Happy Reading!
-----•••-----Rayn memandang dalam mata gadis didepannya. Tak ada yang berani berucap meski telah lama mereka membungkam. Jantungnya berdetak kencang. Tidak, seharusnya Ia sudah terbiasa dengan tatapan gadis itu, namun entah mengapa semuanya seakan sangat sulit untuk dilakukan.
Sunny juga masih terdiam, memandang manik mata cowok didepannya. Mulut gadis itu sempat terbuka untuk berucap namun gadis kembali mengurungkan niatnya. Mungkin akan lebih baik membiarkan Rayn melanjutkan ucapannya tadi.
Entah mengapa ucapan cowok itu membuat Sunny gemetar. Tidak, seharusnya tidak demikian. Gadis itu bahkan sangat bingung dan gugup karena perasaan asing itu.
Bukan pertama kalinya mereka saling menatap seperti ini, bukan pertama kali juga gadis itu mendengar ucapan yang sama dari Rayn. Sunny pikir sudah terbiasa dengan tatapan itu karena banyak waktu yang Ia habiskan bersama Rayn akhir-akhir ini, tapi semuanya hilang dalam sekejap.
“Aku tahu waktu itu terlalu tiba-tiba mengatakannya, tapi aku benar bersungguh-sungguh dengan ucapan ku.”
Sunny masih terdiam dengan mata yang masih setia melihat cowok yang berjarak selangkah didepannya.
“Tak usah khawatir, aku tak akan memarahimu kalau kau menolakku.”
“Tapi-..” ucapan Sunny terpotong
“Aku tahu sangat sulit bagimu melupakan laki-laki itu. Aku akan berusaha untuk ikhlas jika memang kau masih mencintainya.”
“Maaf,” lirih Sunny. Gadis itu bahkan tak berani memandangi wajah Rayn.
Satu tangan Rayn terangkat, membelai lembut surai Sunny
“Sudah ku bilang jangan khawatir, aku akan baik-baik saja.”Sunny sedikit mendongkak, “Sejak kapan kau mencintai ku? kenapa kau bisa mencintaiku? Kau tahu hatiku cuma untuk mantan kekasihku, tapi kenapa kau masih berusaha untuk mempertahankan ku?”
“Sudah lama, sekitar beberapa bulan yang lalu. Kenapa aku bisa mencintai mu? Ku kira tak ada alasan aku mencintaimu, semuanya murni karena perasaan ku.”
Sunny tersenyum kecut “Dan aku telah menyakitimu, maaf.” gadis itu kembali melirih
“Tidak, kau tidak menyakitiku.”
“Lalu apakah kau masih bisa menerima ku, menerima segala kekuranganku, menerimaku yang telah banyak menyakitimu.”
“Aku bahkan mencitai kekuranganmu, jangan berkecil hati.” Rayn membelai lembut pipi Sunny.
Air mata Sunny berhasil lolos kepipinya. “Makasih, aku juga mencintaimu.” Ucap Sunny tulus.
Rayn langsung membawa Sunny dalam dekapannya. Gadis itu terisak kecil disana.“Terima kasih.” ucap Rayn lembut.
Keduanya melerai pelukan itu, di iringi suara tepukan tangan meriah dari seisi ruangan bersamaan dengan musik klasik dari kelompok orkestra yang ikut berhenti. Orang-orang yang memenuhi ruangan itu bersorak puas sebelum akhirnya Sunny dan Rayn memberi hormat terakhir dan segera turun dari atas panggung.
Tak terasa waktu berjalan dengan cepat hingga kini dua bulan telah berlalu semenjak latihan awal Sunny dan Rayn. Tak pernah terbayangkan keduanya akan menampilkan adegan mereka dengan baik diatas panggung teater, bahkan mendapat banyak dukungan dari para penonton.

KAMU SEDANG MEMBACA
KPOPERS VS. ANIMERS [END]
Teen FictionBertemu seorang cowok dingin di koridor kelas 11 merupakan hal yang tak pernah di inginkan oleh seorang Kanaya Sunny Arabella. Apalagi pertemuan mereka harus berawal dengan Sunny yang tak sengaja menampar wajah cowok dingin itu. Gelagat cowok itu b...