Disclaimer: 🔞
Setelah perjalanan yang panjang, Al dan Andin akhirnya kembali ke Jakarta lewat tengah malam. Al berjalan mengikuti Andin dari belakang menuju apartemennya sambil menyeret koper. Seulas senyum tersungging di bibir Al saat dia mengingat kembali waktu yang mereka habiskan bersama di Thailand.
Al sudah merencanakan banyak hal di hari kedua mereka di Phuket: tour ke Elephant Jungle Sanctuary Phuket untuk bermain-main dengan gajah, mengunjungi Golden Sitting Buddha di kuil Wat Khao Rang, dan berbelanja oleh-oleh di Phuket Town sebelum berangkat ke bandara sore harinya. Tapi pada kenyataannya mereka tidak meninggalkan tempat tidur semenjak mereka kembali dari pantai pagi itu.
Sekembalinya dari pantai, mereka berendam di kolam renang pribadi di villa mereka untuk membersihkan diri dari pasir sambil menikmati floating breakfast dan panorama sunrise. Saat mereka menyaksikan matahari terbit ditemani dengan suara deburan ombak yang menghempas pantai, Al merasakan kebahagiaan yang begitu besar menghampirinya yang membuatnya hampir kesulitan bernapas.
"Ndin, kapan-kapan kita kesini lagi ya." Kata Al pada Andin. "I love being here with you."
Andin memberi Al tatapan itu lagi, tatapan yang membuat Al ingin menjadi pria yang lebih baik.
"Me too," Jawab Andin lembut sambil mencium pipi Al. "Nanti bulan madu kita kemana, Mas?" Tanya Andin tersenyum.
"Surprise." Goda Al.
Andin tertawa dan memukul bahu Al. Mereka saling bercanda dan berciuman sampai akhirnya Al menggendong Andin ke dalam dan membaringkannya ke tempat tidur. Mereka bercinta sepanjang hari sampai tiba waktunya mereka harus berangkat ke bandara.
Sepanjang perjalanan naik taksi ke bandara, saat menunggu pesawat take off, dan berjam-jam penerbangan dengan dua pesawat, mereka bertingkah seperti sepasang remaja yang kasmaran. Mereka tidak bisa berhenti saling tersenyum dan tertawa, saling menatap dan berbisik manis ke telinga satu sama lain, serta saling membelai dan memberikan ciuman lembut di bibir masing-masing. Mereka seolah hidup di dunia mereka sendiri yang hanya dihuni oleh mereka berdua.
Setelah sampai di apartemen Andin, Al meletakkan kopernya di dekat pintu dan merebahkan dirinya di sofa.
"Capek banget, Ndin." Ujar Al.
Andin duduk di dekat Al dan mengangkat kepala Al ke pangkuannya.
"Aku juga, Mas." Kata Andin membelai rambut Al. "Ayo bersih-bersih dulu, Sayang. Lalu kita tidur." Andin melirik jam tangan Rolex pemberian Al ditangannya yang sudah menunjukkan jam 1 malam.
"Hmm..." Kata Al membenamkan wajahnya di pangkuan Andin. "Lima menit lagi." Katanya.
Andin menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa dan menguap kecil. Dia memang merasa lelah setelah perjalanan jauh, tetapi dia juga merasakan kebahagiaan yang melimpah di dalam dirinya. Kebahagiaannya terasa lengkap saat orangtuanya menelepon tadi pagi dari London.
Mereka sudah tidak sabar ingin mengucapkan selamat sejak Al meminta izin untuk melamar Andin minggu lalu. Andin merasa terharu karena ternyata Al sudah terlebih dahulu berbicara dan meminta izin kepada orang tuanya tentang rencananya melamar Andin sebagai istrinya.
Andin menanyakan kepada mamanya dan Papa Gunawan apakah mereka bisa pulang ke Indonesia bulan depan untuk acara lamaran. Mendengar itu, mamanya merespon dengan sangat antusias dan langsung menanyakan berbagai hal mulai dari waktu dan tempat, seserahan, gaun lamaran, catering, dan lain sebagainya.
Andin kewalahan menjawab semua pertanyaan mamanya karena memang dia belum memikirkan hal itu. Mamanya menceramahinya panjang lebar atas ketidaksiapannya dan mengatakan akan segera menelepon Mama Rossa dan keluarga mereka di Bali untuk mendiskusikan rencana dan detail acara lamaran tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aldebaran, My Love
RomanceAndini Poetri akan melakukan apa pun untuk menjerat Aldebaran Alfahri, mantan tunangan sepupunya. Tujuannya membuat Aldebaran jatuh cinta lalu meninggalkan pria itu menjelang hari pernikahan mereka. Segala cara akan Andin tempuh untuk membalaskan de...