02. Hukuman

377 70 8
                                    

Happy Reading!
-----•••-----

"Hari ini kalian mendapatkan teman baru, dia pindahan dari Bandung. Bapak harap kalian dapat berteman baik dengannya. Silakan perkenalkan dirimu nak.” Pak Ferdin segera menepi kemeja guru, mempersilahkan siswa itu untuk leluasa berbicara.

Pandangan seisi kelas tak lepas pada cowok didepan mereka. Sesekali mereka tersenyum  seakan tak sabar untuk mendengarkan suara cowok tampan itu, yang sedikit lagi akan menjadi bagian dari kelas mereka.

Namun tidak bagi cowok itu, Ia memandang kearah Sunny sambil tersenyum mengejek seakan puas melihat wajah pias gadis itu. Merasa puas meledek Sunny dengan tatapannya, cowok itu kembali melihat kedepan.

“Gue Rayn Briliant Samudra, dari Bandung.” sapa cowok itu dengan wajah dingin andalannya diakhiri dengan jeritan dari seisi kelas.

“Hayyy Rayn,”

“Salken Rayn,”

“Rayn lo ganteng banget.”

"Tampan banget jodoh gue."

"Wajahnya kayak pangeran, suaranya aja ganteng."

"Udah punya pacar belum Rayn?"

"Rayn lo mau jadi pacar gue gak?"

Sunny tertawa hambar, semua ini seakan mimpi buruk yang tak pernah Ia inginkan. Satu kelas dengan cowok itu. Iya, cowok yang tak sengaja Ia tampar tadi, cowok yang bahkan sudah masuk dalam daftar hitamnya.

Asem,ni cowok yang gue tampol terus bilang gue alay dan sialnya kenapa gue harus sekelas sama dia? dosa apa yang udah gue buat sampai harus ketemu dia lagi?...batin Sunny frustasi.

Padahal beberapa saat yang lalu Sunny baru saja berharap kalau cowok itu adalah adik kelas atau bukan kakak kelasnya. Setidaknya, mereka terpisah gedung hingga Sunny tak harus melihat wajah menjengkelkan itu setiap hari. Tapi lihatlah sekarang, harapannya seakan tak mau berpihak padanya.

“Tempat duduk kamu ada disana Rayn.” tegas pak Ferdin sambil menunjuk kearah belakang kelas.

Sunny langsung melotot kaget mengikuti arah jari pak Ferdin, pasalnya jari pria itu menunjuk kearahnya, lebih tepatnya ketempat duduk dibelakangnya.

Rayn hanya mengangguk singkat dan segera menuju ketempat yang ditunjuk pak Ferdin. Langkahnya yang tegap sukses membuat para siswi dikelas itu kembali menjerit hiteris.

Namun berbeda dengan Sunny, gadis itu memandang jijik sekelilingnya. Hatinya berdenyut perih saat keadaan masih juga belum berpihak padanya.

Sunny memutar bola matanya dengan malas. Rasanya ingin memuntahkan seluruh isi perutnya sekarang karena jeritan dan tatapan teman sekelasnya.

Idih, tuh cewek semua belek ya, ngeliatin dia begitu? Woy sadar dia gak ganteng juga. Tapi memang ganteng sih pake banget, eh?...Sunny menggeleng kuat,  mengusir semua pikiran aneh yang tiba-tiba merasuk kedalam saraf otaknya.

Sunny membuang pandangan saat Rayn berjalan disampingnya. Padahal Rayn sendiri tak menatapnya. Entahlah Sunny hanya tak ingin melihat wajah menjengkelkan itu.

Gadis itu panas dingin ketika Rayn sudah duduk dibelakangnya.

Sunny menarik napas gusar, dia sadar kalau Rayn sedang melihatnya dari belakang. Bisa Sunny tebak cowok itu sedang memandang tajam padanya, penuh dendam dan amarah karena kejadian itu. Tapi belum cukupkah Ia menghina Sunny tadi? Sunny pikir mereka sudah impas saat itu.

“Loh kenapa sih Sun? naksir sama Rayn ya?” goda Rowena yang sedari tadi menatap gelagat aneh sahabatnya.

“Lo gila ya? gak lah.” ketus Sunny tak terima.

KPOPERS VS. ANIMERS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang