19. Fakta

124 42 25
                                    

Selamat membaca,
Semoga suka🤗
-----•••-----

Rayn dan Romeo berjalan mengekori dua gadis didepan mereka dalam diam. Keempatnya keluar dari café dengan perasaan legah lantaran tugas kelompok yang padat dapat diselesaikan tepat waktu.

Rayn tersenyum samar mengingat dirinya saat bekerja bersama Sunny tadi. Meski mulut gadis itu terus mengoceh namun pekerjaan mereka tetap berjalan lancar, hingga dapat selesai bahkan lebih cepat dari Romeo dan Rowena.

Pandangan cowok itu seketika terarah pada gadis berambut sebahu yang kini berdiri disampingnya. Gadis itu terlihat khawatir saat menatap awan gelap diatas.

Rayn paham, sepertinya gadis itu sedang gelisa karena hujan yang mungkin akan turun beberapa saat lagi.

Rayn masih memandang Sunny. Gadis itu yang tengah sibuk mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya untuk menguhubungi seseorang yang bisa Rayn tebak adalah Edward kakaknya.

Tak lama empat remaja itu berdiri emperan cafe sampai akhirnya sebuah taxi berhenti didepan mereka bersamaan dengan seorang cowok berjaket kulit hitam yang ikut memberhentikan motornya didepan mereka.

Romeo yang pamit dahulu kemudian meninggalkan tempat itu dengan taxi tadi sementara Rowena ikut dengan cowok tadi, menyisakan Rayn dan Sunny.

Rayn berdehem. Beberapa saat kemudian cowok itu kembali membungkam. Perkataan Rowena tadi sontak kembali terngiang dibenaknya.

Rayn menggeleng cepat, Ia tak boleh mengambil kesimpulan secepat itu. Tapi kenapa Ia harus repot-repot memikirkan hal tak berguna itu, sementara dirinya tak ada sangkut pautnya dengan Sunny. Tapi hati kecilnya berkata lain, otaknya juga tak dapat diajak kompromi, membuat Rayn bingung sendiri dengan perasaannya.

Sunny tampak memutuskan panggilan diteleponnya kemudian kembali mendongak pada awan hitam yang semakin berdesakan diatas. Gadis itu masih belum menatap Rayn bahkan berbicara dengan cowok itu. Sepertinya Sunny masih kesal dengannya.

Kegelisahan semakin terlihat diwajah gadis itu. Awan gelap disana juga terlihat semakin berat. Sialnya, Rayn hanya membawa motor dengan satu mantel hujan bagaimana mungkia Ia berbagi satu mantel itu dengan Sunny.
Sunny juga nampak tak membawa payung, padahal waktu didepan tokoh buku minggu lalu Rayn sempat memberinya sebuah payung.

Hingga tanpa peduli pada Sunny yang tiba-tiba memandang bingung padanya, Rayn segera beranjak, mencari minimarket terdekat untuk membeli payung .Untuk siapa lagi kalau bukan untuk Sunny.

Sontak Rayn menghentikan langkahnya "Ngapain lo Rayn?" monolognya bingung

"Gila lo?, ngapain lo harus repot?" Rayn hendak berbalik namun selangkahpun tak diambilnya.

"Sial." Rayn mengacak rambutnya frustasi, sebelum akhirnya kembali membalikkan tubuhnya menyusuri trotoar menuju deretan minimarket yang tak jauh didepannya.

Cowok itu sampai didepan sebuah minimarket. Sepi, itulah yang terlihat saat Rayn masuk kedalam bagunan itu.

Cowok itu mengendarkan pandangannya mencari benda yang mengharuskan sampai sejauh ini. Manik itu menyapu deretan barang yang tersusun rapi ditempat masing-masing.

"Disana." tangannya menggapai sebuah payung berwarna biru dan secepat mungkin membayar di kasir. Semoga saja Sunny belum beranjak.

Baru saja Rayn hendak keluar dari minimarket itu sebuah suara menghentikan langkahnya.

Rayn terdiam sejenak memastikan benar yang didengarnya. Hingga manik mata itu berhasil menangkap dua remaja yang berjarak beberapa langkah disampingnya.

KPOPERS VS. ANIMERS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang