Chapter 27

6.3K 427 28
                                    

Disclaimer: 🔞

"Andiiin...."

"Ya, Mas?" Andin menyahut dari balik bahunya dan mendengar suara pintu kaca bergeser sebelum dia merasakan Al berdiri di sampingnya.

"Kok kamu baca buku disini, Ndin? Apa ga silau?" Bibir Al mendarat lembut di bahu Andin yang telanjang sebelum menyipitkan matanya ke arah cahaya matahari yang bersinar terang menyinari serambi rumah.

"Ga apa-apa. Aku sekalian mau berjemur." Andin tersenyum dan mengulurkan tangannya ke belakang untuk membelai rambut Al. "Ayo duduk sini, Sayang." Andin menoleh ke belakang dan meleleh ketika Al menatapnya dengan tatapan lembut dan memuja yang membuat mata Andin berkaca-kaca.

Al duduk di kursi di sebelah Andin dan mengambil sunscreen spray yang terletak di atas meja. Al menyemprot tubuhnya dengan cairan tersebut dan perlahan-lahan meratakannya di kedua lengan dan lehernya. Andin duduk dan mengamati saat Al kesulitan menjangkau bagian belakang kakinya. Andin tahu dia seharusnya menawarkan bantuan, tapi Andin masih terpesona dengan pemandangan di depannya. Terpesona dengan tubuh Al yang jantan.

Al tidak memiliki otot besar seperti model yang biasa menghiasi cover majalah kesehatan pria, tetapi Al memiliki tubuh tegap yang ramping dan berotot di area yang tepat. Andin memperhatikan perut Al menekuk dan bisepnya menonjol ketika Al mengangkat lengannya ke atas dan mencoba untuk menyemprot punggungnya. Andin tidak sadar bahwa dia mengeluarkan suara saat tiba-tiba Al berhenti dan menatapnya. Seringai Al semakin lebar semakin lama dia menatap.

"Apa?" Tanya Andin merona, napasnya sedikit terengah.

Suara Andin yang terengah membuat Al tertawa geli. "Kenapa natap saya gitu?" Goda Al.

"Hmm? Emang gimana?" Andin menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi dan mengangkat kakinya naik ke atas kursi. Karena Andin mengenakan sundress, cara duduknya membuat celana dalamnya terpampang jelas. Andin dapat merasakan tatapan Al yang panas, membuat tubuh Andin panas dan basah. Tampaknya Al menyadari hal itu karena dia dengan santai dan penuh arti menelusuri tubuh Andin dengan tatapannya yang terasa membakar.

Tatapan Al tiba-tiba berhenti dan menetap di payudara Andin. Dan sekarang payudara Andin juga terasa panas dan berdenyut. Puncak payudaranya terasa sangat sensitif menekan bra berenda yang dia kenakan. Andin membasahi bibirnya yang terasa kering. Dan Al kemudian memusatkan perhatiannya pada bibir Andin dan menelan ludah dengan susah payah.

Ketika mata mereka saling bertatapan, Andin kembali bertanya kepada Al. "Emang tatapan aku gimana?" Goda Andin, sengaja berlama-lama menatap bagian tubuh Al yang menegang di balik celana.

Suara kaleng spray yang jatuh ke lantai kayu serambi terdengar nyaring saat Al menghampiri Andin dengan keanggunan seekor jaguar yang mendekati mangsanya. Al membentangkan kakinya lebar-lebar, membungkuk, dan mengurung tubuh Andin dengan kedua lengannya yang mencengkeram pegangan kursi. Al membungkuk lebih rendah sampai hidungnya menempel dengan hidung Andin. Andin mengulurkan tangannya dan menggarukkan kukunya dengan pelan ke pundak Al yang lebar. Kukunya bergerak dengan lambat dan menggoda dari ujung ke ujung.

Dengan mata yang terpaku menatap Al, Andin mencengkeram paha Al, ibu jarinya tepat mengenai kejantanan Al. Saat Andin menggerakkan ibu jarinya maju mundur, menggoda pusat gairah Al, bibir Al terbuka dan menggumamkan nama Andin dalam bisikan serak. Merasa memegang kendali sepenuhnya, Andin menyelipkan tangannya ke balik celana pendek Al, sampai Andin menemukan sasaran yang diinginkannya.

Andin melingkarkan tangannya di kejantanan Al yang besar dan tegang. Al sekarang berdiri tegak di depan Andin, wajah Andin hampir sejajar dengan pangkal pahanya. Andin menarik celana pendeknya ke bawah, membebaskan kejantanan Al. Andin menggerakkan tangannya ke atas dan ke bawah, meremas, dan memijat sampai akhirnya Al mencapai puncak dengan keras, kepalanya jatuh ke belakang dengan erangan yang keras dan panjang.

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang