TigaPuluhDua

43 4 0
                                    

Aulia terkejut saat membuka pintu terdapat wajah tak asing sedang berdiri disana. Gadis itu sampai harus memegang dadanya karna terkejut.

Sedetik kemudian gadis itu merasa sangat benci menatap senyum penuh menjengkelkan itu. Aulia membuka satu pintu dengan lebar.

"Assalamualaikum," sapa Agil.

"Lo ngagetin aja deh, pagi pagi buta ngetuk pintu rumah orang." Aulia berjalan menghampiri Agil.

"Berangkat bareng gue aja,"

"Kemana?"

"Sekolah lah masa iya ke KUA."

"Tumben banget," sinis Aulia. Tidak seperti biasanya Agil yang tidak ingin menjemputnya kenapa malah datang pagi dan menawarkan diri.

"Demi lo ini gue bangun pagi."

"Ha?" Aulia menatap Agil dengan heran. Dia tidak meminta pria ini datang kerumahnya.

"Ulangan, lo takut telat kan makanya gue bangun pagi, buruan otak lo lemot banget sih!" kesal Agil mendorong tubuh Aulia untuk masuk dan segera berkemas.

Gadis yang masih menggunakan piyama itu akhirnya menurut dan masuk. Pergi mandi dan akan bersiap pergi sekolah.

Sambil menunggu Agil hanya duduk di kursi sambil bersandar.

"Lama banget sih." sindir Agil melihat di tangannya jam sudah pukul enam pagi.

"Bawel banget sih," kesalnya sambil mengencangkan tali sepatu miliknya.

"Udah ayo."

***


"Loh mampir lagi, ngapain?" tanya Aulia heran.

"Makan, kalo perut gue kosong otak gue juga ikut kosong." Agil duduk sambil memesan bubur ayam dua porsi, untuknya dan untuk Aulia.

Setelah sampai pria itu lansung melahap buburnya tanpa menoleh kembali pada Aulia. Gadis disebelahnya menatap dengan penuh tanda tanya, entah setan apa lagi yang tengah masuk ke dalam tubuhnya itu. Tidak ingin banyak berfikir Aulia akhirnya ikut makan dengan tenang.

"Mata lo bengkak, habis bergadang?"

"Menurut lo?"

"Iya kali," jawab Agil mengangkat bahu.

"Udah tau ngapain nanya." kesal Aulia.

"Ribet banget sih lo," decak Agil ikutan kesal. "Tinggal jawab aja apa susahnya sih,"

"Lo udah tau ngapain gue jawab." Aulia masih sewot.

"Setidaknya lo jawab kek, jadinya ada juga bahan obrolan."

"Basa basi lo basi, pertanyaan yang udah tau jawabannya aja masih ditanyain."

"Lah sewot lo!"

"Lo dulu yang ngeselin."

Agil menarik nafasnya sabar. Akhir-akhir ini Aulia menjadi ikut menyebalkan sama seperti ketiga temannya.

"Nilai cuma angka," ujar Agil.

"Emang iya," jawab Aulia. "Gue belajar bukan buat nilai. Tapi ini tangung jawab gue. Misal, lo di kasih pr tapi lo nggak kerjain. Itu artinya lo melalaikan tangung jawab lo sebagai murid. Emang sih bonusnya nilai, tapi kepercayaan guru bisa ilang sama lo,"

"Hubungannya sama ulangan?"

"Lo diberi amanah buat ngerjain tugas yang diberikan sesuai kemampuan. Gue belajar karna gue nggak tau apa isi tugas yang di kasih, kalo gue belajar setidaknya gue ngejalanin tanggung jawab gue sebagai murid,"

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang