Happy Reading guys!
Zahra terduduk sambil memeluk kedua lututnya begitu erat, air matanya tidak henti-hentinya terus mengalir membasahi kedua pipi Zahra yang kini telah membengkak.
Sakit, perih, putus serta rasa jijik yang hinggap di tubuhnya membuat Zahra merasa muak dengan kehidupannya yang entah mengapa terasa begitu menyakitkan.
"Apa salahku ya Tuhan, kenapa engkau memberikan cobaan yang begitu berat padaku." Ujar Zahra dengan lirih.
Menangis, mungkin hanya itu yang bisa Zahra lakukan untuk menumpahkan rasa sakit dan sedih yang saat ini dia alami. Tanpa ayah, tanpa ibu dan tanpa saudara ataupun teman yang akan menemaninya, hanya dia sendiri yang berada dalam kehancuran.
Zahra melihat cermin hias yang berada tidak jauh darinya, didalam otak cantiknya terbesit sebuah ide yang mungkin orang waras tidak akan melakukannya.
Diambilnya pajangan yang berbentuk sebuah kuda putih lalu dilemparnya kuda itu tepat kearah cermin hias itu. Setelah Zahra berhasil memecahkan kaca, diambilnya sepotong kaca yang cukup runcing dan tajam.
Sedangkan Michel yang mendengar kerusuhan dari dalam kamar Zahra langsung masuk kedalam kamar untuk memeriksa keadaan Zahra.
"Nona!" Teriak Michel.
Michel sangat terkejut mendapati Zahra yang kini tengah berdiri memegang sebuah kaca serta dengan keadaan tangan yang berlumuran darah. Michel dapat menduga bahwa Zahra menggores tangannya sendiri untuk mengakhiri hidupnya, tapi Michel tidak dapat diam saja bagaimana pun Michel harus menghentikan tindakan Zahra.
"Jangan mendekat!" Teriak Zahra sambil mengarahkan kaca yang kini telah terdapat darah yang menempel di kaca itu.
"Nona, dengarkan saya. Letakkan kaca itu, ayo kita bicara." Bujuk Michel.
"Untuk apa Michel? Hidupku sudah hancur, tubuhku telah hancur tak tersisa untuk apa aku tetap hidup Michel." Ujar Zahra dengan putus asa.
"Aku yakin Nona akan mendapatkan hidup yang lebih baik dimasa depan, yakinlah Nona." Ujar Michel lagi.
"Tapi kapan Michel? Aku sudah lelah hidup di sini, aku ingin keluar." Ujar Zahra sambil menangis.
Michel secara perlahan mulai mendekati Zahra untuk berusaha mengambil pecahan kaca itu.
"Apa Nona percaya takdir?" Tanya Michel untuk mengalihkan Zahra.
"Takdir?" Tanya Zahra.
"Ya Takdir, takdir telah ditentukan oleh Tuhan. Mungkin saat ini Nona mengalami kesedihan, namun suatu saat pasti ada kebahagiaan yang menanti Nona. Nona hanya perlu bersabar." Ujar Michel sambil terus mendekati Zahra.
Dan pada saat jaraknya telah cukup dekat Michel segera mengambil pecahan kaca itu kemudian membuang jauh-jauh.
Michel kemudian memegang tangan Zahra agar Zahra tidak dapat melakukan hal yang mungkin dapat membahayakan nyawanya kembali.
"Lepas Michel, lepasin." Ujar Zahra sambil berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan Michel.
"Saya tidak akan melepaskan tangan Nona, sebelum Nona berjanji tidak akan melakukan hal yang dapat membahayakan Nona." Ujar Michel.
"Untuk apa aku tetap hidup Michel? Apakah aku harus tetap hidup agar aku dapat terus disiksa dan dilecehkan?" Ujar Zahra yang kini mulai menangis kembali.
"Nona." Michel sedikit bingung jika mendapat pertanyaan itu dari Zahra. Karena apa yang dikatakan Zahra memang benar adanya, dia ada disini hanya sebagai pelampiasan Tuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat Cinta Bos Mafia (End)
Novela JuvenilZahra, seorang gadis kecil yang mengalami takdir yang memilukan, dimana didalam hidupnya dia harus kehilangan seseorang yang sangat dia sayangi serta dia juga harus menghadapi bos Mafia yang sangat kejam dan tidak berbelas kasih. Dapatkan dia menja...