Orang Tua Michel

4.4K 132 0
                                    

Happy Reading guys!

Di sisi lain Michel yang telah menyelesaikan tugasnya pun memutuskan untuk kembali ke Indonesia, namun dia tidak langsung kembali ke Villa melainkan dia pergi untuk menemui kedua orang tuanya. Meskipun jarak antara villa dengan tempat tinggal kedua orang tuanya sangat jauh tidak membuat Michel enggan untuk melaluinya.

Dengan rasa rindu yang semakin kuat serta rasa cemas akan kesehatan ayahnya yang tengah dalam keadaan sakit pun membuatnya semakin bersemangat untuk pulang.

Michel mulai memarkirkan mobil yang dia kendarai di depan sebuah rumah sederhana namun terlihat sangat rapih dan terurus, kemudian keluar dari mobil untuk mengetuk pintu rumah itu.

Tok
Tok
Tok

"Mah, Pah. Michel pulang!" Teriak Michel dengan harapan orang tuanya dapat mendengar panggilannya.

"Mah, Pah." Ulang Michel yang belum mendapatkan jawaban dari penghuni rumah itu.

"Iya, sebentar." Jawab seorang wanita dari dalam rumah.

Setelah mendapatkan jawaban yang pasti dari penghuni rumah barulah Michel terdiam untuk menunggu orang yang berada di dalam rumah untuk membukakan pintu untuknya.

Tidak berapa lama pintu pun mulai terbuka dan terlihatlah seorang wanita paruh baya yang telah membukakan pintu untuknya.

"Mamah." Ujar Michel dengan wajah yang memancarkan kebahagiaan.

"Michel, kamu pulang Nak." Ujar wanita itu yang mendapati anaknya telah pulang ke rumah setelah pergi bekerja selama bertahun-tahun.

Sontak mereka pun berpelukan untuk saling melepaskan rasa rindu yang selama ini terpendam dan tidak mampu saling menemui dikarenakan kesibukan Michel yang tiada henti.

Setelah merasa cukup puas saling memeluk satu sama lain, mereka pun mulai melepaskan pelukan satu sama lain. Setelah Michel melepas pelukannya dia melihat bahwa ibunya telah menangis dengan air mata yang membanjiri pipinya, tanpa ragu Michel segera menghapus air mata ibunya dengan sangat lembut.

"Jangan menangis, Michel ada di sini." Ujar Michel dengan harapan ibunya dapat berhenti menangis.

"Mamah menangis karena bahagia, bahagia karena putra Mamah satu-satunya datang untuk mengunjungi Mamah." Ujar Maria sambil tersenyum kepada Michel.

Michel pun kembali memeluk erat tubuh Mamahnya untuk meluapkan kasih sayang yang dia miliki untuk mamahnya.

Saat tengah asik memeluk mamahnya, Michel teringat dengan papahnya yang sedang sakit saat dia pergi meninggalkannya.

"O iya Mah, Papah kemana?" Tanya Michel yang merasa penasaran dengan keadaan papahnya.

"Ada di kamar, dia sedang mengemas pakaian." Jawab Maria sambil menengok ke belakang dimana kamar itu berada.

"Mengemas pakaian? Memangnya kalian akan pergi kemana?" Tanya Michel dengan rasa penasaran.

"Kami akan pergi ke Seoul." Jawab Maria.

"Seoul? Itu sangat jauh dari sini, untuk apa kalian pergi ke sana?" Tanya Michel lagi yang merasa semakin penasaran dengan tujuan dari kepergian kedua orang tuanya ke Seoul.

"Apa kamu lupa, Mamah berasal dari sana?" Tanya Maria kepada anaknya yang mungkin sudah lupa jika ibunya berasal dari Korea.

"Iya, aku ingat. Mamah pindah ke Indonesia sejak Mamah menikah dengan Papah. Tapi apa alasan Mamah akan pergi ke sana? Dan berapa lama Mamah disana? Tidak mungkin lama kan?" Tanya Michel bertubi-tubi dengan perasaan takut jika kedua orang tuanya akan meninggalkannya sendirian di sini.

"Kami akan menetap disana." Jawab Maria yang sontak membuat Michel langsung merasa terkejut sekaligus sedih karena jarak mereka yang semakin jauh dan mungkin dia juga tidak dapat bertemu dengan kedua orang tuanya dengan mudah.

"Kenapa Mamah akan menetap disana? Bukankah Nenek dan Kakek sudah meninggal, lalu untuk apa Mamah akan menetap disana? " Tanya Michel bertubi-tubi lagi.

"Cafe peninggalan Nenek dan Kakek tidak ada yang mengurus, sebelumnya ada Tante dan Pamanmu yang menjaga Cafe itu tapi sekarang Pamanmu dipindah tugaskan ke luar kota jadi tidak akan ada yang mengurus Cafe itu. Mamah merasa sangat disayangkan jika Cafe yang telah berdiri sejak lama harus tutup hanya karena masalah yang sepele jadi dari pada Mamah disini dan terus berdiam diri di rumah akan lebih baik jika tenaga Mamah digunakan untuk mengurus Cafe peninggalan keluarga kita." Jelas Maria panjang lebar agar putranya dapat mengerti.

"Tapi Mah mengurus sebuah Cafe tidaklah mudah, Mamah akan kelelahan jika harus mengurus Cafe." Ujar Michel mencoba membujuk ibunya agar mau membatalkan niatnya untuk pergi ke Seoul.

"Cafe itu hanyalah Cafe kecil, lagi pula pelanggan yang datang hanya sedikit jadi Mamah tidak akan begitu sibuk untuk mengurus Cafe itu." Sanggah Maria yang tidak ingin kalah dengan perdebatan dari anaknya.

"Tapi Papah kan lagi sakit, bahkan berjalan saja sulit apa lagi harus pergi ke tempat yang jauh." Ujar Michel yang kini teringat dengan papahnya yang terkena stroke.

"Papah kamu sudah sembuh sejak satu tahun yang lalu, kamu sih jarang menemui kami jadi tidak tahu kabar tentang kami." Ujar Maria sambil tersenyum.

Setelah mengatakan hal itu Maria pun berbalik badan untuk masuk kedalam rumah dan kembali ke kamarnya untuk membantu sang suami yang tengah sibuk mengemas pakaian dengan sangat rapih.

"Tapi Mah, apakah Mamah dan Papah tega meninggalkan aku sendiri disini." Ujar Michel yang masih merasa keberatan jika dia harus ditinggalkan sendirian di Indonesia.

"Hey Michel, kamu saja jarang mengunjungi kami kenapa saat kami akan pergi malah menghalangi kepergian kami? Kami lebih baik pergi daripada harus menunggumu datang namun yang ditunggu malah tak kunjung datang." Timpal Rusdi yang sejak tadi mendengar rengekan putranya.

Rusdi geli melihat putranya yang telah beranjak dewasa namun sikapnya sangat kekanak-kanakan dihadapan ibunya, terkadang Rusdi berpikir apakah putranya besikap demikian dihadapan orang lain?

Jika memang iya, itu akan sangat memalukan. Rusdi tidak akan tahan jika mendengar putranya yang bertubuh tinggi dan tampan namun memiliki sifat yang sangat manja.

"Tapi Pah, Michael tidak ingin kalian pergi." Ujar Michel dengan wajah yang cemberut seperti seorang anak kecil yang sedang merengek minta dibelikan permen oleh orang tuanya.

"Michel kamu sudah dewasa, bersikaplah selayaknya pria dewasa." Ujar Rusdi tegas.

"Baiklah aku mengizinkan kalian untuk pergi." Ujar Michel dengan wajah yang lesu.

"Nah itu baru anak Papah." Ujar Rusdi dengan bangga.

"Kapan kalian akan pergi?" Tanya Michel yang masih belum mengetahui kapan orang tuanya akan pergi.

"Siang ini, jam 2." Jawab Maria.

"Bolehkah jika aku yang mengantar kalian ke bandara?" Tawar Michel untuk mengantar kedua orang tuanya.

"Kebetulan kami juga belum memesan taxi." Ujar Rusdi.

Michel pun merasa sedikit senang karena dia memiliki sedikit waktu lebih lama untuk bersama dua orang yang paling dia sayangi di dunia ini.

Akhirnya Michel pun membantu mamah dan papahnya mengemas pakaian serta mengantar mereka ke bandara dengan selamat, setelah mengantar kedua orang tuanya ke bandara barulah Michel kembali ke Villa untuk menemui bosnya.

Thank for reading guys!

Terjerat Cinta Bos Mafia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang