LimaPuluhEnam

7 3 0
                                    

Agil berusaha menginjak dan menarik rem motornya untuk berhenti dan coba mengelak dari sang pengendara mobil truk didepan. Namun hasilnya gagal mobil sudah sangat dekat dan Agil tidak bisa mengelak.

Motor Agil terpelanting ke jalan karna jalanan terlalu licin. Mobil truk oleng masuk ke dalam sungai dan untungnya hanya bagian depan yang masuk ke parit sehingga sang sopir bisa cepat melompat keluar menyelamatkan diri. Aulia terpelanting jauh dari Agil berada. Samar-samar Agil mencoba membuka mata mencari dimana kekasihnya berada.

Matanya melihat sosok gadis tergeletak satu meter darinya dengan helm yang entah kemana pergi. Nampak dari kepala sang wanita mengeluarkan darah segar yang enggan berhenti.

Agil tersenyum kecut. Sebelum akhirnya senyum itu berubah menjadi penyesalan nantinya. Ia memegang kepalanya yang terasa sakit. Kepalanya terasa berat untuk berdiri. Matanya juga tak mampu untuk terbuka. Agil menyerah membiarkan dirinya terbaring di tanah.

Dirinya menatap Aulia yang sudah tak mampu untuk membuka mata bahkan bergerak sedikitpun tidak. Agil melepas helmnya dengan sekuat tenaga menampilkan dengan jelas wajahnya yang sangat pucat.

Agil melihat tangannya yang penuh dengan darah. Kepalanya juga terluka.  Sekali lagi Agil menatap Aulia untuk kesekian kalinya sebelum menutup matanya rapat.

"Maafin gue, Lia." ujarnya lalu terpejam.

Samar-samar Agil mendengar namanya di sebut. Sepertinya dia sudah di atasi dan sekarang berada di rumah sakit, Agil tersenyum dan masih berusaha menikmati diri masih menutup mata, lalu panggilan terakhir membuat kedua matanya terbuka lebar. Teriakan itu memaksanya untuk membuka mata.

"AGIL!"

Dia membuka mata dan menyadari ternyata dia masih berada di jalanan terbaring di aspal dan di guyur hujan.

"Gil, jangan ngigo di jalan. Gue bukan Aulia, bantuin tolong." Mario sudah terlihat tidak berdaya ditimpa motor Agil.

Setelah puas menghajar Mario, mereka berdua terdiam sambil duduk mengontrol napas yang hampir habis. Hanya diam sambil memerhatikan semut yang berjalan di lantai. Agil kehabisan tenaga memukul dan Mario juga kehabisan tenaga setelah dipukuli. Cukup lama mereka terdiam, semua orang sudah pergi termasuk orang tuanya Mario. Mereka pasti tidak tahu tentang kejadian ini atau malah mereka tahu dan membiarkan saja. Jika benar, habislah di rumah tentu akan ada ronde ketiga untuk di hajar.

Agil bangkit dari tempat duduknya, melirik Mario untuk di ajak pulang bersama. Di perjalanan pulang hujan turun dengan deras, dan Agil juga tidak menurunkan kecepatan motornya malah semakin laju, menikmati setiap jalanan seolah membawa mereka terbang tinggi.  Mereka terpelanting saat melewati jalan licin. Beberapa menit Agil pingsan dan mengigau terus menyebut nama Aulia, sedangkan Mario tertimpa motor dan berusaha membangunkan Agil, tenggorokan sudah hampir kering tapi untungnya hujan turun, hanya perlu membuka mulut untuk membiarkan air hujan masuk.

Agil sepenuhnya sadar, dia lalu bangkit dan menolong teman disebelah nya yang tertimpa tidak ada tenaga untuk mengangkat. Setelah mendirikan kembali motornya Agil terduduk di tanah dan menangis.

"Gil?" panggil Mario pelan.

Agil memang tidak bersuara tapi Mario tahu Agil sedang mengeluarkan air mata sekarang. Agil mengangkat kepalanya ke atas, hujan mulai singgah ke wajahnya. Dalam mata tertutup Agil melihat wajah Aulia yang tersenyum, dia melihat Aulia begitu bahagia dan tertawa seperti dulu. Saat matanya terbuka bayang-bayang kejadian yang baru saja terjadi terlihat, Agil kembali memejamkan matanya, dengan begitu kenangan indah bisa dia lihat.

Sekarang Agil hancur, dia sudah kehilangan tiga orang. Tiga orang yang berarti dalam hidupnya. Jika bisa memilih bolehkah jangan Aulia yang hilang? Bolehkah dari sekian banyak orang itu jangan Aulia? Agil merasakannya, merasakan Aulia yang sedang terluka sekarang. Merasakan betapa gadis cantik itu sangat membencinya sekarang.

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang