TigaBelas

20 6 0
                                    

Aulia dan Laras kini berada di tepi pantai menyusuri pasir dengan kaki telanjang. Menikmati udara senja dengan angin yang sepoi-sepoi meniup rambutnya hingga kebelakang. Aulia menarik nafas dan menutup mata seolah menikmati udara sore. Motor yang mereka naiki sudah terparkir di jalan bebatuan kecil.

Pantai ini sepi, entah karna apa. Mungkin karna tidak ada pesona lainnya selain ombak. Karna disini sudah jarang dan tidak terurus lagi. Disana ada pondok kecil yang menjadi tempat tinggal orang. Tapi, semenjak lima bulan yang lalu pondok itu sudah tidak dihuni lagi.

Laras hanya tersenyum melihat Aulia yang menikmatinya dengan baju seragam yang masih melekat. Tadinya mereka ingin ke rumah Laras untuk mandi dan mengganti baju. Aulia menolak malas untuk mandi sore.

"Au, gue boleh nanya?" Laras menyelipkan rambutnya ke daun telinganya seraya menatap Aulia.

Aulia membuka matanya balas menatap Laras. "Nanya apa?"

"Lo beneran pacaran sama Agil?" pertanyaan itu membuat Aulia tertawa.

"Nggak tau deh. Lo tau sendiri Agil orangnya," Laras balik tertawa.

Benar juga siapa juga yang mau berhubungan dengan buaya itu. Laras hanya khawatir sahabatnya ini di ganggu dan tersakiti.

"Lo masih nggak mau pulang?" tanya Laras. Aulia menggeleng.

Laras memilih duduk di atas pasir sambil mengamati ombak yang kadang surut dan pasang itu. Aulia lebih memilih berlari mengikuti arah ombak. Ombak surut ia berlari mengejarnya tapi jika ombak pasang gilirannya berlari dengan tawa. Melihat tawa Aulia yang nampak asyik Laras malah ikut berlari juga. Mereka berdua tertawa gembira bermain bersama ombak tanpa sadar waktu sudah hampir malam.

"Kemalaman Au! Ayo pulang!" Laras menarik tangan Aulia menjauh dari sana.

***

Saat mereka sampai kedua temannya sudah menunggu didepan rumah dengan wajah masam karna menunggu lama. Laras lupa sudah menghubungi temannya sejak jam empat lalu, karna keasyikan bermain sampai lupa temannya menunggu hampir dua jam.

Saat mereka turun sudah di suguhi dengan Ega yang berkacak pinggang dan wajah garang.

Orang tua Laras sering ke dinas dan sering keluar kota urusan kerja jadi Laras banyak menghabiskan waktu sendiri atau kadang hanya Aulia yang menemani.

"Lo berdua dari mana sih?" Ega menatap kedua temannya bergantian.

"Udah kenapa sih Ga. Gue laper nih!" Amel berkomentar. "Buka, Ras. Dua jam nunggu kayak orang minta makan!"

"Iya, iya sorry." Laras merogoh kunci rumah lalu membukanya.

Keempatnya masuk dihiasi suara kelelahan dari keempatnya. Mereka berbaring dilantai dengan posisi melintang. Yang satu kemana dan yang lain kemana. Hanya Aulia yang memilih berbaring di sofa panjang milik Laras.

"Pesan makanan dong!" Amel berseru sambil menjadikan tangannya bantal.

"Iya nih, gue juga kelaperan!"

"Telpon Agil dong Au, minta beliin sama dia!"

"Ih, ogah." Aulia lansung duduk. "Mending masak aja," sarannya.

"Emang yang mau masak siapa? Lo?" Laras mengomel. "Udah cepet telpon."

Laras merebut ponsel Aulia lalu menelfon nomer Agil. Aulia berharap nomer itu sedang tidak aktif dan dugaannya salah nomer itu aktif dan diangkat.

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang