Byurrrr...
Zahra tersentak oleh guyuran air yang tiba-tiba datang menghampirinya, Zahra mengangkat kepalanya kemudian dia melihat seorang wanita paruh baya yang sedang memegang sebuah baskom yang sudah kosong. Zahra menduga guyuran air yang membasahi tubuhnya mungkin datang dari wanita itu.
"Dasar gembel, tidur sembarangan. Pergi kamu dari sini, sana pergi!" Teriak wanita itu dengan kasar kepada Zahra.
Zahra yang tidak mengerti mengapa wanita itu bisa bersikap sejahat itu padanya pun hanya bisa menuruti apa yang dikatakan wanita itu. Zahra mulai bangkit dari tempatnya kemudian berjalan dengan keadaan yang basah kuyup. Baru beberapa langkah Zahra berjalan, wanita itu kembali berteriak padanya.
"Hey gembel, apa kamu lupa membawa sampah yang kamu bawa kemari?" Ujar wanita itu sambil memperlihatkan sebuah foto. Zahra pun langsung teringat bahwa foto itu adalah foto ibunya. Dengan secepat yang Zahra bisa, dia berlari untuk mengambil kembali foto ibunya.
Namun naas, sebelum Zahra bisa mengambil foto itu, wanita itu lebih dulu merobek foto itu hingga ukurannya menjadi kecil-kecil lalu melempar potongan foto itu tepat diwajah Zahra.
Zahra kecewa, sedih, marah dan lelah menjadi satu. Tapi apa daya Zahra yang hanya seorang gadis kecil yang tidak memiliki apapun di dunia ini. Hanya selembar foto itu saja barang yang Zahra miliki, selain itu Zahra tidak memiliki apapun lagi.
"Hahahaha.... Makanya jangan pernah mengotori rukoku lagi. Jika kamu berani mengotori rukoku lagi, maka aku akan berbuat yang lebih dari ini."
Setelah wanita itu mengatakan hal itu, dia berlalu pergi untuk memasuki ruko itu dan mengabaikan Zahra yang kini mematung di tempatnya dengan air mata yang mengalir begitu derasnya.
Tanpa berkata apapun Zahra langsung memunguti potongan foto itu satu persatu sambil menangis. Zahra tidak pernah menyangka jika orang-orang di kota begitu tega dan tidak punya belas kasih sedikit pun kepada gadis kecil yang malang. Kepada gadis kecil saja mereka Setega itu bagaimana jika kepada ibunya?
Zahra kembali mengingat ibunya membuat dia merasa semakin sedih karena hingga saat ini pun dia masih belum bisa menemukannya. Setelah Zahra memunguti seluruh sobekan foto ibunya itu, barulah dia pergi dari tempat itu untuk mencari tempat lain yang mungkin dapat menerimanya.
Zahra berjalan sambil terus memegang potongan foto ibunya, dia begitu takut jika potongan foto itu terbang atau hilang jadi dia sangat menjaganya dengan sangat hati-hati. Tidak berapa lama dia menemukan sebuah taman yang tidak jauh dari tempat itu. Zahra segera pergi ke sana untuk beristirahat. Setelah menemukan tempat yang cocok, barulah Zahra duduk disana.
Zahra memilih untuk duduk di taman yang tidak ditumbuhi oleh rumput, yaitu disebuah bagian yang disemen untuk menjemur potongan foto yang dia bawa sejak tadi. Zahra mulai menyatukan potongan foto itu dengan susah payah dikarenakan potongan itu terpotong cukup kecil, sehingga sangat sulit untuk menyatukannya.
Tapi Zahra tidak pantang menyerah, dia terus berusaha mencari dan memilih potongan demi potongan untuk menyatukan potongan foto itu menjadi sebuah foto yang utuh.
Butuh waktu yang cukup lama bagi Zahra untuk menyatukan potongan foto itu, namun paad akhirnya Zahra dapat melakukannya seorang diri. Setelah potongan foto itu menjadi satu, kini Zahra tinggal menunggu foto itu kering. Ya potongan foto itu basah oleh guyuran air dari wanita pemilik ruko tadi dan Zahra harus menjemur foto itu agar kering.
"Dek, kamu sedang apa?" Tanya seorang wanita yang datang menghampiri Zahra.
"Aku sedang menjemur foto ibuku Kak." Jawab Zahra sambil melihat siapa orang yang baru saja datang menghampirinya.
"Fotonya kenapa Dek?" Tanya wanita muda itu keheranan karena dia melihat sebuah foto yang telah hancur di hadapan Zahra.
"Tadi foto Ibuku ada yang merobeknya, Kak." Jawab Zahra dengan sedih.
"Jadi Adek menyatukannya ya, agar foto itu dapat Adek lihat?" Ujar wanita itu.
"Iya Kak." Jawab Zahra dengan polos.
"Mau Kakak bantu tidak?" Tanya wanita itu dengan ramah.
"Boleh," jawab Zahra yang kini mulai tersenyum.
"Adek tunggu di sini dulu ya, nanti Kakak belikan plaster untuk menempelkan foto itu." Ujar Wanita itu.
"Iya Kak." Jawab Zahra dengan penuh rasa bahagia.
Wanita itu pun pergi untuk membeli sesuatu yang mungkin bisa digunakan untuk menyatukan foto ibu Zahra yang telah sobek itu.
Zahra sangat bersyukur karena ternyata orang di kota tidak semuanya jahat, dan kini Zahra bertemu dengan orang yang baik. Zahra harap Zahra dapat kembali bertemu orang yang baik lainnya di sini. Dia tidak ingin jika dia terus bertemu dengan orang jahat dan membuat Zahra semakin kesulitan.
Tidak berapa lama wanita itu pun kembali datang menghampiri Zahra yang masih terdiam di tempatnya.
"Tara Kakak bawa plaster untuk menempelkan foto Ibumu. Mau Kakak bantu tidak untuk menyatukannya?" Tawar wanita itu.
"Mau Kak." Jawab Zahra bersemangat.
"Ok. Ayo kita mulai."
"Iya."
Mereka pun mulai menempelkan potongan foto itu dengan sangat hati-hati. Mereka berdua bekerja sama bahu membahu untuk bekerja sama menyatukan foto itu.
Zahra bersyukur karen foto itu telah kering setelah dia jemur sejak tadi, sehingga foto itu dapat segera ditempelkan.
"Dimana Ibumu?" Tanya wanita itu.
"Ibu pergi ke sini Kak." Jawab Zahra.
"Apa kamu tahu dimana Ibumu tinggal?" Tanya wanita itu lagi.
"Tidak Kak." Jawab Zahra dengan sedih.
"Lalu bagaimana cara kamu mencari Ibumu jika kamu tidak tahu dimana Ibumu tinggal?"
"Aku mencari hanya dengan foto Ibuku. Aku berharap ada seseorang yang mungkin pernah bertemu dengan Ibuku."
"Tapi kota Jakarta sangat luas Dek, bagaimana mungkin kamu mencari hanya mengandalkan sebuah foto?" Ujar wanita itu sedikit tidak percaya atas apa yang telah Zahra lakukan.
"Semua tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha." Jawab Zahra dengan semangat yang mulai tumbuh dihatinya.
Wanita itu pun tersenyum saat melihat betapa tegar dan semangatnya Zahra untuk dapat menemukan keberadaan ibunya ditengah hiruk pikuknya kota metropolitan ini.
"Apakah kamu mau Kakak bantu?" Tawar wanita itu dengan senyum yang tulus.
"Mau Kak." Jawab Zahra dengan semangat.
"Kalau begitu, sekarang kamu ikut Kakak pulang." Ajak wanita itu.
"Untu apa Kak?"
"Untuk mandi, berganti pakaian lalu makan. Kamu pasti lapar bukan?"
"Hehehe..." Jawab Zahar dengan tawanya yang terlihat sangat manis
"Ayo."
" Iya kak."
Zahra pun ikut pulang bersama wanita yang baru saja dia kenal itu, sebenarnya Zahra sedikit ragu untuk ikut bersama wanita itu tapi saat melihat betapa baiknya wanita itu Zahra pun menjadi yakin dan percaya bahwa wanita yang baru saja Zahra kenal itu adalah orang yang baik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat Cinta Bos Mafia (End)
Ficção AdolescenteZahra, seorang gadis kecil yang mengalami takdir yang memilukan, dimana didalam hidupnya dia harus kehilangan seseorang yang sangat dia sayangi serta dia juga harus menghadapi bos Mafia yang sangat kejam dan tidak berbelas kasih. Dapatkan dia menja...