33. Perasaan Itu

77 26 15
                                    

Happy Reading!
-----•••-----

Cowok itu nampak kaget dengan kehadiran Sunny yang tibat-tiba. Ia masih berdiri diatas tangga sambil melihat gadis didepannya dengan raut datarnya.

"Ngapain lo disini?"

"Mau nemuin lo." ucap Sunny santai

"Buat apa?" Rayn masih memandang datar pada gadis itu. Cowok itu berjalan perlahan, mengambil tempat didepan Sunny.

Sunny meletakan naskah milik Rayn diatas meja

"Apaan?"

"Naskah punya lo."

"Buat apa?"

"Amnesia lo? lo juga ikut main drama musikal kan?"

Rayn menarik napas berat kemudian menggapai naskah itu dan mulai membacanya. Keadaan seketika menjadi hening, Rayn yang sibuk membaca naskah sedangkan Sunny masih setia menunggu cowok itu selesai membaca.

Gadis itu menarik napas samar, ada rasa lega dalam dirinya karena sudah bisa memastikan kalau Rayn baik-baik saja.

Beberapa menit kemudian, Rayn kembali meletakan naskah itu diatas meja sambil manggut-manggut paham.

"Gue Libie kan? Terus siapa yang jadi Hanaya?"

"Gue."

Seketika Rayn terlonjak. Cowok itu menatap tak percaya pada Sunny didepannya.

"Kenapa? gak percaya?" tanya Sunny seakan paham dengan gelagat Rayn.

Rayn membuang pandangannya, masih kaget kalau Sunny yang akan menjadi lawan mainnya kedepan.

Baru saja Rayn berpikir kalau orang lain yang memerankan tokoh Hanaya, hingga dirinya dapat dengan leluasa mengucapkan dialog itu. Tapi ucapan Sunny barusan bagai sambaran petir siang bolong. Semuanya akan semakin rumit.

Rayn tersenyum miris. Keadaan masih belum berpihak padanya, bahkan semakin menguras perasannya.

"Gue mau ganti peran."

"Awalnya gue juga mau kayak gitu, tapi bu Evi gak mau karena itu udah ditentuin berdasarkan praktek kemarin." jelas Sunny.

"Lo gak bisa bujuk bu Evi lagi?"

"Gue bukan pesuruh lo."

"Gue mau lawan main yang baik."

"Jadi lo pikir gue gak baik?"

Rayn terdiam. Sial, sepertinya Ia berhasil membangunkan amarah gadis didepannya.

"Eh animers sensian, protes aja langsung ke bu Evi sana."

"Malas."

"Yaudah, jangan banyak protes bangsat. Lo pikir ngatur ini semua gampang?" Sunny sedikit meninggikan nadanya, tak peduli suaranya menggelegar memenuhi ruangan itu.

"Lo maki gue? dasar kpopers alay."

"Kenapa? gak terima?" Sunny mulai hilang kesabaran. Baru saja Ia mengatur kata-kata untuk berterima kasih pada Rayn, namun harus berakhir dengan dirinya dan Rayn yang saling bertengkar. Sepertinya gadis itu harus mengurungkan dulu niatnya.

"Keluar lo dari rumah gue." usir Rayn

"Gue bakal keluar kalau masalah kita udah kelar."

Rayn mendengus sabar lalu kembali menatap Sunny didepannya.

"Gue bakal mengundurkan diri."

Sunny terlonjak mendengar ucapan Rayn. Gadis itu memandang tak percaya sekaligus kesal pada sosok didepannya. Bagaimana bisa Rayn mengatakan hal itu dengan mudah, seolah tak peduli dengan apapun yang akan terjadi nanti.

KPOPERS VS. ANIMERS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang