Sembilan

25 5 0
                                    

Aulia berkacak pinggang kesal. Dirinya tak henti-henti ngedumel dengan sebal sambil memperhatikan jalan yang sedikit mulai sepi dengan jalanan yang sudah basah tertimpa hujan. Agil memutar bola matanya malas. Sebetulnya ini juga bukan kesalahannya jadi untuk apa ia merasa bersalah. Lagi pula yang makan lambat juga siapa, Agil sudah habis dirinya baru habis setengah.

"Gue bilang juga apa, liat kan. Kehujanan kita!"

"Lo bisa diem nggak sih? Udah berapa kali lo bilang gitu mulu!" protes Agil.

"Gak bisa. Salah lo kenapa pake nambah beli es krimnya!" balas Aulia sewot. Gadis itu menoleh ke kanan lalu ke kiri sesekali melirik jam tangannya dia pasti sudah dimarahi karna telat menjemput seseorang.

"Berisik lo!" kata Agil ketus.

"Berisik lo!" ulang Aulia mengejek.

Agil berdecak malas. Bacotan Aulia sama sekali tidak membantunya untuk berpikir. Padahal yang mengajak membeli es krim itu dirinya, mana mungkin Agil akan ketagihan merasakan rasa enak dari es krim kalo bukan Aulia yang memaksanya.  Motornya mogok dan sekarang mereka harus menunggu hujan reda. Jam sudah pukul tiga sore. Ini waktunya pulang.

"Gue lupa lagi jemput dia," gumam Agil.

"Jemput siapa?" tanya Aulia.

"Pacar gue." kata Agil sengaja agar Aulia merajuk dan diam sama seperti tadi di Mall, agar sedikit saja gadis ini diam dan membiarkan nya untuk sedikit berpikir.

"Ya udah jemput sana! Tadi gue cuma spontanitas doang, kalo lo sama pacar lo terus gue pulang jalan kaki? Oh tidak seperti itu Agil!" 

"Ayo jalan." Agil berjalan mendahuluinya.

"Dorong motor mogok lo saat hujan begini? Lo gila apa gimana sih?"

"Katanya tadi lo suruh jemput pacar gue, emang lo mau pulang sendiri?"

Resek!

Aulia akhirnya ikut turun dari tempatnya berteduh. Memegang pegangan belakang motor Agil lalu ikut mendorongnya. Agil berhenti tepat dibawah pohon menatap motornya berganti menatap Aulia.

"Pake." jaket kulit itu tertuju untuk Aulia. Jaket kulit anti air itu selalu tergantung di depan stang motornya. "Biar lo nggak sakit," Aulia mengambilnya lalu memakaikannya ke tubuh dan menutup kepalanya. Tidak enak juga membawa anak orang pulang-pulang malah sakit.

"Lo mau jemput pacar lo yang mana?" tanya Aulia sedikit berteriak karena suaranya nyaris ditelan riuhnya hujan.

"Pokoknya sebelum lo,"

"Dih, emang kita pacaran?"

"Ya udah, ngapain lo kepo!" mata Agil sedikit menyipit karna terkena rintikan hujan tangan kanan mengusap wajahnya yang penuh dengan air.

Aulia mengendus kesal, untungnya udara dingin masuk membuat oksigen sedikit untuknya bernafas. Tangan kanannya masih mendorong dan tangan kirinya sulit memegang jaket menutup kepalanya. Mereka terus mendorong sampai menemukan bengkel.

**

Agil menerima baju yang disodorkan Aulia kepadanya, dengan ragu namun perlahan Agil menerimanya. Mereka kini di teras Aulia karna Agil menolak untuk masuk karna basah kuyup.

"Pake aja, itu Hoodie milik gue kok." Aulia duduk di sebelah Agil sambil meletakkan teh ke meja bundar terasnya. Aulia sudah Menganti baju dengan yang kering dan panjang juga tebal.

"Eh mau ngapain?" Aulia spontan mengalihkan pandangannya kala Agil membuka baju didepannya.

"Gak gue perkosa kok," kata Agil. "Gue cuma mau ganti baju,"

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang