Lima

37 8 0
                                    

Aulia berjalan dengan cepat. Bukan tanpa sebab, itu semua karna Agil. Jika ada saja lelaki itu lintas atau berpapasan Aulia akan menghindar. Semenjak kejadian kemarin Aulia menjadi malu untuk bertemu Agil. Terlebih saat di sekolah tadi lelaki itu seperti mengikuti gerak-gerik Aulia. Jadi ngeri sendiri di ikuti layaknya penguntit.

Seperti sekarang, lelaki itu terus memanggil Aulia dari belakang sambil terus berlari mengejarnya. Entah apa yang diinginkan lelaki itu setelah berhasil membuat Aulia malu diejek satu sekolah.

"Kak!"

"Kak, tungguin napa. Elah!" Agil menarik tangan Aulia supaya gadis itu berhenti berjalan.

"Lo kenapa sih, menghindar mulu!" Agil menarik tangan Aulia membuat gadis itu berputar dan menghadap tepat di depan wajah Agil. Mereka beradu tatap.

Aulia mengumpat dirinya sendiri,  kenapa jantung Aulia berdetak lebih kencang dari biasanya. Melihat Agil dari jarak dekat membuat lelaki itu tambah tampan saja. Tidak bisa di pungkiri Agil memang memiliki aura menggoda untuknya. Matanya tidak bisa lepas untuk menatap wajah manisnya.

"Ha? Gu-gue? Lo-lo?" tanya Aulia gugup.

Jujur, Aulia terkejut mendengar Agil berucap lo-gue pada dirinya. Memang waktu dulu Agil memanggil Aulia dengan lo-gue tapi, dulu masih menggunakan kata 'kak' di ujungnya. Terdengar aneh tentunya, mentang-mentang Aulia menyukai dirinya seenaknya saja berbicara normal begitu, ingat Aulia itu setahun lebih muda darinya, alias senior.

"Iya! Kenapa lo menghindari dari gue? Jangan bilang karna gue udah tau lo suka sama gue?" tanya Agil. Tatapan lelaki itu begitu tajam membuat Aulia tak berani bertatapan langsung dengan Agil lebih lama, dia membuang muka.

"Dih, geer banget. Gue nggak suka sama lo!"

"Bohong!" ketus Agil. Aulia kembali menyangkal, disodorkan pertanyaan yang mendadak begini membuat Aulia sulit menjawab asal. Baru kali ini dia bertemu laki-laki tho the point, lansung ke inti, sat set, tanpa basa-basi. Tinggi juga tingkat kepedean Agil, keberaniannya juga sih, lansung menanyakan pada orangnya. Makin nggak karuan hati Aulia.

"Mana buktinya kalo lo nggak suka sama gue?" tanya Agil.

"Mana buktinya kalo gue suka sama lo?!" tanya Aulia balik.

"Satu sekolah, bener kan?" jawab Agil.

"Emang bener, terus kenapa?" Aulia menutup mulutnya dengan rapat. Aulia mencubit mulutnya dengan kuat. Kenapa bisa-bisanya mulutnya ini berbicara begitu lancar. Sudah ia katakan pertanyaan Agil begitu cepat dan beruntung susah rasanya untuk berkonsentrasi.

Agil menarik Aulia untuk duduk di kursi tepi jalan. Gadis itu menarik tangannya menolak ajakan Agil untuk duduk di kursi itu. Aulia tahu disini panas tapi, dirinya ingin cepat pulang belum lagi Wildan belum menjemputnya dari tadi. Kenapa Agil tidak mengerti dia tidak ingin berduaan bersama Agil. Pria itu malah menarik Aulia dengan terpaksa gadis itu terduduk.

"Gue mau pulang!" Aulia berdiri hendak pergi.

"Gue antar!"

"Nggak mau, gue bisa jalan sendiri." tolak Aulia masih membuang muka.

"Yaudah duduk bentar, gue mau ngomong!" kesal Agil.

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang