Epilog

67 11 6
                                    

Seoul -Korea Selatan, 17.15 KST

Udara sore mulai terasa dingin, meski angin hanya berhembus perlahan menguncang dedaunan pohonan rindang yang berjejer rapi dipinggir jalan. Suhu hampir mencapai 10 derajat, namun masih banyak orang yang berjalan ditrotoar dengan cardigan tebal yang menyelimuti tubuh, juga beberapa remaja yang nampak berdiri dihalte bus sambil menunggu jadwal bus selanjutnya.

Negeri gingseng itulah julukkannya, negeri dengan beribu destinasi dan kultur yang ikut berputar dalam perkembangan teknologi yang semakin canggih.

Meski waktu hampir menunjukkan malam hari, namun masih ada beberapa orang yang duduk dikursi taman sambil menikmati makanannya, juga ada beberapa pasangan yang berjalan santai sambil menikmati saat-saat terakhir sebelum bunga sakura bermekaran. Ya, beberapa saat nanti mereka akan berada dalam musim yang berbeda, musim semi.

Suara musik dari speaker besar disetiap simpang jalan ikut mengalun, menemani aktivitas sore itu. Suara dari beberapa stasiun radio yang sedang memulai siaran malam.

“Sedikit lagi dan waktu akan membawa kita semua dalam suasana yang baru, alasan yang baru, kenangan yang baru dan senyum yang baru,” bunyi musik  dari speaker itu tergantikan dengan suara lembut seorang penyiar.

“Akan ada cerita baru untuk tahun ini, tentang bagaimana bahagiamu ikut mekar bersama jutaan bunga sakura dipelosok negeri. Untuk kamu dimanapun, apa yang akan kamu lakukan untuk merayakan awal musim semi tahun ini? akan lebih baik menatap lautan bunga sakura yang mekar bersama orang-orang yang kau sayangi bukan? Ataukah kau akan menemui orang yang special? Tak apa kalau sekarang kau sendiri, bunga sakura itu mekar untuk mu, dia akan menemani mu diawal musim semi tahun ini.” penyiar itu mengakhiri monolognya dengan sebuah lagu.

Sebuah mobil sedan hitam berhenti dihalaman hotel besar di ikuti beberapa mobil lain dibelakangnya. Puluhan pria dengan setelan jas hitam lengkap langsung berlari cepat membentuk barisan mengelilingi mobil sedan itu.

Seorang pria berjas coklat berjalan dengan tergesa menghampiri mobil tadi lalu membuka pintu, mempersilahkan sosok yang ada disana untuk keluar. Pria itu langsung membungkuk penuh hormat saat sosok tadi menapakan kakinya keluar dari mobil sambil sedikit memperbaiki tatanan arlojinya.

Pria itu kembali mengakkan punggungnya “Selamat datang tuan Rayn, mereka semua sudah menunggu anda didalam.”  dia Ken, pria berdara campuran Jepang dan Autralia yang sudah lima tahun menjadi sekertaris Rayn.

Rayn melirik Ken sekilas, kemudian membiarkan pria itu membimbingnya menuju ruangan besar yang akan menjadi tempat presentasinya hari ini. Tidak, tak hanya sebagai tempat presentasi tapi juga sebagai tempat peluncuran proyek besar yang telah Ia rancang bersama anggotanya selama setahun penuh di Jepang.

Mereka tiba didepan pintu besar, dua orang pengawal yang berada disana langsung membungkuk hormat pada Rayn kemudian membukkan pintu itu baginya. Baru selangkah pria itu ayukan didepan pintu,  Ia langsung disambut  dengan riuh tepukkan tangan dari seisi ruangan. Semua yang ada dalam sana serentak berdiri kemudian memandang penuh binar kearahnya.

Mereka langsung mendekati Rayn, menjabat tangan pria itu sambil mengucapkan banyak selamat atas kesuksesan proyek besar perusahaan Rayn. Tak lupa beberapa pujian juga mereka berikan sebagai bentuk rasa kagum pada pria muda itu karena berhasil memimpin sebuah perusahaan besar di Asia.

Delapan tahun bukanlah waktu yang cepat untuk Rayn meraih semuanya ini. Berbagai usaha dan keringat Ia tumpahkan untuk masa depan ini. Tak mudah memang, tapi itu adalah proses yang harus Ia lewati untuk bisa berada dalam tahap ini, menyadang gelar Direktur utama dari sebuah perusahaan IT besar di Jepang. Bahkan perusahaan itu telah mendapat pengakuan dari banyak negara didunia, termasuk negara-negara maju. Rayn’s Golden GIM, perusahaan milik Rayn sekarang.

KPOPERS VS. ANIMERS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang