Dua

59 9 2
                                    

"Ribet nih kalo di belakang orang tua," gumam Agil.

Bukannya Agil tidak suka berkendaraan di belakang ibu yang sekarang ini tapi dirinya punya firasat akan terjadi sesuatu nantinya. Dilihat dari si ibu yang terus saja marah-marah karna macet bisa di pastikan jika dirinya bergerak sedikit mungkin akan menjadi masalah bagi sang ibu.

Jalan makin macet udara pun makin panas. Menyesal Agil lewat jalan sini. Biasanya dirinya jalan selalu lewat jalan dekat rumah Wildan yang kebetulan satu arah dengan rumahnya.

Tapi demi mengantar Jiah dirinya terpaksa lewat sini takutnya Milka melihat dirinya membonceng orang lain. Bisa habis dirinya jika Milka tahu.

Lampu hijau mulai menyala. Perlahan mobil di depan bergerak sedikit. Tak apa sedikit yang penting bisa berjalan maju menghindari ibu tadi.

Niatnya menghindar eh malah dirinya yang di potong jalan oleh ibu tadi. Untungnya ibu itu menghidupkan lampu sen ke kanan sedangkan dirinya ingin membelok ke kiri.

Agil memutarkan setirnya ke kiri. Tapi ibu tadi juga ikut belok ke arah kiri. Alhasil mereka bertabrakan dan terjatuh.

"Punya mata nggak kau?" kesal ibu tadi sambil mencoba mengangkat motornya.

"Lagian lampu sen ibu ke kanan, kirain mau putar ke kanan," Agil membela diri.

"Yah buta mata kau, orang lampu sen ke kanan artinya aku belok ke kiri lah," sewot ibu tadi.

"Maaf Bu," ucapnya. Daripada memperpanjang urusan lebih baik minta maaf saja.

"Kau pikir dengan minta maaf bisa ganti kerusakan motorku ini hah?!" marah Ibu tadi.

"Terus saya harus gimana bu? Kawinin anak ibu? Enak banget bu saya aja nggak kenal anak ibu. Lagian itu salah ibu sendiri salah hidupin lampu sen,"

Agil mengambil helmnya yang terjatuh. Memasangnya lalu menghidupkan motor pergi dari sana. Meladeni ibu tadi bisa-bisa dirinya ikut terpancing emosi.

Dari perawakannya saja yang besar memperlihatkan jelas jika betapa ganasnya ibu tadi.

Agil memutar stang sebelah kiri. Dirinya kembali melewati jalan tol untuk sampai kerumahnya. Demi Jiah Agil rela putar balik. Di tepi jalan tol seseorang berjalan kaki untuk pulang. Sepertinya orang itu habis pulang sekolah dan juga sepertinya orang itu berasal dari sekolahnya.

Agil melajukan laju kendaraannya mendekati orang itu. Dan benar seperti dugaannya itu adalah kakak Wildan yang tadi bertemu di kantin.

"Eh, kakak," sapa Agil tersenyum lebar. "Baru pulang ya?" tanyanya sok akrab.

"Agil?" tanya Aulia.

Agil mengangguk. "Kok tau?"

"Yang tadi di kantin kan sama Wildan?" tanya balik Aulia.

"Iya kakak," balas Agil.

Memang benar wanita memang pengingat yang baik. Buktinya belum kenalan saja Aulia sudah mengetahui namanya dan hafal juga dengan bentuk dan suara Agil.

"Baru pulang ya kak?" tanya Agil sok basa-basi.

"Iya Wildan pake ninggalin segala lagi,"

"Mau gue anter kak? Sekalian satu arah,"

Aulia menyetujui tawaran Agil. Jelas, dirinya sudah lelah berjalan sejauh ini. Mana Wildan belum juga menjemputnya hari juga panas. Siapa yang sudi berjalan kaki jika ada tumpangan.

Agil mulai menjalankan mesin motornya lalu beranjak pergi. Melihat Aulia dari jauh di terik begini membuatnya tak tega meninggalkan kakak dari sahabatnya sendiri.

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang