banget."

"Iya. Ga antri soalnya."

"Sini, makan lagi kuenya, Sayang. " Andin menyuapkan kue ulang tahun kepada Aldebaran.

"Enak?" Tanya Andin sambil membersihkan sudut bibir Al yang sedikit belepotan terkena coklat. Aldebaran hanya mengangguk mengiyakan.

"Mas, kita masih punya satu jam nih sampai Mama kamu, Angga, Michi, Rendy, dan Katrin datang. Kamu mau ngapain sambil nunggu?"

"Terserah kamu aja, Ndin."

"Loh kok terserah aku? Yang ultah kan kamu, Mas. Pokoknya hari ini apapun yang kamu mau akan aku turutin." Ujar Andin membujuk.

"Tiap hari juga kamu udah nurutin apa yang saya mau, Ndin." Aldebaran tersenyum dan mengusap rambut Andin dengan sayang. 

Andin balas tersenyum mendengar jawaban Al. Andin memang sangat memanjakan Al. Apapun yang Al mau akan dituruti oleh Andin.

"Bentar, Mas." Tiba-tiba Andin meninggalkan meja dan berjalan menuju panggung tempat live band berada. Dia meminta band untuk memainkan sebuah lagu romantis untuk menemaninya dan Al berdansa.

"Ayo Mas, kita dansa." Andin menarik tangan Al untuk berdiri.

Sekarang live band mulai memainkan lagu Thinking Out Loud by Ed Sheeran yang sudah di-request Andin.

And darling I will be loving you 'til we're 70

And baby my heart could still fall as hard at 23

And I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways

Maybe just the touch of a hand

Oh me I fall in love with you every single day

And I just wanna tell you I am

So honey now

Take me into your loving arms

Kiss me under the light of a thousand stars

Place your head on my beating heart

I'm thinking out loud

Maybe we found love right where we are

Mereka berdansa dengan pelan diiringi lirik lagu yang romantis. Tanpa terasa air mata Andin menetes di akhir dansa mereka. Ada perasaan bersalah yang melandanya saat ingat rencana yang telah dia susun untuk menghancurkan Aldebaran.

"Ndin, are you okay? Kenapa nangis?" Tanya Al khawatir yang membuat air mata Andin mengalir makin deras mendengar nada kekhawatiran dalam suara Al.

"Ga apa-apa, Mas. Aku terharu aja sama lirik lagunya. Liriknya romantis banget."

"And darling I will be loving you.."

Al pun mulai menyanyikan lagu tersebut. Tapi belum satu bait selesai, Andin malah menutup mulut Al dengan kedua tangannya.

"Mas, kamu nyanyi apa? Nadanya ga begitu." Ujar Andin yang tidak bisa menahan tawanya.

"Emang sengaja saya salahin buat kamu ketawa. Biar kamu ga nangis lagi."

Andin tersenyum lembut dan membelai pipi Al dengan ujung jemarinya. "Makasih, Sayang.You're too sweet."

"Sama-sama." Jawab Al, mengusap air mata di pipi Andin. "Udah, jangan nangis lagi." 

Andin mengangguk. "Tapi aku mau kamu nyanyi lagi, Mas. Suara kamu bagus banget." Kata Andin menggoda Al, berusaha mencairkan suasana.

"Ga usah ngeledek ya, Andin."

Andin tertawa dan memeluk Al dengan erat. Lama mereka berpelukan sebelum Andin menghela napas dalam-dalam, mempersiapkan diri untuk mengungkapkan perasaannya kepada Al. 

"Mas Al..." Andin memulai, "Aku tau kita baru kenal beberapa bulan dan aku juga sebenarnya bukan tipe orang yang gampang jatuh cinta. Tapi, saat sama kamu aku benar-benar merasa nyaman dan aku dengan mudahnya jatuh cinta sama kamu." Andin mendongak menatap Aldebaran, berharap Al juga akan mengungkapkan hal yang sama.

Ketika Al hanya diam, Andin tidak sanggup lagi menatap mata Al dan menundukkan kepalanya, wajahnya memerah karena malu. "Kamu ga harus ungkapkan perasaan kamu sekarang, Mas. Aku akan sabar menunggu sampai kamu siap." Bisik Andin.

Al meraih dagu Andin dan mendongakkan wajah Andin keatas untuk menatapnya. "Ndin, saya juga ci—"

Namun, sebelum Al sempat menyatakan perasaannya, mereka dikagetkan dengan bunyi ponsel Andin yang otomatis merusak momen tersebut.



Tuesday, September 7, 2021

Jangan lupa follow, vote, dan comment ya💕

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang