TigaPuluhLima

22 3 0
                                    

Aulia mengecek kembali ponselnya. Tidak ada notifikasi masuk, tiba-tiba terdengar suara derum motor mendekat. Orang yang dicarinya tiba dengan dandanan rapi dan seperti biasa dengan raut wajah yang menyebalkan. Untung saja pria itu cepat datang jika tidak bisa saja Aulia berubah pikiran. Aulia kini memakai dress sesuai request dari Agil katanya mereka ingin ketempat spesial entah tempat apa Aulia juga tidak tahu.

Tahu sendiri Aulia tidak suka menunggu terlalu lama, berhubungan dandanan yang rapi dan sangat berlebihan hanya untuk jalan berdua ini, Aulia merasa sia-sia dua jam-nya jika di batalkan. Tidak apalah menunggu sebentar.

"Lama banget sih." kesal Aulia naik ke atas motor.

"Telat lima menit aja di bilang lama, gimana kalo sejam?"

"Kalo sejam bisa berubah lagi pikiran gue, emang mau kemana sih?"

"Ngedate."

"Ha?"

Agil tidak menjawab, pria itu terus menjalankan motornya. Aulia hanya bisa diam sembari memperhatikan jalan yang dirasanya asing. Setelah hampir tiga puluh menit mereka menempuh perjalanan motor itu terhenti di sebuah taman tepat di depan sebuah museum. Ada sebuah taman di depan museum. Tidak terlalu dekat ada jarak antara keduanya, jika dilihat dari jauh terlihat dekat seperti menyatu.

Aulia menutup mulut saking terpesona dengan keindahan di depannya. Taman itu begitu cantik, Aulia belum pernah melihat taman di depan museum ini, sepertinya taman ini baru. Gadis itu menatap pria di sebelahnya. Agil dapat melihat bahwa Aulia menyukainya. Cukup mudah membuat Aulia bahagia, hal-hal sederhana seperti ini sudah bisa membuatnya terpukau. Itu juga salah satu alasan membawanya kemari.

Agil ikut tersenyum. "Indah, kan?"

Aulia mengangguk. "Kaya lo."

"Apa?" gadis itu kembali menoleh pada Agil karna tidak mendengar ucapan pria di sebelahnya.

Agil menunjuk kembang api yang terlihat indah di atas. Beberapa bunyi kembang api dinyalakan membuat suasana malam di sana makin menyenangkan. Agil juga baru tahu tempat ini dari Mario dan malam ini juga peresmian taman ini dibuka untuk umum, itu sebabnya ia mengajak Aulia.

Mata Aulia berbinar menatap warna kembang api yang begitu banyak, tanpa banyak bicara gadis itu mengambil ponsel dari dalam tas dan mengabadikan momen yang tidak akan ia lupakan sama sekali. Sedangkan Agil memilih mengabadikan momen ini hanya dari ingatan. Mereka memiliki selera yang berbeda soal ini. Aulia bilang jika hanya dari ingatan bisa saja terlupakan, namun Agil selalu berkata apa yang diingatnya tidak akan ia lupakan.

Menyimpan kenangan dalam ingatan jauh lebih menyenangkan ketimbang harus diabadikan dalam bentuk foto. Waktu yang kita habiskan hanya terfokus pada saat memotret, dalam waktu mengambil foto banyak momen yang terlewatkan dan terbuang begitu saja. Aulia tidak begitu, menurutnya saat kembali melihat foto kita bisa merasakan kenangan itu kembali. Perbedaan itu cukup membuat mereka menjadi dekat, mereka sama-sama mengabadikan dalam bentuk versi mereka sendiri.

"Gil." pria itu menoleh.

"Gue malu tahu, diliatin banyak orang." Aulia memperhatikan sekitar, orang-orang mungkin mengira dirinya aneh, hanya untuk ketempat ini dandanannya begitu menor dan sedikit berlebihan sampai harus menggunakan dress.

"Berhenti mikirin apa yang orang lain pikir." Agil memegang tangan Aulia.

"Karna ini tentang gue dan lo." Agil kembali memandangi kembang api yang terus keluar dan meledak ke atas.

Lagi-lagi Aulia tersenyum, gadis itu membalas menggenggam tangan Agil dengan kencang. Mereka berjalan tanpa memperdulikan orang lain, menikmati suasana dengan nyaman. Mereka benar-benar larut dalam cinta yang sama. Hanya fokus pada mereka berdua seperti kata Agil, hidup jauh lebih tenang jika hanya memikirkan tentang diri, daripada selalu merasa tidak nyaman dengan apa yang orang lain katakan, sedangkan orang lain saja tidak tahu tentang kehidupan mereka.

Agil merogoh ponselnya yang terus bergetar. Ia mengangkat telepon dari nomor tidak di kenal. Aulia hanya memperhatikan Agil sambil memakan jajanan yang di belinya, tidak ingin terlalu mencampuri jika Agil tidak mengizinkannya untuk tahu. Aulia menghargai tentang privasi, Agil juga begitu mereka memiliki batas yang tidak boleh dilewati, kecuali atas seizin mereka memberikannya. Aulia jadi teringat dengan mamang telur gulung tadi yang bertanya pada Agil saat mereka membeli, untung saja hanya mereka berdua pembeli yang tersisa.

"Wah, mas sama mba nya habis dari mana?"

"Nggak dari mana-mana, mang." Agil mengambil telur gulung yang sudah jadi, memasukkannya ke dalam kantong plastik dan memberinya saos.

"Kayaknya acara spesial, ya?"

"Setiap hari spesial, mang. Kalo sama pacar saya."

"Masnya bucin sekali." Aulia sendiri sudah menahan malu sedangkan Agil hanya tersenyum.

Aulia menoleh pada Agil karna pria itu sedikit menaikkan suaranya. Aulia berdiri ketika nama bunda di sebut. Setelah mematikan panggilan Agil menatap wajah Aulia dengan raut menyesal. Malam yang seharusnya terasa spesial seperti baru jadian harus seperti ini.

"Maaf, ya." katanya sambil memegang kedua tangan Aulia.

"Kenapa?"

Agil terus mengatakan maaf, wajahnya terlihat khawatir dan menyesal terlihat dari wajahnya dia tidak ingin pergi dan meninggalkan Aulia sendiri, dia ingin lebih lama lagi bersama Aulia. Menghabiskan waktu dengan suasana yang baik. Setiap hari mereka selalu bertengkar dan membesarkan masalah sepele. Pacaran yang tidak ada rasa romantis, setelah sekian lama Aulia akhirnya bisa membuka hati untuk Agil. Seharusnya ini menjadi momen yang paling indah.

"Iya. Lo bisa jelasin dulu nggak, ada apa?"

"Bunda kecelakaan, gue anter lo pulang, ya?"

Aulia menggeleng. "Lo pergi aja, gue bisa pesan gojek. Agil masih mematung. "Udah, sana." usirnya sambil mendorong tubuh Agil agar ia mau bergerak. Kakinya masih terasa berat untuk melangkah.

"Cepet, Gil. Bunda butuh lo!" teriaknya karna Agil masih belum menghidupkan mesin motornya.

"Maafin, gue." Agil menjalankan motornya dan pergi dari sana.

Aulia menatap motor Agil semakin menjauh, dia melambai pelan dan tersenyum. Aulia tidak boleh egois, selama mereka menjalin hubungan, sama sekali tidak ada yang romantis, dari awal hingga sampai akhirnya mereka berdua jatuh dalam cinta yang sama tidak ada yang seperti ini. Aulia tahu tentang perasaan Agil, bagaimanpun bunda tetap yang terpenting. Masih ada hari lain untuk mereka menghabiskan waktu bersama. Meskipun kebanyakan mereka datang ketika membutuhkan saja.

Aulia sudah mengatakan dan mereka sepakat untuk tidak menganggu waktu masing-masing, jangan terlalu menghabiskan waktu hanya untuk berdua dan melupakan banyak hal. Agil sibuk bekerja dan Aulia sibuk dengan dunianya sendiri, ketika ada waktu luang barulah mereka akan mencari satu sama lain. Dan itu cukup untuk mereka.

Cukup lama Aulia duduk parkiran sendirian memandang orang-orang yang menikmati waktunya di taman, sebelum akhirnya dia ingin memesan taxi untuk pulang. Suara motor terlihat mendekat ke arahnya, dia menoleh dan tersenyum pada orang yang sangat dikenalnya.

Mereka jalan-jalan mengelilingi taman, ada sebuah terowongan yang terlihat gelap. Setelah dimasuki ternyata terowongan itu sangat indah, didalamnya banyak foto tentang hewan-hewan yang berasal dari Indonesia, bahkan ada juga yang sudah punah. Aulia tidak tahu disebut apa tempat ini, sepertinya ini sengaja seperti sebuah museum namun tetap bisa bermain dan belajar sambil menikmati. Aulia kagum ketika lampu dihidupkan berwarna biru, suasananya lebih terlihat seperti dunia dongeng. Di dinding terdapat foto, di atasnya tergantung berbagai patung burung dan sejenisnya.

Di tepi-tepi ada sebuah air yang mengalir dan terdapat berbagai patung hewan lainnya. Tempat ini didesain sangat cantik. Apalagi ada patung merak yang seolah bergerak dan hidup.

"Dari mana lo tau, tempat ini kak?" tanya Aulia menatap Mario, terlalu fokus sampai lupa pada orang yang sedari tadi asik menemaninya.

"Biasalah, gue kan tahu semua." kata Mario masih sibuk menatap sekitar, benar-benar tempat yang memukau.

Aulia meminta Mario untuk memotret dirinya sebagai moment yang menyenangkan. Tidak sia-sia Agil membayarnya untuk menemani Aulia berkeliling menyusuri tempat ini. Aulia terlihat menikmati indahnya suasana disini. Mario hanya memantau Aulia dari belakang sembari Aulia bermain dan melihat-lihat, Mario tersenyum menatapnya, Aulia masih sama. Masih seperti anak kecil yang mudah sekali untuk membuatnya bahagia.

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang