61. Perlahan Memudar

32 6 0
                                    

Happy Reading!
------•••-------

Dengan setengah terengah, Sunny membaringkan tubuhnya dilantai. Napasnya yang tak beraturan ikut bercampur dengan bunyi keras musik dari speaker bergambar BT21 diatas meja yang dipenuhi buku-bukunya.
Sunny menatap kosong langit-langit kamarnya dan seketika kembali mendengus keras, entah itu untuk yang keberapa kalinya.

Tak peduli pada Edward  dan Rowena yang sudah tidur, gadis itu tak mengecilkan volume speakernya. Biarkan bunyi menggelegar itu memenuhi kamarnya terutama pikirannya. Karena jika sedikit saja ruangan itu menjadi hening, maka banyangan Rayn dan Claudy di rumah sakit tadi kembali berputar di memorinya, membuatnya tak bisa memejamkan mata meski sejenak dan hanya terduduk lesuh dengan air mata berderai.

Sunny tak menemui Rayn setelah melihat hal itu. Gadis itu langsung membalikkan tubuhnya berjalan menjauhi koridor tempat Rayn dan Claudy berada. Rowena sampai bingung dengan sikap  Sunny yang tiba-tiba berubah karena gadis itu langsung menariknya pergi tanpa  berkata.

Dalam perjalanan pulang Sunny hanya membungkam bahkan ketika mereka sampai kerumah gadis itu langsung menuju ke kamarnya tanpa sedikitpun menoleh pada Rowena.

Dan seperti inilah Ia sekarang, memutar musik sekeras mungkin sambil ikut bernyanyi dengan keras. Tidak, bukan lagu galau seperti kebanyakan orang, justru lagu-lagu semangat dan penuh energi yang diputar gadis itu. Bodoh sekali jika batinnya sudah tersiksa dan mendengarkan lagu galau, itu seumpama menusuk pedang di dadanya sendiri.

"Sialan lo ular jantan, gak angkat telepon gue malah asik sama sepupu," umpat Sunny kesal

Kata-kata itu hanya sekedar hiburan baginya. Gadis mana yang rela pacarnya diperlalukan seperti tadi oleh gadis lain meski itu adalah saudaranya sendiri, meski Sunny sendiri tak tahu apa yang terjadi setelah itu.

"Sial," gadis itu kembali mengumpat. Stigma mana yang menyatakan bisa mencium saudra sendiri? bodoh, sangat bodoh.

"Bukannya itu udah kelewatan batas? gak ada alasan lagi buat gue nolak perkiraan gue kalau ternyata dia suka sama Rayn." gumam Sunny pelan, namun hati kecilnya masih berharap kalau semuanya tidaklah nyata. Gadis itu masih sangat berharap kalau perkiraannya salah. Karena jika semuanya benar, maka Claudy sekarang benar-benar berada diatasnya, perlahan merebut Rayn darinya.

Sunny menegakkan tubuhnya ketika napasnya kembali normal.  Satu tangannya mengambil ponsel diatas ranjang kemudian mulai mengetik nama Rayn disana lalu menelepon cowok itu.

"Hallo, " suara berat itu langsung membuat Sunny membisu.

Gadis itu terdiam dengan mata yang terpejam berusaha menahan deraian air matanya yang hampir tumpah saat itu. Jika Ia bertemu Rayn sekarang, Sunny pasti akan langsung menggapai tangan cowok itu dan menjabatnya erat, sambil mengucapkan selamat karena telah berhasil membuatnya sekacau ini.

"Sun?" suara berat itu kembali terdengar dan sialnya dengan suara itu Rayn memanggil namanya, membuat gadis itu terpaksa kembali membuka matanya bersamaan dengan cairan bening yang perlahan mengalir dari sudut kedua matanya.

"Kenapa?" masih dengan nada yang sama Rayn berbicara, cowok itu sepertinya langsung mengernyit bingung karena Sunny belum juga menjawab panggilannya.

Sunny berdehem kemudian mendekatkan ponsel di telinganya.

"Rayn?"

"Hmm."

"Lo lagi ngapain?"

"Gak lagi ngapa-ngapain."

"Benaran?"

KPOPERS VS. ANIMERS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang