Chapter 6

9.2K 409 21
                                    

Disclaimer: 🔞

Andin sedang memeriksa tugas mahasiswa di ruang dosen saat Pak Agus, salah satu OB kampus, menghampirinya membawa satu buket besar bunga lily dan mawar pink yang sangat cantik.

"Bu Andin, ini ada kiriman bunga buat Ibu."

"Oh ok. Makasih ya, Pak."

"Sama-sama, Bu Andin." Pak Agus pun berlalu dari ruangan.

Andin meletakkan bunga tersebut diatas meja dan mengambil kartu yang terselip diantara kelopak bunga.

Semangat kerjanya.

A.A.

Andin tertawa membaca tulisan pada kartu. Kata-katanya nya sangat simple yang memang menggambarkan ciri khas Aldebaran yang kaku dan tak banyak bicara. Andin mengangkat buket bunga itu dan menghirup aromanya dalam-dalam.

"Dari siapa, Bu Andin?" Tanya salah seorang dosen yang berada disana.

"Dari calon suami ya?" Sambung dosen yang lain ingin tahu.

Andin hanya tersenyum malu-malu dan tidak menjawab. Dia kemudian merapikan paper yang sudah diperiksanya dan pamit meninggalkan ruangan menuju kelas yang akan diajarnya sebentar lagi. Sebelum ke kelas, Andin mengirimkan pesan pada Al untuk mengucapkan terimakasih.

Makasih ya Mas bunganya. Aku suka banget. Love you💜

Al langsung membalas pesan Andin.

Ya, sama-sama.

Tumben kamu balasnya cepat, Mas? Kamu ga ada meeting?

Ada. 10 menit lagi.

Ya udah aku juga ada kelas sebentar lagi. Sekali lagi makasih ya, Mas. Bunganya cantik banget.

Andin berjalan ke kelas dengan perasaan yang berbunga-bunga. Dia sangat bahagia. Tadi pagi Andin terbangun dengan posisi yang sama saat dia terlelap, dalam pelukan hangat Aldebaran.

Wajah Aldebaran kelihatan sangat tenang dan damai saat sedang tidur sehingga kelihatan beberapa tahun lebih muda. Andin membelai pipi Al dengan lembut, mengagumi ketampanan pria itu. Al membuka kelopak matanya perlahan dan tersenyum melihat pemandangan indah di depannya. Tubuh bagian bawahnya mengeras seketika.

"Ndin.." Aldebaran menciumi leher Andin dengan mengantuk.

"Mas Al.. Pelan-pelan.." Andin meringis kesakitan saat mulut Al mulai melumat puncak payudaranya. Puncak payudaranya terasa nyeri dan sensitif akibat dihisap semalaman. Al mencoba menenangkan Andin dengan membelai puncak yang sensitive itu dengan lidahnya. Perlahan rintihan Andin berubah menjadi desahan nikmat.

Al mengecek kesiapan Andin dengan jari-jarinya. Al mendapati kewanitaan Andin sudah basah dan lembab, siap menerima dirinya. Al membuka paha Andin dan membenamkan miliknya ke dalam milik Andin yang sangat lembut dan kencang. Percintaan mereka pagi ini berlangsung pelan, lembut, dan romantis. Mereka mencapai puncak di saat yang bersamaan.

Setelahnya, mereka mandi bersama dan bercinta sekali lagi di kamar mandi. Andin kemudian memasak sarapan untuk Al, omelet sayur dan sosis. Mereka makan bersama sambil Andin sesekali menyuapi Al dan mengelap bibirnya. Mereka saling bercanda dan menyusun rencana untuk lebih sering menghabiskan waktu bersama.

Al tidak ingat sudah berapa kali dia menyemburkan benihnya di rahim Andin sejak percintaan mereka semalam. Al menunggu rasa panik itu datang, tapi anehnya dia merasa sangat tenang. Bayangan memiliki anak dalam waktu dekat tidak membuatnya panik seperti sebelumnya. Sekarang dia malah berharap akan hal itu, memiliki anak dari Andin.

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang