Chapter 14

3.2K 308 24
                                    

Disclaimer: 🔞

Charity event itu diadakan di sebuah hotel mewah bintang lima di kawasan Jakarta Selatan. Di dalam, Al dan Andin disambut oleh dua orang panitia acara yang mengarahkan mereka untuk sesi foto sebelum menuntun mereka ke lift yang akan membawa mereka ke ruang acara yang diadakan di ballroom lantai tiga.

Mereka melangkah memasuki ruang besar yang dipenuhi kaum elite Jakarta, kumpulan pria sukses dan tajir ditemani para sosialita cantik berpenampilan mewah. Aroma harum memenuhi ruangan dari rangkaian bunga berukuran besar yang ditempatkan di tengah-tengah tiap meja makan.

Al menggenggam tangan Andin dan mengarahkan Andin melewati orang-orang yang berkerumun di sekitar meja makan, berhenti sesekali untuk menyapa orang-orang yang dia kenal. Al tidak melepaskan genggamannya saat berbicara dengan salah seorang rekan bisnis yang mencegat mereka, membahas tentang fluktuasi pasar. Andin mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, berusaha mencari keberadaan Angga dan Michi yang juga menghadiri acara tersebut.

"Andin!"

Andin berputar ke arah suara Michi, melambaikan tangan ketika melihat Angga dan Michi berjalan ke arah mereka. Michi terlihat sangat cantik dalam balutan gaun navy, lengannya menggandeng lengan Angga yang tampak menawan dengan tuxedo warna senada. Al pamit dari percakapannya untuk menyapa Angga dan Michi.

Setelah saling menyapa dan menanyakan kabar satu sama lain, rombongan Al, Andin, Angga, dan Michi berjalan menuju meja makan terdekat yang masih kosong. Ketika hampir sampai, Andin melihat seorang perempuan cantik sedang memperhatikan mereka dari tempatnya berdiri di meja sebelah.

Wanita itu, siapa pun dirinya, memandangi Al dengan intens layaknya pandangan kepada seorang kekasih. Perasaan itu terlihat jelas di wajah dan matanya yang indah. Kecantikannya mengagumkan. Rambut hitamnya tergerai panjang dan lurus sampai nyaris ke pinggang. Gaun berwarna silver yang dia kenakan memperjelas lekuk tubuhnya yang semampai.

Andin merasakan langkah Al goyah, melambat sedikit sebelum kembali seperti biasa. Andin mendongak melihat wajah suaminya dan merasakan lengan Al menegang di bawah jemarinya begitu matanya dan wanita asing itu bertemu.

"Nikita," Al menyapanya, nada serak alami dalam suaranya terdengar jelas. Al melepaskan Andin dan menggenggam tangan wanita itu. "Kapan balik ke Indo? Kok ga bilang-bilang?"

"Hi, Al. Aku sebenarnya kirim beberapa chat ke nomor lama kamu. Tapi kayaknya udah ga aktif."

"Ah, I see. Aku memang ganti nomor setelah pulang dari US." Al kemudian melepaskan jabatan tangannya dan menarik Andin kesisinya. "Nikita, kenalin ini Andin. Andin, ini Nikita, teman lama waktu di New York."

Nikita mengulurkan tangan pada Andin. "Nice to meet you, Andin." Katanya sambil tersenyum sopan.

"Likewise. Aku juga senang bisa ketemu teman lama suamiku." Balas Andin, menatap Nikita.

Ketika matanya menatap mata Nikita, Andin melihat ada kilatan rasa terkejut disana. Tapi di permukaan dia tetap tampak tenang.

"Al, Mama kamu mana? Aku udah lama banget ga ketemu Tante Rossa." Tanya Nikita pada Al.

"Mama lagi di Penang sekarang. Ada urusan keluarga."

"Oh, gitu. Al, ayo ketemu sama Mami dan Papiku sebentar. Mereka pasti senang ketemu lagi sama kamu." Nikita kemudian menoleh ke arah Andin. "Andin, boleh pinjam Al sebentar? Mau ketemu Mami Papiku di meja sana." Dia menunjuk meja di sisi lain ruangan.

"Silahkan." Jawab Andin tenang, tetapi dia sama sekali tidak tenang.

Al pamit dan menempelkan ciuman di pelipis Andin sebelum menghampiri Nikita dan mereka berlalu dari sana, meninggalkan Andin yang berdiri kikuk sendirian, masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang