Penyiksaan

5.9K 219 2
                                    

Happy Reading!

Zahra terbangun kembali di kamar yang sangat dia benci, namun sayangnya dia juga tidak dapat melakukan apapun. Melawan sudah, kabur juga sudah, berpura-pura sakit tidak mungkin karena saat ini pun dia sedang sakit tapi tidak ada yang memperdulikannya.

"Michel!" Panggil Zahra dari dalam kamarnya.

Sedangkan Michel yang memang sedang berjaga didepan kamar Zahra mendengar panggilan Zahra dia langsung masuk ke kamar Zahra untuk melihat apa yang dibutuhkan Zahra.

"Iya Nona, ada yang bisa saya bantu?" Tawar Michel dengan sangat sopan.

Zahra diam untuk sesaat karena bingung. Sebenarnya dia hanya butuh ke kamar mandi dan kakinya terasa sakit hingga sulit untuk berjalan, tapi haruskah dia minta tolong kepada Michel atau berjalan sendiri menahan sakit di kakinya.

"Nona," panggil Michel lagi.

Zahra langsung tersadar dari lamunannya dan langsung melihat kearah Michel yang kini telah berada di hadapannya.

"Mmmm....bisakah kamu membantuku untuk berjalan ke kamar mandi?" Pinta Zahra dengan sedikit rasa ragu.

"Bisa Nona, ayo saya bantu berdiri," jawab Michel tanpa ragu.

Zahra pun mulai menurunkan kakinya dari ranjang satu persatu secara perlahan, kemudian berdiri secara perlahan pula dengan dibantu oleh Michel hingga tanpa Zahra sadari dia berpegangan pada lengan Michel yang terluka.

"Aaa..." Gumam Michel yang sayangnya masih dapat Zahra dengar.

"Kamu kenapa?" Tanya Zahra sedikit khawatir.

Zahra kemudian melepaskan pegangan tangannya dari lengan Michel kemudian duduk kembali di atas kasur.

Zahra merasa sedikit khawatir kepada Michel dan juga merasa sedikit bingung bagaimana Michel terluka padahal sebelumnya Michel dalam keadaan baik-baik saja.

"Saya tidak papa Nona," jawab Michel bohong.

"Benarkah?" Tanya Zahra yang merasa tidak percaya dengan jawaban dari Michel.

Bagaimanapun Michel adalah orang yang baik menurut Zahra, dia adalah satu-satunya orang yang selalu menemani Zahra walaupun sesekali dia memang membuat Zahra kesal tapi Zahra tahu bahwa yang dilakukan Michel murni karena menjalankan tugasnya.

"Iya Nona," jawab Michel lagi.

"Aku bukan anak kecil yang mudah untuk dibohongi Michel. Apa tanganmu dipukul, ditusuk atau ditembak oleh Alex? Ayo jawab."

"Bukankah tangan Nona juga terluka?" Bukannya menjawab, Michel malah balik bertanya.

Zahra yang mendengar ucapan dari Michel langsung melihat tangannya yang telah diperban rapi, kemudian tersenyum saat melihatnya.

"Ya kita sama-sama terluka bukan, bukankah itu hal yang lucu?"

"Bagaimana hal itu bisa lucu Nona?"

"Kita sama-sama terluka di tangan, dan kita sama-sama dilukai oleh orang yang sama. Bukankah terdengar lucu?" Ujar Zahra dengan nada yang terdengar miris.

"Aku terluka karena kelalaianku sendiri Nona, dan aku pantas mendapatkannya."

"Kau masih saja membelanya," ujar Zahra.

Setelah mengatakan hal itu Zahra tersenyum kemudian melihat kearah jendela, gorden dari jendela itu telah dibuka sehingga memperlihatkan pemandangan luar yang terbilang cukup asri dengan terlihatnya hutan yang membentang sangat luas.

"Mengapa kamu memilih untuk setia kepada pria yang kejam itu? Kenapa kamu tidak memilih pekerjaan yang lebih baik dari ini?" Tanya Zahra yang mulai merasa penasaran hal apa yang membuat pria dihadapannya ini sangat setia kepada pria kejam itu.

Terjerat Cinta Bos Mafia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang