EnamBelas

18 6 2
                                    

Katakanlah kemarin Aulia hanya berucap saja menawarkan diri untuk menjadi pacar Agil karna sekarang banyak mata yang melihatnya saat pak kepsek marah kepada Agil yang sedang terlambat. Rasanya ditatap banyak mata begini membuat Aulia susah berpikir. Menyesal rasanya kemarin berucap begitu tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Baru kemarin rasanya Agil bersikap manis selama tiga hari menjadi pacarnya, mengantarnya, menjemputnya, bahkan rela melakukan apapun yang Aulia minta. Dan kenapa sekarang malah menjengkelkan kembali. Aulia bilang juga apa, laki-laki ini mirip bunglon. Kadang berwarna kadang juga hitam pekat. Tidak boleh disalahkan, hitam pekat juga memiliki makna tersendiri menyeramkan misalnya.

Malunya itu loh yang bikin sulit untuk dilupakan apalagi didepan seluruh murid SMA Perdana 1 tak terkecuali guru-guru. Agil sekarang dengan santainya berdiri ditengah lapangan saat upacara bendera. Dirinya dihukum karna terlambat bodohnya lagi murid itu malah membuat darah naik dengan ocehannya.

"Kali ini, suer pak! Bunda saya udah beli jam kok."

"Lalu kenapa kamu terlambat?"

"Karna pacar saya pak, saya nungguin dia. Eh dia malah naik ojek," celetuknya.

"Siapa pacar kamu?" tanya pak kepsek geram. Tak habis pikir ada-ada saja jawaban anak ini.

"Aulia pak, itu tuh anak kelas sebelas yang cantik banget. Persis kaya bunda," Aulia membulatkan matanya tak percaya. Gila kali Agil, pikirnya. Seluruh murid tertawa.

Pak  kepsek geleng-geleng kepala dengan tingkah Agil. "Pulang sekolah bersihkan seluruh WC."

"Seluruhnya boleh bubar," perlahan seluruh murid membubarkan barisan masing-masing.

Aulia juga hendak bubar namun urung karena seseorang memanggilnya. Danial berjalan mendekatinya diajak untuk berjalan bersama menuju kelas.

"Gimana harinya?" tanya Danial.

"Baik-baik aja sih, kok sekarang lo jarang jaga warung?" Aulia balik bertanya. Mereka kini sudah di koridor.

Laras, Ega dan Amel sudah duluan untuk ke toilet sebentar.

Danial tertawa. "Gue belajar," jawabnya.

Aulia menepuk pundaknya. "Semangat, kejar gue ya kalo bisa!"

"Itumah gampang, btw Au. Lo beneran jadian sama Agil?" tanya Danial. Tatapan mereka bertemu.

"Iya, cuma—"

Cuma ke paksa!

"Permisi," Agil menyelip diantara keduanya. "Ada perlu apa nih berdua-duaan! Ntar yang ketiga setan!"

"Yang setannya berarti lo dong," jawab Danial.

"Lo perlu apa sama cewe gue?" Agil menatap sinis Danial.

"Lo nggak punya hutang 'kan, sayang?" tanya Agil, wajahnya berubah menjadi senyum manis.

" Hutang kutang gue!" balas Aulia berjalan meninggalkan keduanya.

"Hutang kutang?" Agil bergumam. "Oh hutang bra ya?!" teriaknya namun tak digubris.

Agil kembali menatap wajah Danial tidak senang. "Pacar gue punya hutang bra sama lo?" Danial menutup mulutnya berusaha menahan tawa.

Danial mengangkat bahunya lalu pergi begitu saja dari sana meninggalkan Agil masih dengan berpikir keras. Apa iya Aulia memiliki hutang bra dengan Danial?

***

Ega berlari mendekati Aulia dengan ngos-ngosan karna berlari menepuk-nepuk meja memanggil Aulia dengan panik. Aulia menoleh meletakkan komiknya menatap Ega dengan kening berkerut.

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang