"Rumah Kakak dimana?" Tanya Zahra saat dia sedang dalam perjalanan untuk ke rumah wanita itu.
"Tidak jauh dari sini." Jawab wanita itu.
"Oh."
"O iya kita belum berkenalan. Kenalkan nama Kakak Renjani, kalau nama Adek siapa?" Ujar Renjani sambil mengulurkan tangannya didepan Zahra.
"Namaku Zahra." Jawab Zahra sambil menerima uluran tangan dari Renjani.
"Nama yang bagus." Komentar Renjani.
"Nama kakak juga bagus. Aku suka nama Kakak." Balas Zahra.
"Ah kamu sangat imut, andaikan Kakak memiliki adik sepertimu." Puji Renjani.
"Kalau begitu Kakak bisa anggap Zahra sebagai adik Kakak mulai sekarang." Ujar Zahra dengan polos.
"Benarkah?" Tanya Renjani.
"Tentu saja." Jawab Zahra pasti.
"Nah, ini dia rumah Kakak. Memang tidak besar sih, tapi cukuplah untuk tempat kita tinggal bersama untuk beberapa waktu." Ujar Renjani sambil menunjukkan rumahnya kepada Zahra.
"Wah rumah Kakak bagus sekali, luas lagi." Ujar Zahra yang mengangumi rumah Renjani yang menurutnya sangat luas.
Rumah Renjani tidaklah luas, hanya saja rumah itu memiliki taman yang cukup untuk menanam berbagai jenis bunga dan tanaman lain sehingga terlihat luas dan asri. Sebuah rumah sederhana dengan taman didepannya bukankah terlihat begitu menarik dan indah untuk dipandang?
Begitulah pemikiran Renjani, dia hanya menginginkan rumah yang sederhana tapi terasa hidup, dibandingkan rumah yang besar tapi gersang membuatnya sulit bernapas.
"Benarkah?" Tanya Renjani.
"Tentu saja." Ujar Zahra bersemangat.
"Kalau begitu, ayo masuk." Ajak Renjani.
"Iya."
Mereka berdua pun mulai memasuki rumah itu, sekali lagi Zahra dibuat semakin kagum saat dia memasukki rumah itu. Dimana didalam rumah itu terlihat sangat indah dan rapi. Dimana semua barang terlihat begitu tepat berada di tempatnya sehingga terlihat begitu rapi dan sempurna hingga rasanya Zahra ingin terus mengagumi rumah itu.
"Kenapa?" Tanya Renjani yang merasa bingung melihat Zahra yang terdiam setelah masuk ke dalam rumahnya.
"Rumah Kakak sangat luas dan rapi." Puji Renjani.
"Terima kasih atas pujianmu, tapi sekarang kamu harus segera mandi lalu berganti pakaian, ok."
"Iya Kak."
"Sekarang ayo Kakak antar kamu ke kamarmu." Ajak Renjani.
Zahra pun kembali mengikuti kemana arah langkah Renjani pergi, hingga Renjani pergi ke sebuah kamar yang tidak begitu jauh dari ruang tamu lalu memasukki kamar itu.
Zahra kembali terpukau oleh kamar yang baru saja dia masukki. Nuansa kamar itu yang serba berwarna pink putih terlihat begitu indah dan ceria, membuat Zahra begitu menyukai kamar itu.
"Mulai sekarang kamu akan tidur di sini. Itu kamar mandinya." Ujar Renjani sambil menunjukkan dimana kamar mandinya kepada Zahra.
"Wah bagus sekali kamarnya Kak. Ini kamar siapa?" Tanya Zahra yang merasa penasaran siapa sebenarnya yang menempati kamar itu sebelumnya.
"Kamar ini dulunya ditempati oleh anak Kakak, tapi sayangnya anak Kakak telah pergi lebih dulu dari kakak." Jawab Renjani yang kembali teringat dengan anaknya yang telah meninggal.
"Kakak pernah punya anak?" Tanya Zahra, "Kakak terlihat sangat muda, bagaimana mungkin Kakak telah memiliki anak?" Lanjut Zahra.
"Kakak hamil saat usia Kakak masih sangat muda." Jawab Renjani dengan jujur.
"Oh begitu." Ujar Zahra.
Sebenarnya Zahra masih penasaran dengan anak Renjani, tapi melihat kesedihan Renjani Zahra menjadi tidak tega jika harus menanyakan kembali hal yang dapat melukai orang yang telah menolongnya.
****
Zahra mencium aroma masakan yang sangat harum dan enak membuat perut Zahra berteriak minta diisi. Zahra mengikuti kemana arah jarum masakan itu, hingga sampailah Zahra di dapur. Disana Zahra melihat Renjani yang sedang sibuk memasak seorang diri.
"Kakak masak apa?" Tanya Zahra.
"Kakak masak cumi Zahra."
"Baunya sangat harum." Puji Zahra.
"Kamu sudah lapar ya?"
"Iya Kak."
"Ya sudah, kamu duduk saja di kursi nanti akan Kakak bawa kesana saat masakan Kakak sudah matang."
"Zahra ingin membantu."
"Tidak usah. Sebentar lagi juga selesai."
Akhirnya Zahra pun mengikuti apa yang dikatakan Renjani. Tidak berapa lama Renjani mulai membawa ke nasi, lauk serta yang lainnya yang mungkin dibutuhkan saat makan."Zahra boleh bantuin?"
"Tidak perlu, kamu duduk saja disitu."
Zahra merasa sedikit sedih karena dia tidak dapat membantu Renjani untuk menyiapkan makan siang mereka."Selesai. Ayo kita makan." Ajak Renjani.
Renjani mulaiengambilkan nasi untuk Zahra beserta lauk pauknya. Setelah mengambilkan makanan untuk Zahra, barulah dia mengambil nasi untuk dirinya sendiri.Renjani sangat senang melihat Zahra yang makan dengan sangat lahap, ditambah waktu dulu putrinya juga meninggalkannya saat dia berusia yang sama dengan Zahra.
Jika dilihat-lihat Zahra dengan putrinya memiliki ciri-ciri yang sama. Mulai dari rambutnya yang panjang, kulitnya putih, memiliki tubuh yang ideal serta mata hitam yang indah membuatnya sulit berpaling darinya.
Melihat Zahra terasa seperti melihat putrinya sendiri. Hingga membuat Renjani enggan untuk melepaskannya. Dia takut, sangat takut jika Zahra akan pergi meninggalkannya.
Mungkin pertemuan antara Zahra dengan dirinya memanglah baru sebentar, tapi entah mengapa hati ini merasa begitu senang dan tenang saat bersama Zahra. Sama seperti perasaan dia bersama putrinya dulu.
![](https://img.wattpad.com/cover/260751178-288-k179391.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat Cinta Bos Mafia (End)
Ficção AdolescenteZahra, seorang gadis kecil yang mengalami takdir yang memilukan, dimana didalam hidupnya dia harus kehilangan seseorang yang sangat dia sayangi serta dia juga harus menghadapi bos Mafia yang sangat kejam dan tidak berbelas kasih. Dapatkan dia menja...