11. Tak Pernah Tahu

166 48 19
                                    

Happy Reading!
-----•••-----

“Sunny udah janji belajar sama aku.” ucap Karel di ikuti anggukan gadis disampingnya.

“Ini perintah Pak Ferdin tadi,…” Rayn menjeda ucapannya.

“Dan gue gak terima penolakan.” lanjutnya.

Sunny mengerjap, menatap Rayn tak percaya. Semua kata penolakkan yang barusan Ia susun dalam otaknya seketika hilang karena keputusan sepihak cowok itu.

“Kamu bisa cari teman lain, Sunny belajarnya sama aku.” nada Karel sedikit meninggi.

“Sunny udah sama gue.” balas Rayn

“Kamu gak bisa paksa dia buat belajar sama kamu. Dia juga butuh waktu untuk belajar sendiri.”

“Di hari lain.”

“Gak. Kita belajar bareng setiap minggu, lebih baik kamu cari teman belajar lain dan jangan ganggu dia.”

Rayn menaikkan alisnya “Gue ganggu?”

“Kenapa? gak sadar kalau Sunny suka risih kalau kamu ada? Kamu gak pernah buat dia nyaman dan selalu jahilin dia. Maka itu tugas aku buat jauhin Sunny dari kamu.”

Rayn menarik napas berat, kemudian berpikir sesaat. Ditatapnya sekali lagi gadis yang berdiri dibelakang Karel seakan menunggu keputusan gadis itu. Lama gadis itu tak menjawab, membuat Rayn sadar kalau Sunny sepihak dengan Karel. Gadis itu tak membantah atau berucap sedikitpun. Sepertinya Rayn harus mengalah saat ini.

Jika saja bukan karena perintah Pak Ferdin, Rayn tak akan meminta Sunny lagi. Rayn cukup sadar kalau Sunny risih dengan kehadirannya, itulah menggapa hanya sekali Rayn minta untuk belajar dengan Sunny waktu itu.

“Ya udah.” Rayn melepaskan lengan Sunny dan berjalan meninggalkan dua remaja itu.

Tidak, Rayn tidak marah. Hanya saja Ia tak habis pikir bagaimana bisa hanya Sunny yang terbayang dikepalanya saat Pak Ferdin menyuruhnya mencari teman belajar untuk UTS. Masih ada Reagive sahabatnya, yang jauh lebih baik dari Sunny.

Rayn mengacak kesal rambutnya, merasa ceroboh mengambil keputusan sepecat ini. 

Sunny memandang Rayn dengan rasa bersalah. Ia tak tahu haru memutuskan bagaimana, hingga gadis itu benar-benar pasrah dengan keadaan dan hanya mampu membungkam.

Sunny lantas menggeleng dengan cepat,
Ehh bego , sejak kapan lo prihatin sama cowok itu?

Karel segera mengapai tangan Sunny, kemudian meneliti pergelangan tangan gadis itu.

Melihat tangan Sunny yang memerah membuat Karel geram. Dengan hati-hati, Ia meniup pergelangan tangan gadis itu, berharap nyeri yang dirasakan Sunny bisa sedikit berkurang.

“Sakit Sun?”

“Cuma sedikit perih kak.” Sunny membiarkan Karel meniup tangannya. Rasa nyeri bercampur panas seperti menjalar dikulitnya. Namun setelah Karel meniupnya rasanya perlahan membaik.

“Udah baikkan?”

Sunny mengangguk.

“Syukurlah.” Karel tersenyum tulus. Tangannya kembali membelai lembut kepala Sunny membuat gadis itu tertunduk malu.

KPOPERS VS. ANIMERS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang