EmpatPuluhDua

6 4 0
                                    

Aulia mengirim beberapa list yang harus dibeli Agil untuk keperluan jualan. Hampir seminggu bisnis itu berjalan dan untungnya lancar-lancar saja selama berjualan. Mereka juga tidak selalu berdua, kadang Aulia sendiri kadang juga hanya Agil, mengingat Agil juga masih bekerja di tempatnya dulu, semua Agil ambil pulang sekolah jam tiga sore lanjut berjualan di pasar malam hingga jam sembilan lalu jam sepuluh malam giliran shift nya untuk bekerja sebagai barista. Semua ia lakukan untuk Bunda dan Raki.

Benar-benar tidak masuk akal, jika semua ia kerjakan tiap hari, kenyataannya ya memang sudah terjadi setiap hari.

Aulia juga mendukung itu meskipun awalnya menolak dengan alasan di sekolah bukannya fokus belajar malah sering tertidur, Aulia juga bilang biar dirinya saja yang menjaga jualan mereka tapi, Agil menolak kasihan pada Aulia.

Ngomong-ngomong soal jualan, mereka memutuskan untuk berjualan pisang Krispy dengan label nama Krispy Dek. Di bagian bawah juga terdapat tulisan  Beli banyak dapat nomer. Awalnya Aulia tidak terima nama itu terlihat aneh dan kelihatan sekali Abang jualannya genit. Tapi, Agil lagi-lagi meyakinkan bahwa ini bisa jadi laris manis.

"Bakal banyak yang beli, apalagi penjualnya ganteng dan manis."

Mau tidak mau ya sudahlah lagi pula yang mendesain gerobak mereka juga Agil jadi Aulia tidak bisa lagi mengelak. Selesai dengan urusan bisnisnya, Aulia menoleh sekitar, terasa seperti ada yang berbeda. Benar saja perbedaan itu berasal dari mahluk yang duduk disebelahnya. Siapa lagi kalau bukan Seno, sudah hampir seminggu dia absen dan entah apa bentuknya sekarang.

"Seno udah seminggu gak masuk?" Aulia bertanya kepada gengnya.

Laras dan Ega serempak mengangguk. "Gak ada kabar juga, udah di hubungi wali kelas gak di jawab."

"Hobinya banget itu menetap di kelas." alias gak naik kelas.

Agak aneh juga ternyata tidak ada Seno, meskipun begitu kadang Seno dilihat juga ada baiknya, bagian tugas yang tidak Aulia ketahui dialah yang mengajari.

"Kira-kira kapan kita libur?" Aulia mengubah topik, untuk apa membicarakan Seno tidak ada untungnya juga.

***

Aulia melambaikan tangan, Agil menemukannya di kerumunan anak kelas sebelas yang berlalu lalang, dia segera berlari menghampiri pacarnya. Agil sudah mewanti-wanti dengan mengiriminya pesan untuk jangan pulang dulu alasannya Agil tidak tahu membeli pisang yang pas untuk dijadikan pisang goreng, sudah Aulia beri tahu tekstur dan namanya tetap saja Agil kekeuh untuk ditemani, karna tukang pisang yang biasa langganan sudah dua hari tidak jualan karna sedang sakit.

Baru saja mereka melangkahkan kaki keluar gerbang sekolah, hujan tiba-tiba datang dengan sangat lebat. Dari yang tadinya cerah terik dan panas berubah menjadi hujan lebat disertai angin kencang. Mereka memilih berteduh dibawah halte, beberapa orang juga mulai berlari ikut berteduh.

Untung saja mereka berdua sama-sama menggunakan jaket jadi, mereka aman dengan cuaca dingin begini.

"Lia," panggil Agil. Aulia menoleh.

"Pake jaket gue, bentar." Agil membuka jaketnya.

"Kenapa? Gue pake jaket juga, kok." Agil tidak merespon dia malah memakaikan jaketnya ke tubuh Aulia dan mulai berhitung hingga sepuluh detik. Setelah itu Agil melepaskannya begitu saja lalu berpaling pada ibu hamil disebelah mereka.

"Permisi, Bu. Ini pakai jaket saya aja." Agil menyerahkan jaketnya.

Ibu hamil di sebelahnya tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Aulia menutup mulutnya rapat, berusaha menahan salah tingkahnya yang hampir membuatnya ingin memukul Agil.

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang