Happy Reading guys!
Alex kembali ke Villa dengan keadaan yang sangat kacau. Pakaian yang semula rapi kini menjadi lecek dan kotor ditambah bau badan yang mulai menghampiri tubuhnya dikarenakan dia sudah beberapa hari ini Alex terus saja mencari Zahra tanpa memperdulikan makan dan tubuhnya, yang dia pikirkan hanyalah Zahra.
Alex pun mulai masuk ke dalam kamar Zahra dengan langkah yang gontai tanpa semangat sedikitpun, setelah dia sampai di sana bukannya tidur dan beristirahat dia malah terus melihat sekeliling kamar itu sambil termenung.
"Zahra, kamu dimana." Ujar Alex yang telah merasa putus asa untuk mencari Zahra.
"Zahra, apakah kamu tidak memiliki perasaan sedikitpun untukku hingga kamu begitu tega meninggalkan aku sendiri disini." Ujarnya lagi seperti orang yang hampir kehilangan akal.
"Zahra, aku merindukanmu." Ujarnya lagi yang kini mulai meneteskan air mata.
Entah sudah berapa kali Alex menangisi kepergian Zahra, dia terus saja memikirkan dan mencari Zahra tanpa memperdulikan rambutnya yang kini sudah seperti sarang burung. Begitu tidak terurus. Mungkin inilah yang dinamakan patah hati, cinta mampu membuat orang yang berakal menjadi gila dalam waktu yang singkat.
"Michel, beraninya kamu membawa Zahra dariku." Ujar Alex yang kini berganti menjadi ekspresi marah.
Alex pun berjalan ke depan kemudian membanting vas bunga yang berada di atas meja, lalu berganti ke arah meja rias kemudian menjatuhkan semua alat make-up serta parfum yang semula tertata rapih di meja kini menjadi berjatuhan diatas lantai. Tidak berhenti sampai di situ seprei, bantal, selimut serta semua barang-barang yang berada di kamar itu Alex jatuhkan.
Alex merubah kamar yang semula tertata rapih kini menjadi sebuah kamar yang berantakan. Ada begitu banyak barang yang pecah serta barang yang tidak berada di tempat yang seharusnya. Semua serba kacau, namun Alex tidak memperdulikannya yang ingin dia lakukan hanyalah melampiaskan amarahnya saja.
***
Sudah tiga bulan Zahra pergi meninggalkan Alex, dan sudah tiga bulan juga Alex hidup bagaikan zombi yang tidak memperdulikan dunianya. 3 bulan waktu yang cukup panjang bagi orang lain, namun waktu 3 bulan hanya Alex gunakan untuk minum dan mencari Zahra tanpa henti.Jika Zahra melihat Alex sekarang mungkin dia tidak akan mengenali Alex lagi, Alex telah berubah secara fisik maupun mental dan semua itu terjadi hanya karena seorang wanita.
Rambut yang telah memanjang, bulu jenggot serta kumis yang sudah mulai memenuhi wajahnya serta jangan lupakan kemeja yang dia gunakan tanpa pernah diganti sekalipun yang kini terlihat bau, lecek dan kotor. Sangat tidak layak dikatakan baju, bahkan kemeja yang Alex gunakan lebih cocok dipanggil kain lap namun untuk mengelap saja terlalu kotor untuk digunakan.
Namun semua itu Alex tidak perdulikan, saat ini dia hanya ingin minum setelah lelah mencari Zahra seharian.
"Tuan." Panggil Kenan yang baru saja masuk ke dalam kamar yang saat ini tengah Alex gunakan.
Kenan melihat Alex yang sedang duduk di lantai bersama dengan botol-botol minuman keras yang saat ini telah berserakan dimana-mana, dan jangan lupakan jika kamar yang terlihat sangat kotor dan berantakan seperti kapal yang pecah.
Kenan tanpa ragu sedikitpun mulai berjalan dengan sangat hati-hati agar kakinya tidak menginjak barang atau benda yang saat ini telah berserakan di lantai dan membuatnya terjatuh sekaligus membuat Alex marah.
"Apakah Tuan baik-baik saja?" Tanya Kenan saat jarak antara dia dan Alex telah dekat.
"Apakah kamu sudah menemukan Zahra?" Tanya Alex to the point.
"Maaf Tuan, saya masih belum menemukan keberadaan Nona." Jawab Kenan dengan putus asa karena sudah tiga bulan dia mencari namun belum juga dapat dia temukan keberadaan Zahra.
"Tuan, Zahra telah pergi. Tolong ikhlaskan semuanya." Ujar Kenan mencoba menyadarkan Alex.
"Ikhlas? Tidak semudah itu Kenan." Elak Alex yang merasa tidak mungkin jika dia merelakan Zahra pergi bersama Michel begitu saja.
"Kita telah mencari Nona selama berbulan-bulan, tapi kita masih belum bisa menemukannya." Ujar Kenan yang merasa mencari Zahra sudah tidak mungkin lagi untuk dilakukan.
"Cari lagi." Ujar Alex teguh pada pendirian untuk terus mencari Zahra.
"Mau sampai kapan Tuan akan terus mencari Nona?" Ujar Kenan yang kini merasa sedih sekaligus kesal kepada Alex yang hanya mementingkan cintanya dan tidak memperdulikan yang lainnya.
"Sampai ketemu." Jawab Alex tanpa ragu.
"Sadar Tuan, hidup Tuan bukan hanya untuk Nona. Diluar sana ada banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada Tuan. Apa Tuan tega membiarkan perusahaan hancur hanya karena Tuan sedang patah hati?" Ujar Kenan mencoba mengingatkan Alex.
"Perusahaan ada yang mengurus." Jawab Alex dengan santainya.
"Perusahaan mungkin dapat terselamatkan, tapi bagaimana dengan penyatuan Black Mafia dan Red Angel? Kedua kelompok mafia ini masih belum mau bersatu, mereka masih saling berkelahi dan tidak jarang ada yang tewas dalam perkelahian itu. Apa Tuan tega membiarkan kedua kelompok ini terus saling menyerang dan membunuh padahal mereka memiliki satu pemimpin dan satu klan." Ujar Kenan yang mulai merasa emosi dengan sikap Alex yang seperti tidak memperdulikan kelompok Mafia lagi.
"Kamu bisa menanganinya." Ujar Alex yang terlihat tidak perduli dengan apapun yang baru saja Kenan katakan.
"Saya memang bisa menangani beberapa hal, tapi tidak semua. Ada beberapa masalah yang hanya bisa diselesaikan oleh Tuan saja, jangan lupakan posisi Tuan yang saat ini menjabat sebagai Leader of Mafia, Tuan ada Pemimpin dari kelompok mafia jadi saya harap Tuan mau menangani masalah ini sebelum lebih banyak nyawa lagi yang melayang." Ujar Kenan tidak ada henti-hentinya.
Selama beberapa saat Kenan menunggu jawaban dari Alex dengan harapan Alex mau memikirkan apa yang baru saja dia katakan agar Alex dapat segera mengurus masalah yang semakin lama semakin sulit.
"Jik Tuan masih tidak ingin menangani masalah ini, saya akan menyerahkan nyawa saya asalkan Tuan mau membantu para kelompok mafia yang saling bersitegang." Ujar Kenan sambil menyodorkan pistol tepat di kepalanya.
"Apa kau ingin mati?" Tanya Alex dengan wajah yang datar.
"Tidak Tuan, tapi jika kematianmu dapat membuat Tuan mau bangkit maka saya dengan senang hati akan mati tepat di hadapan Tuan." Ujar Kenan tanpa rasa gentar sedikitpun.
"Kalau begitu tembak telapak tanganmu." Ujar Alex tanpa berbekas kasih.
Tanpa ragu sedikitpun Kenan mengarahkan pistol yang semula mengarah ke kepalanya berganti menjadi mengarah tepat di telapak tangan kirinya, dan Dor. Kenan menembak telapak tangannya sendiri menggunakan pistol yang dia pegang hingga peluru itu menembus telapak tangannya dan berakhir jatuh di atas lantai.
Alex melihat peluru yang telah tergeletak di atas lantai yang telah bersimbah darah kemudian terlukis sedikit senyum di bibirnya, senyum yang bahkan Kenan tidak tahu apa arti dari senyuman yang telah Alex ciptakan.
"Itu hukuman karena kamu tidak becus dalam menjalankan tugasmu." Ujar Alex yang kemudian dia berdiri dari tempat dia duduk kemudian pergi dari kamar itu.
"Ikut aku." Ujar Alex sebelum dia benar-benar keluar dari kamar Zahra.
"Baik Tuan." Jawab Kenan dengan patuh tanpa memperdulikan tangannya yang kini telah bersimbah darah.
Thanks for reading guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat Cinta Bos Mafia (End)
Teen FictionZahra, seorang gadis kecil yang mengalami takdir yang memilukan, dimana didalam hidupnya dia harus kehilangan seseorang yang sangat dia sayangi serta dia juga harus menghadapi bos Mafia yang sangat kejam dan tidak berbelas kasih. Dapatkan dia menja...