08. Hujan

193 52 19
                                    

Happy Reading!
-----•••-----

Beberapa siswa yang lewat didepan pintu coklat yang terbuka lebar itu sedikit mengintip kedalamnya. Namun belum sampai semenit mereka segera beranjak meninggalkan tempat itu sambil bergidik ngeri. Tidak hanya sekali, beberapa siswa yang lewat beberapa saat kemudian juga melakukan hal yang sama, dan berkahir dengan beranjak dari sana secepat mungkin.

"Mau jadi apa kalian kalau masih muda sikapnya begini?" ucap pria itu untuk kesekian kalinya.

"Masa depan bangsa ada pada kalian, tapi kalian terus saja buat masalah. Mau jadi apa bangsa ini kedepan?" lanjutnya.

Dibawahnya ada empat remaja laki-laki, sedang berlutut dengan kedua tangan diangkat keatas. Mereka memandang jengah pria berjas coklat didepan, lalu menarik napas kasar.

Hampir satu jam pria itu terus berbicara, memberi nasehat yang tidak ada putus-putusnya pada keempat remaja laki-laki itu. Sebuah tongkat sedang ada ditangannya, itulah mengapa diantara mereka tak ada seorangpun yang berani membantah ucapan pria itu.

Dia Pak Lito, salah satu guru BK Galaksi High School. Ia paling ditakuti lantaran sikapnya yang menakutkan. Jika tongkatnya sudah melayang kebokongmu, kau tak dapat duduk seminggu.

Empat remaja laki-laki didepannya Rayn, Brilly, Vans dan Reagive. Entah bagaimana berita mereka balapan beberapa hari yang lalu sampai ke pihak sekolah. Itulah mengapa jam pelajaran pertama saat ini mereka habiskan bersama Pak Lito dengan segala wejangannya.

"Apa orang tua kalian tahu kalau kalian balapan liar? Bagaiman jika kalian tertangkap polisi? Mau taruh dimana nama sekolah kita? kalian bisa apa kalau nama sekolah tercoreng?" pak Lito menunjuk mereka satu persatu dengan tongkatnya.

"Maaf pak," ucap mereka serentak.

"Sepertinya saya harus lapor ke orang tua kalian, biar kalian di didik lebih keras lagi?"

Keempatnya mendongak kaget.

"Jangan pak, bisa tewas saya kalau Ayah tahu." ucap Brilly dengan wajah memelas.

Dia memang badboy, tapi akan menjadi anak yang paling sopan dan penurut jika bersama ayahnya. Dia tak takut siapapun kecuali Tuhan dan orang tuanya. Ayahnya yang notabenenya seorang direktur bank tak segan-segan menyita kartu kredit, motor dan mobilnya apabilah ia ketahuan membuat masalah di sekolah.

"Benar Pak, jangan dilapor ya, dompet saya nanti jadi tipis. Gimana saya mau kasih makan peliharaan saya kalau gak punya duit," Vans ikut memelas.

Rayn dan Reagive hanya menunduk pasrah, merutuki nasib setelah ini. Tapi seketika keduanya terperanjat, mengerjap beberapa saat mencerna maksud ucapan Vans.

"Sejak kapan lo punya peliharaan?" bisik Reagive.

"Peliharaan yang mana? bukannya lo gak suka pelihara binatang?" Brilly ikut berbisik.

"Maksud lo?" tanya Rayn.

Vans menyeringai kecil "Gue kemarin buka asrama cewek. Bening- bening semua, cantik terus bohai."

"Bang*st." umpat Brilly

Reagive berdecit kesal "Kalau gak ada pak Lito udah gue sobek mulut lo sialan,"

Sementara Rayn hanya mengembuskan napas berat kemudian kembali menatap Pak Lito yang sedang menyipitkan mata kearah mereka.

"Malu gue punya teman kayak-..."

"Kenapa kalian bisik-bisik? ada yang tidak beres?" pak Lito memotong ucapan Brilly.

"Gara-gara lo sialan, " Brilly mengerling tajam pada Vans

KPOPERS VS. ANIMERS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang