Chapter 21

2.7K 295 26
                                    

Disclaimer: 🔞

Andin terbangun karena mencium aroma tubuh suaminya, dan rasa lengan Al di sekeliling tubuhnya ketika Al menggendongnya. Merasa lelah, Andin menyandarkan kepala di dada Al dan mendengarkan debar jantungnya yang kuat. Tadi setelah selesai membuat kue dan mandi, Andin menunggu Al di sofa ruang keluarga sambil membaca buku hingga ketiduran.

Al membawa Andin ke kamar tidur dan membaringkannya di ranjang.

"Kamu dari mana aja, Mas?" Gumam Andin.

"Kan tadi sudah saya bilang ada meeting di kantor."

"Meeting apa?"

Al menggeleng. "Kita bicara nanti. Kamu lanjut tidur aja, capek banget kayaknya."

"Sekarang aja..."

"Nanti, Andin." Kata Al tegas. "Sekarang ayo tidur." Al menunduk dan mencium kening Andin dengan keras.

Andin mencengkeram pergelangan tangan Al ketika Al menegakkan tubuh. "Kamu juga tidur sini."

"Tapi saya ga ngantuk, Ndin."

"Jangan pergi." Rengek Andin. "Temenin aku disini, Mas."

Al menghela napas lelah. "Iya, tunggu."

Andin bertopang siku, mencoba mengusir kantuknya dan memperhatikan Al membuka sepatunya dan melemparkannya ke sembarang arah lalu mengeluarkan dompet dan ponselnya dari kantong celananya dan meletakkannya di atas nakas. Al lalu bergabung dengan Andin di ranjang dan meraih Andin kedalam pelukannya. Beberapa menit kemudian, Al tertidur pulas.

Andin tersenyum melihat suaminya yang sedang tidur di pelukannya. Walaupun menyatakan tidak mengantuk sebelumnya, kenyataannya Al langsung terlelap begitu kepalanya menyentuh bantal. Andin berbaring di ranjang, namun rasa kantuknya sudah hilang. Andin melirik ke atas nakas dan melihat ponsel Al yang tergeletak disana.

Ponsel suaminya tampak sangat menggoda.

Dengan hati-hati, Andin melepaskan diri dari pelukan Al dan bangkit dari ranjang. Andin mengambil ponsel itu, mengetik kata sandi MyAndin dan memeriksanya tanpa malu. Kalau Al menangkap basah dirinya sedang melakukannya, Andin tidak peduli. Andin tahu bahwa suaminya menyembunyikan sesuatu darinya. Kalau suaminya tidak mau memberinya jawaban, dia berhak mencari jawaban itu sendiri.

Andin membuka galeri dan tidak menyangka bahwa dia akan menemukan banyak sekali foto dirinya disana. Kebanyakan foto candid yang diambil Al sendiri dengan ponsel atau kameranya di saat Andin tidak menyadarinya. Foto-foto yang memberi Andin kesempatan untuk melihat dirinya sendiri melalui mata suaminya.

Andin berhenti merasa cemas. Dia yakin dan percaya kalau suaminya sangat mencintainya. Tidak ada orang yang bisa memotretnya seperti ini, kalau orang tersebut tidak mencintainya. Al memotretnya ketika rambutnya berantakan, tanpa make up, ketika melakukan sesuatu yang tidak menarik seperti makan, tidur, membaca buku atau berdiri di depan pintu lemari pakaian, memikirkan baju apa yang akan dipakai. Foto-foto yang membosankan dan biasa.

Daftar panggilan teleponnya sebagian besar menunjukkan hubungan telepon antara Al dengan Andin, Mama Rossa, Rendy, dan Feli. Ada beberapa missed call dari Nikita yang membuat hati Andin menghangat ketika melihat suaminya tidak pernah membalas telepon dari wanita itu. Ada beberapa telepon antara Al dengan rekan-rekan bisnisnya dan beberapa dengan pengacaranya.

Dan ada dua hubungan telepon dengan nomor tidak di kenal. Mata Andin menyipit, merasa familiar dengan nomor tersebut. Andin kemudian memeriksa daftar chat tapi tidak menemukan sesuatu yang berarti.

Andin mengembalikan ponsel itu ke tempatnya semula, mengamati suaminya yang tertidur pulas. Aldebaran sekarang terbaring telungkup dengan posisi kepalanya berada di bantal Andin. Berbaring seperti itu, Al terlihat sangat muda. Andin tahu suaminya itu menanggung tanggung jawab yang begitu besar dan mampu membuat segala sesuatu terlihat lebih mudah, sehingga bayak yang melupakan bahwa Al juga sama rapuhnya seperti orang lain apabila tertekan dan bekerja terlalu keras.

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang