Membunuh Seseorang

4.6K 184 0
                                    

Happy Reading guys!

Dengan sekuat tenaga Zahra mencoba untuk mendorong tubuh Marquez, namun nihil kekutan yang dia miliki tidak sebanding dengan kekuatan pria. Sedangkan Marquez terus saja mencoba untuk mencium bibir Zahra secara paksa begitupun sebaliknya Zahra terus mencoba menghindari ciuman Marquez dan mencoba sekuat tenaga untuk menghindari ciuman Marquez.

Tangan Zahra tidak ada henti-hentinya terus mendorong tubuh Marquez, hingga tanpa sengaja tangannya menyentuh sebuah pistol sederhana yang berada dibalik pakaian Marquez dengan segera Zahra mengambil pistol itu disaat Marquez tengah mencoba untuk menciumnya.

Dengan cepat Zahra mengangkat pistol itu kearah kepala Marquez kemudian menarik pelatuknya tanpa rasa ragu sedikitpun dan dor. Suara tembakan terdengar cukup nyaring dikamar itu dengan seketika Marquez langsung tidak sadarkan diri kemudian terjatuh tepat diatas tubuh Zahra.

Zahra sangat terkejut dengan apa yang baru saja dia lakukan, dengan segera Zahra mendorong tubuh Marquez dari atas tubuhnya kemudian turun dari atas ranjang dengan tubuh yang gemetar.

Baru saja Zahra mundur beberapa langkah dia langsung terjatuh diatas lantai, Zahra melihat kearah dua tangannya yang baru saja dia angkat didepan tubuhnya kemudian melihat ada bercak darah yang menempel di tangannya.

Zahra merasa tidak percaya karena dia baru saja menghabisi nyawa seseorang, hal yang tidak pernah dia ingin lakukan bahkan membayangkannya saja membuat Zahra takut dan kini dia telah melakukannya.

"Aaa....ku pembunuh." Ujar Zahra dengan suara yang gemetar.

Setelah Zahra mengatakan hal itu air matanya langsung luruh seketika tanpa bisa dia bendung, Zahra melihat mayat Marquez yang kini telah bersimbah darah diatas kasur. Zahra merasa sangat ketakutan dan merasa bingung apa yang harus dia lakukan.

"Mamah tolong Zahra, Zahra takut." Ujar Zahra sambil memeluk kedua lututnya dengan sangat erat.

Zahra kembali melihat kearah mayat Marquez kemudian dia teringat sesuatu, pria itu, wajah itu kini dia telah mengingatnya. Dia adalah orang yang telah menghancurkan keluarganya, dia adalah orang yang telah membunuh ayah dan menyebabkan Zahra harus hidup tanpa seorang ayah. Dan dia jugalah orang yang dicari oleh ibunya hingga ibunya harus rela mati hanya untuk mencari keberadaan pria tua itu dan kini Zahra telah melakukan hal yang belum sempat ibunya lakukan.

Zahra kini telah membalaskan dendam kedua orang tuanya, senyum Zahra terbit seketika. Walaupun senyum yang terukir sangat tipis namun masih mampu terlihat, senyum tipis itu adalah simbol yang menyatakan bahwa dendam dan keinginan kedua orang tuanya kini telah terwujud dan usailah sudah dendam keluarganya.

Tapi kenapa Zahra masih belum merasa bahagia, hatinya masih merasa takut. Seharusnya dia saat ini merasa senang karena telah membunuh musuh dari keluarganya tapi entah mengapa hatinya masih juga merasa sedih.

Tok
Tok
Tok

Zahra melirik pintu yang telah diketuk entah oleh siapa, saat ini Zahra merasa malas dan takut untuk menghadapi diapun diluar sana yang dia ingin lakukan saat ini hanyalah sendiri.

"Nona, apakah kamu didalam?" Tanya seseorang yang berada diluar kamar Zahra.

Zahra mengenal suara itu, suara itu adalah suara milik Michel. Suara yang sangat familiar namun datang disaat yang tidak tepat, pria itu selalu ada disampingnya namun disaat dia paling membutuhkan pria itu dia malah pergi entah kemana membuat Zahra harus mengalami masa yang sangat sulit hingga menjadi trauma baginya.

Tok
Tok
Tok

"Nona, jika Nona ada didalam tolong jawab panggilan saya." Pinta Michel yang mulai merasa khawatir dengan keadaan Zahra.

"Kali ini kau terlambat Michel, dan aku membencimu karena kamu datang terlambat untuk menolongku." Ujar Zahra dalam hati.

"Ada apa?" Tanya Alex dari luar kamar Zahra yang masih dapat Zahra dengar suaranya.

"Saya tidak tahu Tuan, pintunya terkunci." Jawab Michel dengan sangat sopan.

"Dobrak pintunya." Perintah Alex dengan santai.

"Baik Tuan." Jawab Michel dengan patuh.

Michel pun melangkah mundur kemudian bersiap untuk mendobrak pintu, sedangkan Alex sedikit menyingkir untuk memberikan Michel sedikit ruang untuk mendobrak pintu.

Brak....

Percobaan pertama Michel gagal dalam mendobrak pintu dari kamar Zahra, dia pun tidak putus asa dan segera bersiap untuk mencoba mendobrak pintu kembali.

Brak...

Sangat disayangkan percobaan kedua Michel gagal kembali, entah karena tenaganya yang kurang kuat atau pintunya yang memang terbuat dari kayu jati yang memang sangat kuat dan kokoh namun apapun itu alasannya Michel sedikit kewalahan untuk mendobrak pintu yang saat ini telah berada dihadapannya.

"Cek, tak berguna." Decak Alex yang merasa kesal karena Michel telah gagal mendobrak pintu padahal dia telah mendobrak pintu itu sebanyak dua kali namun masih saja tidak dapat terbuka.

"Maafkan saya Tuan." Ujar Michel sambil membungkukkan badan.

Dengan segera Alex mendorong tubuh Michel agar segera minggir dari tempatnya berdiri kemudian bersiap untuk mendobrak pinta, sekilas Alex melirik kearah pintu kemudian mengambil ancang-ancang untuk bersiap.

Brak...

Alex tidak menggunakan tubuhnya untuk mendobrak pintu seperti yang Michel lakukan, tapi dia menggunakan kakinya yang sangat kuat untuk mendobrak pintu. Dan terbukti bahwa kekuatan kaki Alex sangat kuat hingga dapat membuka pintu yang sangat kuat dan kokoh hanya dengan sekali tendangan saja.

Setelah Alex berhasil membuka pintu itu dia pun berjalan untuk memasuki kamar Zahra.

Tak
Tak
Tak

Suara sepatu Alex terdengar jelas di ruangan itu namun tidak mampu membuat sang pemilik kamar menoleh untuk melihat seseorang yang baru saja datang dan memasukki kamarnya, dia masih terdiam sambil terus memeluk erat kedua lututnya sambil membenamkan kepalanya diatas kedua lututnya seolah dia saat ini merasa sangat takut dan tidak mampu lagi untuk mengangkat kepalanya.

Gadis itu terlalu takut, sangat takut hingga dia hanya bisa menangis dalam diam tanpa mengeluarkan sedikit suara pun.

Sedangkan Alex yang baru saja masuk kedalam kamar Zahra merasa sangat terkejut dengan pemandangan yang terpampang jelas dihadapannya.

Dihadapannya kini dia melihat ayah kandungnya sendiri tengah berbaring diatas kasur dengan keadaan kepala yang telah bersimbah dengan darah, serta Zahra yang kini tengah duduk di lantai sambil memeluk kedua lututnya dan tidak lupa juga pistol yang tergeletak tepat disamping tubuh Marquez.

Mata Alex langsung terbelalak, kedua tangannya mengepal sangat keras serta raut wajahnya yang menampakkan kemarahan yang sangat besar

Meskipun ayah biologisnya itu tidak pernah memperlakukan Alex seperti anaknya sendiri serta sangat jarang berada disisinya untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang ayah tapi Alex masih tetap menganggapnya sebagai ayahnya dan bagaimana pun Alex tetap memiliki sedikit kasih sayang untuk ayahnya serta membenci siapapun yang berani untuk menyakiti ayahnya.

Reader yang baik adalah Reader yang meninggalkan jejaknya.

Jangan lupa vote, komen kalau ada kesalahan silahkan dikoreksi ya kak karena aku juga masih belajar untuk menulis.

Terima kasih sudah mampir 🙏☺️

Terjerat Cinta Bos Mafia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang