Empat

43 8 2
                                    

Seperti biasa. Siang itu di kantin Aulia dan Ega memesan es teh manis dan satu mangkok bakso kesukaan mereka. Laras belum memesan karna tadi dirinya izin untuk ke toilet sebentar.

Setelah memesan mereka memilih meja di depan pas tempat kantin berada alias berada di tengah meja tempat duduk. Sebenarnya ini sering menjadi tempat duduk Agil in the geng dan kebetulan satu geng itu tidak ada sekarang jadi merekalah yang menepatinya. Dan jika pun ada Agil, Aulia lebih memilih bangku ujung untuk melihat Agil dari jarak jauh.

"Buset nih buaya, udah cari pawang aje." seru Ega sambil melirik ponsel ditangannya.

"Siapa?" tanya Aulia kepo.

"Nih, si Agil. Kemaren gue denger lagi marahan sama Milka. Eh tau-tau putus tuh buaya," ujar Ega panjang lebar.

Aulia melihat isi story WhatsApp milik Agil dari ponsel Ega. Aulia memiliki nomor Agil tapi, dirinya tak berani untuk mengetes nomor itu. Entahlah gengsinya lebih besar ketimbang harus bilang pada Agil kalo dirinya menyukai lelaki itu. Bahkan kadang untuk melihat kemesraan Agil dan Milka, Aulia rela pura-pura lihat story teman Ega padahal yang di incar dirinya adalah insta story Agil.

Aulia menyerahkan ponsel kepada pemiliknya." Biasalah namanya juga ABG," jawab Aulia asal. Padahal dalam hatinya sudah berbunga-bunga.

"Ga, gue nyusul Laras bentar, ya." Aulia pergi meninggalkan Ega sendirian di kantin.

Ega masih terfokus sambil terus melihat story teman-teman yang bermacam-macam jenis. Ada yang bucin, jualan olshop, sampai adanya yang lagi sad-sadnya.

Satu notifikasi pesan masuk berbunyi. Ega melirik Snapchat miliknya. Tidak ada pemberitahuan satupun. Ega melirik ponsel milik Aulia yang tergeletak di meja sebelahnya. Satu pesan masuk di WhatsApp dari Laras.

Ega mengerutkan keningnya heran. Bukannya tadi Aulia pergi untuk menyusul Laras. Tapi, kenapa Laras malah mengirimkan pesan pada Aulia. Jiwa ke-kepoan mulai muncul. Pikirannya sudah tidak enak. Tumben sekali mereka berbicara tanpa dirinya. Atau paling membahas di grup misalnya. Pasti sesuatu ada yang mereka rahasiakan darinya.Ega mulai membuka pin ponsel milik Aulia dan membuka isi pesan dari Laras. Untungnya Ega masih hafal dengan pin milik Aulia yang hanya memiliki empat angka saja.

Larass

Au, sini bentar.

Gue baru dapet kabar Agil putus ama Milka.

Buruan!! 

Ega membulatkan matanya tak percaya. Apa dirinya salah lihat. Ega mengedipkan matanya berkali-kali dan melihat isi pesan dari Laras sekali lagi. Benar saja, memang benar yang dilihatnya adalah nama Agil. Perasaannya makin tidak enak, Ega meng-scroll chat dari kedua sahabatnya itu yang tak ia ketahui. Ternyata selama ini Aulia secara diam-diam menyukai sepupunya sendiri. Demi apapun Ega baru tahu sekarang. Ega berniat membalas pesan Sarah namun baru saja dirinya mengetik pesan dari Laras sudah di hapus terlebih dahulu. Ega tersenyum miring melihatnya. Mungkin Aulia sudah sampai di sana.

Ega akan memberi tahu seluruh murid SMA Perdana 1 bahwa Aulia menyukai Agil secara diam-diam. Biar saja sahabatnya itu malu. Siapa suruh tidak memberi tahunya. Padahal jika di beri tahu dia mungkin akan tutup mulut.

"Omaygattt!" seru Ega memancing agar orang sekitar meliriknya.

"Kenapa lo, Ga?" tanya salah satu anak bernama Wahyu.

"Aulia!" teriak Ega masih pura-pura terkejut.
"Gila sih, Aulia suka sama Agil!" teriak Ega. Seluruh mata tertuju pada Ega dan mulai mendekati wanita bodoh itu.

"Astaga, Aulia orangnya judes kok bisa suka sama Agil si bikin onar?"

"Hebat juga si Agil bisa menaklukan hati Aulia!"

Banyak siswa-siswi yang melirik bahkan sampai merampas ponsel milik Aulia hanya ingin mengintip isi pesan dari Sarah dan Aulia. Bahkan ada yang hingga melihat pesan dari pertama. Sungguh manusia yang sangat kepo! 

"Ega!" teriak Laras dan Aulia serempak.
Aulia berjalan pelan mendekati kerumunan sambil melihat ponselnya yang berada di tangan Ega. Beberapa pasang mata melihat Aulia senyum-senyum.

"Cie, Aulia. Udah punya crush," ledek Mumu.

"Hebat juga ya, Agil." sahut yang lain sambil memberikan ponsel Aulia.
Aulia dan Sarah saling pandang. Apa yang sudah dipikirkan mereka berdua saat di toilet tadi benar terjadi. Bodohnya Aulia lupa membawa ponselnya sendiri. Meninggalkan dengan manusia seperti Ega.

Bagaimana mereka tidak terkejut Aulia terkenal dengan pintar dan cantiknya, dia dulu juga pernah menolak kakak kelas yang menjadi suara umum tiga tahun berturut-turut. Selain itu Aulia tipe orang susah untuk di dekati bahkan untuk berbicara dengan lawan jenis selain mata pelajaran saja tidak Aulia hiraukan. Tidak heran Aulia dijuluki cewek pintar. Mereka sampai berpikir Aulia itu tidak tertarik untuk menjalani hubungan, dilihat saja secara cewek berprestasi dan pintar, susah pula ditaklukkan.

Jadi setelah orang tahu, itu berita yang mengejutkan. Jadi, tipe Aulia itu yang seperti apa? Mustahil rasanya tipe Aulia bisa Agil, beritanya itu menjadi hangat di kantin.

"Mampus, Au!" bisik Laras.

"Eh itu, Agil!" teriak Mumu.

Semua menoleh kebelakang. Benar saja Agil dan kawan-kawan sedang berjalan menuju kantin. Beberapa ada yang bersiul menggoda ada yang jungkir balik ikut baper.

"Agil, sini!" teriak Mumu.

Merasa malu dan terpojokkan Aulia menarik tangan Laras keluar dari kerumunan dan menjauh. Ega yang melihat teman-temannya pergi ikut menyusul.

Bisa-bisanya Aulia bersahabat dengan manusia seperti Ega yang satu ini. Setelah ini biarlah dia akan meratapi nasibnya dengan di bully satu sekolah gara reputasinya turun ulah sahabat sendiri. Gagal sudah mencintai Agil secara diam-diam. Apakah nanti Agil akan jijik dan ilfeel dengannya? Ah, sudahlah. Aulia serasa ingin menghilang dari sekolah ini sekarang.

"Mau taro di mana muka gue, Ega!" kesal Aulia.

"Lagian lo pada pake nggak kasi tau gue, mampus kan lo!" kesal Ega balik. Ega mau di lawan.

"Sumpah, Ga. Lo emang nggak punya otak. Nyesel gue sahabatan ama lu!" sahut Laras.

Aulia hanya menatap pasrah kedua sahabatnya itu. Tangan kiri Aulia memijat kepalanya yang terasa berdenyut, sedangkan tangan sebelahnya ia jadikan sangga untuk bersandar.

Entah takdir apa yang ditakdirkan untuknya hingga ia harus dipertemukan dengan sahabat seperti Ega yang satu ini.
Belum seutuhnya tenang dari beban pikiran satu masalah pokok datang menghampiri mereka bertiga. Ya, siapa lagi kalau bukan Agil.

Seketika Aulia menjadi salah tingkah dan panas dingin. Sialan, kenapa juga lelaki itu datang disaat yang tidak tepat. Sudah jelas tadi di kantin lelaki itu mendengar semuanya tapi, kenapa dia malah datang ke sini. Itu sama saja membuat Aulia malu! Oh shit, jika Aulia diberi satu kekuatan dirinya hanya ingin mengubah bentuk wajahnya menjadi bukan wajah yang sekarang.

Tidak, jika memilih menghilang dari muka bumi dirinya tidak akan pernah bisa lagi melihat wajah Agil, tapi jika wajahnya berubah ia yang akan mencari sahabat baru tidak layaknya seperti Ega. Oke, itu hanya imajinasi Aulia yang sebenarnya terjadi adalah Agil sudah berdiri tepat di depannya.

"Apa?!" tanya Laras ketus. Baru saja Agil datang sudah disuguhkan dengan  tatapan tajam darinya.

"Anu." Agil menggaruk kepalanya yang tak gatal, diliriknya sekilas Aulia dengan kegugupan yang sama seperti Aulia. Apa ini rasanya disukai oleh kakak kelas, karna biasanya hanya Agil yang mengincar kakak kelas.

"Eh, gu-gue ke kelas duluan ya. Bye!" Aulia dengan cepat berlari meninggalkan tempat satpam yang kosong itu.

"Eh, tungguin dong. Au!" teriak Ega namun gadis itu sudah berlari menjauh dari sana.

"Gue, gak jadi deh." Agil lalu pergi meninggalkan Laras dan Ega dengan salah tingkah. Ega dan Laras saling tukar pandang dengan heran. Keduanya juga sama-sama bingung. Serentak mereka mengangkat bahu lalu pergi setelah menyaksikan dua insan yang tengah malu-malu kucing dan salah tingkah sendiri.

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang