DuaBelas

22 6 1
                                    

Aulia melihat lagi ponselnya untuk kesekian kali. Tadi ia sudah memesan ojek untuk mengantarnya pulang. Kelas sudah bubar lima menit yang lalu dan sekarang hanya dia sendiri yang menunggu di halte.

Teman-temannya sudah pulang, Laras memang menawarinya untuk pulang bersama tapi Aulia menolak. Mereka memang searah tapi rumah Laras di kompleks yang berbeda, itu artinya Laras harus putar balik jika ingin mengantarnya. Aulia tidak mau terus merepotkan. Jika harus menunggu Wildan mungkin akan satu jam ia menunggu disini. Jam tiga begini mahluk itu pasti masih tertidur.

Nasibnya menjadi kakak harus mengalah untuk Wildan. Dirumah hanya ada satu motor dan dua mobil. Satu mobil dipakai untuk papa dan mama dan satunya terbengkalai dirumah tak dipakai. Wildan tidak ingin naik mobil ke sekolah. Apalagi Aulia, wanita itu mana tahu menyetir.

Ojek yang ditunggunya datang.

"Ke jalan Empati blok A," katanya lalu naik.

"Bisa mampir ke toko bentar nggak mas?" tanya Aulia ditengah perjalanan.

"Baru pulang sekolah ya neng?" tanya si driver gojek.

"Bukan mas, habis kerja!"

"Kerja kok pake baju sekolah?"

"Lagian mas aneh-aneh aja, ya pasti lah pulang sekolah. Inikan jam pulangnya, pake baju sekolah pula," kesal Aulia. Udah tau lapar pake ditanya lagi.

"Maaf neng, maaf."

Mereka turun di warung pak Rudi. Warung nasi goreng kesukaannya Aulia. Dari dulu tidak ada tandingannya masakan pak Rudi satu ini. Lagi pula ini juga warung Danial teman seangkatannya, cuma beda kelas saja.

Tempatnya memang tidak terlalu besar. Hanya ada satu gerobak dan dua kursi panjang yang di taruh bersebrangan. Tempatnya juga adem. Pak Rudi memilih tepat dibawah pohon besar jadi tidak terkena panas.

"Pak Rudi, Danial mana?" tanya Aulia duduk di kursi pelanggan. Menyimpan tasnya dimeja sambil mengamati pak Rudi yang sibuk membuat kopi untuk pelanggan di sebrang Aulia.

"Lagi sibuk, mau pesan apa, Aulia?" tanya pak Rudi menghentikan aktivitasnya beralih menatap Aulia tersenyum hangat.

"Nasi goreng aja pak, mas mau nasi goreng?" tanya Aulia pada Abang gojek yang duduk disebelahnya.

"Boleh,"

"Oke, nasi gorengnya dua deh pak!"

Pak Rudi tersenyum. "Bikinin dulu ya,"

Pak Rudi sibuk memasak pesanannya Aulia malah sibuk memperhatikan jalan. Aulia malah tertuju pada anak SMP yang sedang berjalan untuk pulang. Aulia jadi kasihan padanya. Di terik panas begini harus berjalan kaki untuk pulang.

Aulia jadi teringat padanya kalau Wildan lupa untuk menjemputnya. Rasanya Aulia sudah tahu, akhirnya Aulia memanggil anak tadi untuk istirahat sejenak.

"Baru pulang sekolah, ya?" tanya Aulia, anak tadi kini duduk disebelahnya dengan wajah yang memerah karna panas.

"Iya kak, tadi ada kelas tambahan," jawabnya jujur.

"Kamu mau pesan nasi? Atau es?" anak tadi mengangguk cepat. Aulia tersenyum anak ini manis sekali, pasti orang tuanya juga begitu. Aulia segera memesan satu porsi tambahan dan es teh untuknya.

"Kamu tinggal dimana?" Aulia tersenyum sambil membantunya melepas tas dari punggungnya.

"Jalan Empati blok C,"

"Deket dong, sekalian sama kakak ya?"

"Oke kak," jawabnya senang. Udah cantik baik pula. Sangat cocok untuk kakaknya. Bahkan jika iya dia akan sangat setuju.

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang