26. Merelakan

106 35 10
                                    

Happy Reading!
-----•••-----

Cowok dengan balutan jas almamater biru khas Galaksi High School itu berjalan menyusuri koridor rumah sakit yang masih terlihat sepi. Mungkin karena waktu masih menunjukkan pukul 07.30, belum terlalu banyak orang disana.Hanya ada beberapa dokter dan perawat yang terlihat keluar dan masuk ke kamar pasien untuk memberikan perawatan pagi.

Digenggaman Rayn ada sebuah paper bag berisi bungkusan buah segar pemberian bunda Soya.

Ya, wanita itu sudah tahu keadaan Sunny. Dari siapa lagi kalau bukan dari Rayn.

Beberapa hari belakangan ini Rayn sering pulang telat membuat wanita itu bertanya-tanya. Hingga akhirnya Rayn menjawab kalau Ia pergi menjenguk Sunny dirumah sakit.

Bunda Soya ikut khawatir setelah mendengar penjelasan Rayn, padahal wanita itu hanya sekilas melihat Sunny saat di tokoh buku waktu itu. Wanita itu terus saja menitip buah segar bahkan makanan buatannya untuk diberikan pada Sunny meski Rayn berulang kali mengatakan kalau Sunny belum juga sadar.

Rayn menekan tombol lift menuju lantai lima, kemudian kembali menyusuri koridor lebar menuju ruangan dipaling ujung.

Dalam hati Ia banyak berharap kedatangannya kali ini tidak akan sia-sia seperti beberapa hari yang lalu, karena setiap kali hendak melihat Sunny selalu saja ada yang mendahuluinya membuat cowok itu akhirnya mengalah dan memilih pergi.

Rayn tiba didepan sebuah pintu putih, sedikit melihat kedalam ruangan itu lewat celah pintu, sebelum akhirnya menarik napas lega karena tak ada seorangpun disana kecuali Sunny yang masih berbaring ditempatnya.

Tangan Rayn meraih knop pintu namun kembali dilepasnya. Dia ragu apakah keputusannya untuk datang ke rumah sakit hari ini tepat. Dia bahkan rela membolos pelajaran hanya demi melihat gadis itu.

Setelah menghabiskan beberapa menitnya dengan berpikir keras, Rayn akhirnya memaksakan kakinya untuk masuk kesana.

Bauh obat dan bunyi mesin medis memenuhi indra penciuman dan pendengarannya saat pertama kali menapakkan kaki diruangan itu.

Mata Rayn langsung terpaku pada gadis yang kini berbaring lemah didepannya. Cowok itu tersenyum kecut kemudian meletakan paper bag-nya diatas meja dan berdiri didepan tempat tidur Sunny.

Lama ditatapnya dua mata yang masih tertutup itu, seakan belum menerima sepenuhnya kalau yang berbaring disana adalah Sunny.

Bunyi gorden yang ditiup angin seakan ikut bergabung bersama bunyi mesin medis, mengisi keheningan ruangan itu.

Manik mata itu masih menatap gadis didepannya. Ingin sekali Rayn mendekati gadis itu dan menggenggam tangannya, menyalurkan kehangatan pada kulit yang terlihat pucat itu. Namun saat ini Ia hanya mampu terpaku ditempatnya.

Rayn berdecih samar “Dasar lemah.”

“Jelek banget tahu gak? jelek banget kalau kalau lo tidur kayak gitu.” nada suara itu terdengar nanar

Jika ada  banyak orang dalam ruangan itu, pastilah mereka akan tercengang. Bagaimana tidak, ini untuk pertama kalinya Rayn berbicara sebanyak itu.

Rayn bergeming, entah sejak kapan memori itu datang lagi, berputar seperti film yang tak pernah berakhir dalam pikirannya.

KPOPERS VS. ANIMERS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang