Happy Reading!
Semoga Suka💜
------•••-----Dua jam telah berlalu, namun Rowena masih belum berniat untuk beranjak dari duduknya. Beberapa lembar kertas masih Ia genggam erat ditangannya. Mata gadis itu memandang kosong kedepan bersama pikiran yang masih berkelana tak tentu arah.
Sekali lagi Rowena menatap kertas ditangannya, masih dengan harapan yang sama kalau apa yang tertulis disana tidaklah nyata. Seketika gadis itu memejamkan matanya, berusaha menahan air mata yang berdesakan dikantong matanya.
Hati Rowena semakin bertambah perih bersamaan dengan perasaannya yang tak kunjung membaik. Sudah tiga hari gadis itu berusaha untuk terlihat baik-baik saja, namun sekelibat tulisan dan kenyataan itu kembali menghantam dirinya, membuatnya harus berakhir dengan perasaan yang semakin guncang.
Hingga pandangan gadis itu teralih kearah pintu. Seorang wanita dengan dress selutut berwarna biru masuk dari sana. Dibelakangnya ada seorang pria yang nampak berusaha membantu wanita itu untuk berjalan tegak.
Rowena langsung bangkit dari duduknya kemudian memandangi dua orang itu dengan napas memburu. Gadis itu mencengkram kuat kertas digenggamnya.
Sudah beberapa hari Ia menunggu ibunya yang tiba-tiba hilang dan tak memberinya kabar sampai saat ini. Selama ini Ia menunggu wanita itu untuk meminta penjelasan tentang semua yang dilihatnya.
Banyak pertanyaan sudah siap Rowena lontarkan pada wanita itu. Gadis itu tak lagi peduli ada orang lain disini.
"Mama dari mana aja? kenapa pergi tanpa kasih tahu ke Rowena?" Rowena memandang Keyla ibunya, yang sedang berusaha membaringkan tubuh diatas sofa.
"Sejak kapan mama ninggalin rumah?"
"Mama kamu sedang mabuk berat," tegur pria tadi.
"Mama kenapa gak pernah kasih tahu Rowena kalau mau pergi lama? mama tahu Rowena khawatir banget."
"Diam. " rancau Keyla
"Mama, " bentak Rowena tak peduli pria itu semakin menatap tajam padanya.
"Diam atau keluar dari sini?" Keyla balik membentak ditengah kesadarannya.
Mata Rowena mulai memanas. Keyla selalu membentaknya disaat gadis itu merasa khawatir pada wanita itu. Tak pernah sekalipun wanita itu menganggap kehadiran Rowena, selalu saja gadis itu disuruh pergi setiap kali hendak berbicara pada wanita itu.
"Kenapa masih disini? pergi." usir Keyla. Wanita itu membawa tubuhnya untuk duduk tegak kemudian memandang tajam pada Rowena yang masih berdiri didepannya.
Pria disamping Keyla seakan memberi isyarat pada Rowena untuk segera menyingkir, namun tak sedikitpun gadis itu melangkahkan kakinya dari sana.
Tangan Rowena mulai bergetar, gadis itu tersenyum kecut kemudian balas menatap tajam pada Keyla. Tidak, tiga hari Ia terperangkap dalam pikirannya yang tak menentu, gadis itu sudah capai kalau harus kembali menanggung pikiran yang sama.
"Kelu-.." ucapan Keyla terpotong karena Rowena tiba-tiba menghempas kasar kertas yang dipegangnya keatas meja.
Napas Rowena kembali memburu, air mata gadis itu sudah siap untuk tumpah sekarang. Ia tak pernah bersikap kasar seperti ini, Ia gadis yang sangat menghargai dan menghormati orang tua. Namun bisakah sekarang ditahannya semua itu? Rowena sudah tak mampu memendamnya lagi, tangannya bahkan sampai bergetar kuat setelah melakukan hal ini.
"Apa-apaan kamu Rowena?" masih dengan nada yang sama Keyla menatap hamburan kertas didepannya penuh amarah.
Seketika wanita itu terlonjak. Dikumpulkannya satu persatu kertas itu kemudian mendongak menatap Rowena yang masih melihatnya dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
KPOPERS VS. ANIMERS [END]
Ficção AdolescenteBertemu seorang cowok dingin di koridor kelas 11 merupakan hal yang tak pernah di inginkan oleh seorang Kanaya Sunny Arabella. Apalagi pertemuan mereka harus berawal dengan Sunny yang tak sengaja menampar wajah cowok dingin itu. Gelagat cowok itu b...