48. Obsesi

40 9 4
                                    

Sebelumnya Author mau bilang terima kasih untuk kalian semua yang sudah membantu mempromosikan cerita ini🥺😊❤️

Happy Reading!
------•••------

"Nilai gue kenapa gini-gini amat?, tapi tumben matematika bagus nilainya. Akh, tapi sama aja, fisika sama matematika peminatan B. Chanyeol pasti malu punya istri yang bodohnya kayak gini." gerutu Sunny panjang lebar

"Nilainya bagus." Rayn memandang sekilas pada Sunny yang duduk disampingnya kemudian kembali fokus ke jalan didepan.

Seketika gadis itu tertawa hambar "Tapi ranking gue gak pernah berubah, masih sama kayak semester lalu."

"Bagus dong."

Sunny menggeleng "Naik dikit kek ranking-nya. Gak pernah berubah dari kelas 10."

"Setidaknya gak turun" ucap Rayn

Sunny terdiam. Gadis itu menatap dua raport di pangkuannya kemudian mendengus cemas. Hari ini mereka mendapat hasil belajar selama satu semester, itulah mengapa sedari tadi gadis itu tak henti-hentinya mengoceh cemas lantaran peringkatnya yang masih saja sama.

Bagaimana gadis itu tidak gelisah, dari pagi Edward terus saja menghubunginya untuk menanyakan tentang penerimaan raport hari ini. Sepertinya pria itu sudah siap sedia dengan segala wejangannya dirumah.

Lalu bagaimana respon pria itu saat nanti Sunny beritahukan kalau tak ada yang berubah? gadis itu banyak harap Edward mau memakluminya.

"Gue pasti dijadiin sate panggang sama bang Ewa. Akh sialan lo nilai laknat." umpat Sunny

"Bersyukur." Rayn kembali menoleh sekilas pada gadis itu

Ucapan Rayn berhasil membuat Sunny bungkam dengan berbagai macam pikiran. Perkataan itu seakan menamparnya, membuatnya sadar dengan hal penting yang harusnya tidak Ia lupakan. Bersyukur.

Sunny kembali dalam diamnya. Perkataan Rayn benar, Ia harus bersyukur dengan hasil yang Ia dapat.  Ia harus bersyukur karena masih berada di garis aman sampai saat ini. Peringkat bukan segala-galanya kan? meski pada akhirnya hal itu yang akan ditanyakan terlebih dahulu saat kau menginjakkan kaki dipintu rumah.

Peringkat ada dan selalu menjadi pembanding mutlak, padahal setiap orang terlahir dengan potensi yang berbeda. Itulah mengapa mereka yang berada dibawah selalu dipandang sebelah mata sementara mereka yang berada diatas dikuasai oleh ambisi yang tidak berujung. Hingga pada akhirnya mereka yang berada dibawah akan terus berada dibawah karena mati rasa percaya pada diri mereka, sementara yang diatas akan tetap berada diatas berusaha melampaui kedudukan satu sama lain.

"Kenapa gue gak sepintar Queen?" Sunny menyadarkan punggungnya kemudian memandang hampa kedepannya.

Rayn hanya terdiam sembari mendengarkan ocehan gadis itu.

"Setiap hari kerjaannya cuma nonton drama doang sama gue tapi bisa dapat rangking dua. Daebak," Sunny menggeleng tak percaya.

"Dia belajar keras Sun."

Sunny mengangguk setuju "Ya udah, semester depan gue juga akan belajar keras. Kita juga udah kelas 12 jadi harus sungguh-sungguh."

Rayn ikut mengangguk setuju kemudian mengendarai mobilnya memasuki sebuah gang dan berhenti didepan rumah Sunny.

Sunny melepas seatbelt-nya kemudian tersenyum pada Rayn.

"Gomawo namjachingu."

Kening cowok itu langsung mengerut "Jangan omong bahasa plastik."

KPOPERS VS. ANIMERS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang