DuaPuluh

17 6 1
                                    

Aulia tersadar saat tirai terbuka dengan lebar menampilkan sinar matahari yang menembus dari kaca jendela. Aulia menggosok matanya dan menggaruk kepalanya lalu duduk dengan masih mengumpulkan nyawa yang tertinggal di alam mimpi.

Membuka selimut yang menutup tubuhnya menampilkan lekuk tubuh gadis itu.

"Bangun, lo mau telat ke sekolah." selesai membuka tirai Agil berkacak pinggang sambil bersandar di dinding kamar.

"Hp lo gue cas tuh, Wildan keknya nyari lo mulu,"

Aulia menatap Agil dengan mata sayupnya. "Lo ngapain dikamar gue?" tanya Aulia masih setengah sadar.

"Lupa apa gimana sih, kita kan udah nikah," senyum jahil Agil keluar, sadar Aulia masih di bawah alam setengah sadar.

"Ha?!" Aulia bangkit refleks. "Kapan kita nikahnya?"

"Udah sayang, ayo mumpung masih pagi." Agil duduk di atas kasur. "Sini sayang, manja manja dulu." Agil menepuk-nepuk kasurnya menyuruh Aulia duduk disebelahnya.

"Agil gue belum siap!" teriaknya.

Agil melempar bantal tepat mengenai wajah Aulia lalu tertawa girang. "Udah pagi woi, ngigo lo taunya!"

Aulia menatap seluruh bentuk kamar, perlahan kesadarannya pulih. Ia kembali mengingat kejadian semalam. Mereka asyik mengobrol sampai tertidur di teras rumah.

Agil sadar karna diluar banyak nyamuk akhirnya menggendong tubuh Aulia masuk kamar sedangkan dirinya tidur diluar, tidak lupa juga menutup pintu Aulia demi menghindari nafsunya. Agil masih pikir-pikir.

Tersadar ternyata ini kamar Agil bukan kamarnya Aulia buru-buru membuka matanya lebar-lebar. "Buruan lo mau sarapan dulu nggak?" Agil berjalan keluar kamar.

"Lo tau masak?!"

Agil sedikit terkekeh. "bunda kayaknya nggak cerita ya soal ini?" Agil menyiapkan piring untuk mereka berdua.

"Soal apa?"

Agil berdecak. "tandanya lo nggak tau banyak soal gue, buruan makan." Agil menuangkan air ke dalam gelas untuk Aulia.

"Gak asin," tegur Agil melihat Aulia belum bergerak.

Aulia menggeser kursi mundur untuk ia duduki lalu mencoba mie goreng buatan Agil. Sebelum kesini Agil sudah mampir dulu ke Indomaret membeli beberapa bahan untuk dimasak. Niatnya memang sudah ada untuk bermalam disini jadi sudah dipersiapkannya dulu.

Aulia mencicipi mie itu. Benar katanya, mie itu sangat lezat. Bukan terasa mie biasa malah terasa spaghetti di mulut Aulia.

"Sorry," Agil menghentikan aktivitas menyuapnya.

"Ha?"

"Buat nasi goreng di rumah Laras, soalnya gue nggak mau mereka tau soal ini,"

"Kenapa mesti malu sih? Gue malahan suka liat cowok jago masak,"

"Nggak ah, biar calon gue aja yang boleh rasain masakan gue." Aulia batuk mendengarnya. "Minum, minum." Agil menyerahkan segelas air putih.

"Lo apaan sih!" kesal Aulia.

"Dih, kenapa? Gue nggak nyebut nama lu kok!" balas Agil tertawa melihat reaksi yang diberikan Aulia. "Emang lo yang mau?" tanya Agil.

"Dih apaan sih, buruan makan ntar telat!" Aulia jadi salah tingkah, memakan mienya dengan cepat.

"Jangan kasih tau mereka, gue nggak suka."

"Kenapa?"

"Nggak suka aja," Aulia mengangguk.

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang