LimaPuluh

7 4 0
                                    

Agil kembali setelah dua Minggu masa skorsing nya berjalan. Agak canggung untuknya kembali dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Kesal juga terhadap pak Harto yang menghukumnya hingga kurang lebih dua Minggu dibandingkan Seno yang hanya empat hari, padahal jelas ada saksi mata melihat Seno mulai duluan. Tapi, ada untungnya juga setiap hari numpang ke rumah Mario untuk tidur malamnya dia bisa langsung berjualan dan pergi bekerja. Waktunya lebih banyak untuk tidur dan mengumpulkan tenaga.

Agil berjalan mendekati beberapa anak cewek yang tengah memperhatikannya berjalan. Muka-muka menyebalkan keluar, merasa sok kegantengan sambil tebar pesona.

"Selamat datang ke sekolah, Agil Saputra." Laras mengulurkan tangan untuk di jabat.

Agil menatap kesal ke arah Laras, sengaja sekali mengejek dirinya. Agil mengucapkan salam dan membalas jabatan, tapi bukan dengan Laras malah tangan Aulia yang ia ambil dan cium. Ketiga yang lain lansung bersorak jijik menatap pasangan di depan mereka.

Belum sempat Agil berujar untuk membalas ketiga cewek yang menganggu masa romantis, mereka dikejutkan dengan suara mikrofon yang kembali lagi terdengar setelah sekian lama. Tentu tidak asing karna suara itu mempertahankan pengumuman yang darurat.

"PERHATIAN, PANGGILAN ATAS NAMA AULIA PUTRI SADEWI SISWI DARI KELAS SEBELAS UNTUK SEGERA KE KANTOR SEGERA, SEKALI LAGI UNTUK SISWI ATAS NAMA AULIA PUTRI SADEWI DIHARAPKAN UNTUK SEGERA DATANG KE KANTOR SEKARANG." mereka saling tatap.

Lagi? Untuk kedua kalinya? Di jam istirahat seperti ini? Kali ini apa lagi yang ia lakukan. Tidak bisakah untuk tenang beberapa saat, Aulia masih mengumpulkan tenaga untuk kemarin dan sekarang harus di tambah lagi. Belum cukup untuk foto fulgar yang terpajang? Aulia segera berlari untuk sampai ke kantor dan menemui pak Harto lagi.

Kali ini sebelum masuk ke kantor Aulia menutup mata mengumpulkan keberanian, mentalnya sudah cukup teruji di kasus pertama, setidaknya mungkin sekarang masih bisa ia kendalikan.

Keempat lainnya masih menunggu di tempat yang sama, harap-harap cemas menunggu Aulia dan kabar yang akan dibawanya. Tadinya mereka ingin ikut lalu dilarang oleh Aulia untuk biar dia saja yang pergi dan mereka tetap menunggu disini.

Untuk kali ini sepertinya mereka tidak akan tinggal diam. Jika kemarin memang karna keisengan maka kali ini tidak ada konsekuensi untuk di ampuni. Mereka akan mencari sampai tuntas dan bertemu dengan orangnya.

"Gue gak bisa nunggu lama." belum sempat mereka menahan Agil dan Agil juga belum sampai berlari, suara mikrofon kembali bersuara.

"Perhatian, saya Aulia Putri Sadewi dengan ini menyampaikan permintaan maaf saya atas kejahatan dan perilaku tidak terpuji yang saya lakukan. Saya mengakui kesalahan dan membenarkan bahwa pencurian yang terjadi di ruang guru memang saya pelakunya. Untuk itu, beberapa barang dan sejumlah uang yang hilang akan segera saya ganti." mereka melotot mendengar pengakuan Aulia, tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.

"Satu lagi, untuk siapapun kamu, yang sepertinya dengan kehadiran saya membuat hidupmu tidak tenang tolong, tolong tunjukkan diri dan beri tahu apa kesalahan atau kejahatan yang pernah saya lakukan, terimakasih."

Ramai terdengar anak-anak menyoraki Aulia saat mic mati. Beberapa ada yang memaki dan mencemooh Aulia. Diluar dugaan mereka semua Aulia akan mengakui kejahatan yang sangat tidak terpuji.

Dikabarkan dan di umumkan kemarin sempat terjadi pencurian saat sekolah sudah sepi, dan kejadian tersebut terjadi pada pukul lima sore.
Ciri-ciri orang tersebut menggunakan jaket berwarna pink bernuansa hitam dan memakai topi hitam, orang itu juga memakai masker untuk menutup wajahnya. Tidak bisa menyangkal karna hanya Aulia yang terlihat beberapa waktu lalu memakai jaket yang sama dan warna yang sama. Dan juga dari bentuk wajah dan tubuh sangat mirip dengannya.

Aulia keluar dari ruang guru langsung dihiasi dengan anak-anak yang mengerumuni dan ada yang sampai mendorong tubuhnya hingga melempari dengan kertas. Tentu yang menghalanginya dari murid lain adalah Wildan, saking banyaknya Wildan sedikit kewalahan untuk membuat jalan keluar.

"Minggir!"

Teriakan itu membuat anak lain terkejut dan segera menepi. Ega, Amel, Laras, Agil, Bastian, dan Mario ikut menghalangi Aulia dari kerumunan. Kerumunan itu tidak berhenti hingga Aulia sampai di lapangan sekolah dan berdiri di tengah-tengah. Aulia mendapat surat peringatan kedua atas perilakunya dan mendapatkan hukuman. Dan ini salah satu hukuman yang harus ia lakukan.

"Saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada kalian semua yang merasa dirugikan atas ini, saya melakukan itu semua atas dasar kecerobohan dan kekhilafan-" Aulia berusaha tenang, beberapa kertas masih mengenai wajahnya. Dia sudah menangis sambil menunduk takut untuk melihat tatapan dari teman-temannya.

"-Kekhilafan dari mana, itu namanya pencuri. Lo ngambil dengan kesadaran penuh!" teriak murid lain dan kembali di soraki seluruh sekolah.

Aulia mengangguk, "benar, saya melakukannya dengan sadar, karna perbuatan saja sangat merugikan, saya minta maaf dan menyesal untuk hal ini." Aulia bersujud di tengah-tengah lapangan, dari balik wajahnya air mata tidak dapat berhenti, terus mengalir.

"Maafkan atas perlakuan saya." Aulia masih bersujud.

Semua orang pun tahu, hal yang sedang Aulia lakukan sangat rendah. Tidak ada harga dirinya sama sekali. Tapi, inilah hukuman yang harus ia terima, mengumumkan diri dari mikrofon, mengakui kesalahan di depan seluruh murid, dan harus bersujud. Untuk kejadian yang sama sekali tidak ia lakukan, lagi-lagi harga diri Aulia di injak-injak dan sangat rendah dimata mereka.

Wildan berlari dan menarik Aulia untuk berdiri, berhenti melakukan hal gila sebelum dirinya yang gila. Bagaimana mungkin kakaknya bisa dengan mudah menerima semua tuduhan yang belum jelas asal-usulnya. Mata Wildan memerah dan air matanya keluar, dia tetap memaksa Aulia untuk bangun dan berhenti melakukan hal konyol.

"Bangun!" Wildan masih berusaha menarik Aulia, tapi selalu di tepis.

"Jangan bodoh, kemarin lo dirumah bareng gue!" Wildan semakin memberontak.

Agil yang melihat itu segera mendekat lalu ikut bersujud. Wildan yang memperhatikan diam membeku tidak percaya dengan apa yang Agil lakukan. Semua orang sama terkejutnya kala melihat Agil sujud disebelah Aulia.

"Kejahatan ini, saya juga terlibat." mereka semakin bersemangat untuk kembali melempar kertas lebih banyak.

Aulia menoleh dia segera bangkit dan menendang Agil begitu saja. Semua orang makin terkejut dan makin berteriak. Aulia dengan emosi yang membara menatap Agil dengan nanar.

"Jangan!" geleng nya menyuruh Agil berhenti. Agil tidak mendengarkan malah kembali ke posisi semula, bersujud di depan ribuan anak.

Aksi Aulia untuk menarik Agil berdiri terhenti saat seseorang dari belah kiri mendekat dan ikut bersujud.

"Seno, jangan!" teriak Aulia semakin histeris menangis, dia menarik baju seragam Seno untuk berdiri, nyatanya tenaganya tidak cukup untuk menarik badan Seno yang lebih besar darinya.

Aulia mengalah, ikut bersujud diantara kedua pria, malah bertambah dengan Wildan yang ikut bersujud di antara mereka. Aulia tidak berhenti menangis, menangisi ketiga pria yang merendahkan harga diri mereka demi dirinya.

Lain hal Laras yang ingin ikut bersujud dihalang oleh Danial, Amel di tahan oleh Mario, dan Ega tidak mampu bergerak terkejut dengan kenekatan sepupunya sendiri. Sangat kacau dan lagi-lagi sekolah dipulangkan lebih awal atas ini. Tidak mengerti apa yang terjadi, situasi sangat kacau dan riuh. Sekolah sampai tidak mampu untuk menghentikan riuhnya suara mereka.

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang