Happy Reading!
Setelah kepergian Michel, Zahra segera berlari menuju gerbang. Beberapa kali Zahra hampir saja berpapasan dengan beberapa bodyguard namun dengan kelincahan dan kepandaiannya dalam bersembunyi dapat dengan mudah untuk sampai di gerbang utama.
Saat Zahra telah sampai di gerbang, pintunya terkunci, hal itu membuat Zahra sedikit kecewa. Namun bukan Zahra namanya jika dia tidak dapat mendapatkan solusi dari masalah yang saat ini dia hadapi.
Zahra segera pergi ke pos security-nya kemudian masuk untuk mencari kunci, dan benar saja kunci pagar itu berada di tempat itu. Dengan segera Zahra membuka pintu gerbang kemudian berlari secepat mungkin untuk menjauh dari Villa itu.
****
Sementara itu di tempat lain Michel yang menyadari hilangnya Zahra kini mulai merasa panik, ditambah dengan Tuannya Alex yang mungkin sebentar lagi akan sampai membuatnya semakin merasa panik.Dengan cepat Michel memerintahkan seluruh pelayan untuk mencari Zahra di dalam Villa, sedangkan para bodyguard ikut bersamanya berpencar keluar dari Villa.
"Michel!" Teriak seseorang yang berada tidak jauh dari tempat Michel mencari Zahra.
Michel yang mendengar ada seseorang yang memanggilnya langsung mengenali bahwa suara itu adalah milik tuannya, Alex.
Dengan segera Michel berhenti mencari kemudian berlari kearah orang yang telah memanggilnya sebelum ada panggilan kedua.
Mengapa?
Karena panggilan kedua adalah panggilan kematian, dan itu berarti Michel harus siap jika dia akan dibunuh jika hal itu terjadi.
"Tu..tuan," ujar Michel dengan gugup saat dia telah sampai dihadapan Alex.
Dor
Aaaahhh...
Dengan sekuat tenaga Michel mencoba untuk menahan rasa sakit di lengannya yang disebabkan oleh tembakan pistol dari Tuannya.
Alex berjalan untuk mendekati Michel kemudian meremas lengan Michel yang telah tertembak sambil berucap "cari wanita itu hingga dapat, jika tidak"
Alex meremas tangan Michel lebih keras hingga mengeluarkan darah yang cukup banyak dan membasahi daun-daun kering yang berserakan diatas tanah.
"Kamu tahu bukan?" Lanjut Alex.
"Iya Tuan," jawab Michel dengan lirih sambil menahan rasa sakit yang kian mendera.
***
Di tempat lain, Zahra yang sedang berlari tidak menyadari bahwa di hadapannya kini terdapat jurang yang cukup dalam dan akhirnya Zahra pun terpeleset dan terjatuh.
"Aaaa....." Teriak Zahra dengan spontan.
"Tolong.... tolong aku!" teriak Zahra.
Zahra mencoba sebisa mungkin untuk tetap berpegangan pada seutas akar yang ada, ya Zahra tidak terjatuh ke jurang tapi keadaannya juga tidaklah baik-baik saja dikarenakan saat ini dia hanya berpegang pada seutas akar yang kebetulan ada dibibir jurang yang kapan saja bisa putus dan membuat Zahra terjatuh kedalam jurang yang dalam dan terjal.
"Siapapun tolong bantu aku!" Teriak Zahra kembali.
"Oh disini kau rupanya," ujar seseorang dari atas jurang.
"Suara ini," gumam Zahra dalam hati.
Pria itu pun menampakkan diri kemudian berjongkok untuk melihat Zahra lebih dekat.
Mata Zahra terbelalak saat melihat pria yang berusaha Zahra hindari kini malah berada tepat dihadapannya.
"Mencoba kabur," ujar pria itu dengan senyum sinisnya.
"A...Alex," ujar Zahra tergagap.
"Ya, ini aku sayang. Apa kamu merindukan aku?" Tanya Alex dengan nada yang merendahkan hingga membuat Zahra semakin membencinya.
"Tentu saja tidak," jawab Zahra dengan ketus.
"Dalam keadaan seperti ini pun kamu masih juga tidak mau tunduk padaku," ujar Alex dengan nada yang santai.
"Sampai kapanpun aku tidak Sudi tunduk kepada pria bajingan sepertimu," ujar Zahra dengan nada yang memancarkan kemarahan.
"Itu pilihanmu, namun hasil tetap aku yang memutuskan," ujar Alex.
Alex mulai merogoh saku celananya, kemudian dikeluarkannya sebuah pisau lipat yang selalu dia bawa kemanapun dia pergi.
"Kau mau apa?" Tanya Zahra dengan mimik wajah yang ketakutan.
Zahra khawatir jika Alex akan berbuat jahat kembali padanya seperti sebelumnya, ditambah saat ini dia berada dalam keadaan genting yang membuatnya tidak dapat melawan Alex.
"Tentu saja bersenang-senang denganmu sayang," ujar Alex dengan santainya.
"Kau," ujar Zahra yang merasa geram dengan pria dihadapannya ini.
Zahra merasa telah tersudut oleh Alex, ditambah tangannya kini mulai lelah untuk menopang berat tubuhnya. Zahra merasa sudah hampir tidak tahan lagi jika dia harus terus-terusan berpegangan pada sebuah akar.
"Apa sayang? Kau takut?" Ujar Alex sambil memainkan pisau yang ada di tangannya.
"Apa takut," Zahra tersenyum sinis kepada Alex "dalam mimpimu" lanjutnya.
Srek...
Alex menggores punggung tangan Zahra tanpa rasa belas kasih sedikit pun, seolah menggores tangan seseorang hanyalah sebuah candaan baginya.
Darah mengalir cukup deras dari tangan Zahra hingga darah itu menetesi wajah Zahra.
"Kau gila!" Teriak Zahra.
"Kalau iya kenapa?" Ujar Alex.
Alex mengangkat kembali pisau yang dia pegang, kemudian menurunkannya untuk menusuk tangan Zahra. Namun sebelum hal itu terjadi Zahra lebih dulu melepaskan pegangan tangannya dari akar yang sejak tadi dia pegang.
Setelah dia melepaskan tangannya dari akar itu Zahra menutup matanya kemudian merasakan tubuhnya terguling di jurang, berulang kali tubuhnya berbenturan dengan batu yang cukup tajam hingga membuat tubuhnya kini mulai mengeluarkan darah dari celah-celah luka yang menganga.
"Permainan baru saja dimulai dan kau malah jatuh lebih cepat," ujar Alex dengan mimik wajah datarnya.
"Michel!" Panggil Alex.
Dengan segera Michel menghadap Alex, "ya Tuan."
"Ambil tubuh Zahra, lalu bawa ke Villa kembali."
"Baik Tuan," jawab Michel dengan patuh.
"Jangan biarkan dia kabur kembali, jika tidak besok kamu akan melihat seluruh keluargamu berlumuran darah," ancam Alex.
"Jangan Tuan, saya akan melaksanakan tugas yang Tuan berikan dengan baik," jawab Michel dengan nada yang ketakutan.
"Bagus," ujar Alex.
Setelah mengatakan hal itu Alex pergi meninggalkan Michel yang masih berdiri kokoh ditempatkan.
Michel beserta beberapa bodyguard pun mulai mencari keberadaan Zahra, walaupun tangannya terluka parah hingga mengeluarkan banyak darah Michel masih tetap melaksanakan tugas yang telah Alex berikan tanpa mengeluh sedikitpun. Justru dia sangat patuh dan menjalankan tugasnya dengan sangat baik.
Baru kali ini Michel gagal dalam menjalankan tugasnya, dan baru kali ini juga dia harus kerepotan dalam mengurus seorang gadis. Namun, di lubuk hatinya dia juga merasa kagum dengan gadis itu yang tidak memiliki rasa takut sedikitpun kepada Alex yang menurutnya cukup menakutkan.
Jika wanita lain yang berada di posisi Zahra mungkin telah bunuh diri sejak lama, namun tidak dengan Zahra yang memiliki mental yang kuat.
Apakah Michel menyukai Zahra hingga terus memujinya?
Ah nanti juga tahu. :)
Thanks for reading guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat Cinta Bos Mafia (End)
Teen FictionZahra, seorang gadis kecil yang mengalami takdir yang memilukan, dimana didalam hidupnya dia harus kehilangan seseorang yang sangat dia sayangi serta dia juga harus menghadapi bos Mafia yang sangat kejam dan tidak berbelas kasih. Dapatkan dia menja...