EnamPuluhTiga

3 3 0
                                    

Aulia duduk sendirian, memilih tempat duduk di luar untuk mengamati sekitar dan menghirup udara segar. Kopi pesanannya datang dan dia segera meminumnya, kopi latte memang sangat enak di nikmati waktu sore. Sesekali Aulia melirik ke jalan raya, memandangi suasana jalan yang lalu lalang. Sudah berapa lama rasanya dia tidak merasakan suasana begini. Dia kembali melirik jam, sudah lima belas menit dia duduk di sana dengan sisa kopi hampir setengah, tidak bosan dihirup sambil melihat sekeliling. Ada yang sibuk dengan laptop, ada yang tengah bekerja, ada yang hanya diam duduk seperti dirinya. Dia suka seperti ini, hanya mengamati seperti seorang pemeran utama yang mengamati tokoh-tokoh dengan aktivitasnya. Disebut pemeran utama atau penulisnya, begitulah.

Dia kembali memandangi jalanan, hari makin sore. Terlihat ada seorang wanita tua yang hendak menyeberang jalan, disebelahnya ada pria muda yang membantunya sembari mengarahkan jalan, dengan hati-hati pria muda berjalan mengiringi dengan langkah kecil, menyeimbangi jalan si wanita tua. Pria itu sesekali melambai pelan menyuruh pengendara lain untuk memelankan laju kendaraan. Sangat hati-hati dan mereka sampai di ujung jalan. Aulia masih memandang, matanya tidak lepas dari kedua orang tadi. Pria muda membungkuk, melepaskan genggamannya tangannya dan izin untuk pergi. Sang wanita juga tidak henti berucap terimakasih sambil terus mengatakan pria tampan yang baik.

Aulia tersenyum kecut, pria tadi berjalan ke arahnya dengan senyum lebar, Aulia mengangguk mengizinkan pria tadi untuk duduk di depannya. Tidak bisa mengelak memang pria ini yang di tunggunya. Beberapa menit ia toleransi karna kebaikannya menolong wanita paruh baya yang ingin menyeberang. Pria tadi terlihat canggung, dia kemudian memesan minuman terlebih dulu, Aulia mengangguk menyuruhnya untuk minum setelah perjalanan yang cukup jauh, mungkin.

"Apa kabar?" tanya pria setelah memesan dan kembali ke tempat duduknya.

Aulia sebenarnya tidak suka berbasa-basi seperti ini, terdengarnya seperti lama tidak berjumpa atau baru pertama kali bertemu setelah sekian lama. Seperti kencan pertama setelah melalui kisah virtual. Semacam itu terlihat awkward. Aulia tidak suka suasana begini, rasanya aneh dan menyebalkan. Tapi, selain dari kata-kata itu apa yang harus dikatakan? Apa kesan pertama yang harus dilakukan untuk memulai?

Aulia mengangguk pelan, "Baik, apa kabar juga?" tidak adil rasanya jika tidak menanyakan balik. Pria di depannya masih terlihat gugup, bingung dan rasanya bercampur aduk. Kata apa yang harus dia ucapkan setelah kata baik? Lalu apa yang harus mereka bahas? Pertemuan ini sangat-sangat tidak terduga, namun juga dia suka.

"Ya, gitu deh." jawab pria itu, hanya itu jawabannya. Aulia terlihat bingung harus menjawab apa, jawaban apa yang diberikan terlihat seperti kata akhiran, sudah diujung. Ini bukan sebuah pesan yang bisa dibalas dengan stiker atau hanya dilihat, di depannya ini manusia dan butuh jawaban lain. Aulia mengangguk lagi, seperti terlihat dari keadaan dan bentuknya memang terlihat begitu, ya begitu. Tidak baik, tidak buruk, ya begitulah.

Pria di depannya makin terlihat grogi, bingung harus bereaksi apa lagi, kalau ini sebuah pesan sudah pasti hanya dilihat, tidak di jawab atau di tanggapi sama sekali. Perasaannya semakin aneh, dia meminum pesanan yang baru datang menghilangkan rasa ketidakpercayaan diri, baru pertama kalinya dia merasa seperti ini. Di posisi sedang berada di ujung jalan buntu.

***

Agil merebahkan diri di atas kasur, menatap langit-langit kamarnya yang polos. Matanya sama sekali tidak mau terpejam, sudah berapa kali dia memaksa diri untuk tidur di siang bolong tetap sama seluruh tubuhnya memaksa untuk tetap beraktivitas. Beberapa lagu yang terputar dari ponselnya terus berputar. Hanya ada beberapa lagu yang masuk ke dalam list favoritnya, sudah ketiga kalinya lagu itu berputar. Dia memiliki selera musik yang sedikit. Agil hanya menyukai musik dari musiknya. Maksudnya dia hanya menyukai lagu jika suara orang yang bernyanyi masuk ke dalam musiknya. Itulah sebabnya kenapa list lagunya sedikit.

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang