TigaPuluhSatu

22 4 0
                                    

Agil tersenyum menghampiri pacarnya yang berguna, meskipun sedikit. Iya, Aulia sembilan puluh sembilan lainnya pacar Agil itu tidak berguna menurutnya. Meskipun guna Aulia sedikit Agil menyayangi pacarnya itu.

"Buaya mendekat." ujar Amel melihat Agil mulai mendekati mereka.

Agil duduk di kursi depan Aulia. Entah apa yang ingin dilakukan pria ini pada Aulia ia hanya bisa pasrah saja.

"Cantik lo, Ras." puji Agil melihat Laras yang menggunakan bedak dan Liptin. Terlihat tampak berbeda.

"Astaga, buaya ini!" kesal Ega.

"Cantik 'kan Au?" Agil menatap Aulia.

"Gak kemakan ya Gil omongan buaya lo." seru Laras menatap jijik Agil. Bisa-bisanya menggombal dirinya.

Aulia menatap malas laki-laki di depannya. "Emang cantik." jawab Aulia penuh penekanan.

"Ras, lo aja deh jadi pacar gue." Agil memutar badan menghadap Laras.

"Ogah, cowok gue itu meski kayak oppa," Laras menggantungkan ucapannya, membayangkan wajah oppa yang sering di tonton nya.

"Ahn Hyo Seop, Lee Minho," seru Agil mengejek sambil memutar bola malas.

"Wih. Agil tau Drakor ya?" tanya Amel terkejut.

"Tau dong, grils! Gue jadi geng kalian aja gimana?" Agil mengubah suaranya menjadi lebih cempreng.

"Oke itu memalukan." ujar Agil tak dapat respon dari keempat wanita didepannya, malah mendapat tatapan geli dari mereka.

"Sayangku, cintaku, Aulia Putri Sadewi. Ayo kantin," ajak Agil.

"Permisi." kelimanya menoleh. "Eh, sorry gue nggak tau kalo ada Agil." Danial mundur hendak pergi.

"Nggak, Nil. Lo cari Aulia ya?" Laras mencegat tangan Danial. "Masuk aja, nggak papa ini kan kelas sebelas juga."

Aulia menatap Danial tersenyum. "Kenapa Nil?"

"Ini, gue bawain bekel dari bokap." Danial menyerahkan kotak nasi pada Aulia. "Buat Aulia katanya,"

"Makasih." Aulia menerima kotak nasi tadi dengan penuh gembira.

"Agil mana?" tanya Amel heran tersadar ternyata Agil sudah tidak ada di tempatnya.

"Itu!" Laras menunjuk lapangan. Disana sudah banyak anak yang berkerumun.

Mereka berlari, menerobos kerumunan dan mendapati dua mahluk hidup sedang beradu kekuatan. Aulia sampai membulatkan matanya lebar.

"Bangun lo!" decih Agil berdiri setelah ikut tersungkur ke lantai. Saat seperti ini Agil masih sempat-sempatnya menampakkan tampang sok gantengnya.

"Ayo bangun, udah gede masih letoy!" ujar Agil berirama.

"Gue masih ganteng kan? Oh masih," jawabnya bermonolog.

"Bangun Yo." kesalnya karna sang lawan masih berbaring di lantai dengan nafas terengah-engah.

Ya, lawannya tadi adalah Mario. Tiada angin, tiada petir, tiada hujan Agil datang tiba-tiba saja lansung memukul rahang Mario dengan sangat keras dan terjadinya aksi baku hantam antar mereka.

"Sialan lo Gil!" maki Mario berusaha bangkit sambil memegang dadanya yang terasa sakit.

"Crush lo Mel!" teriak Laras, sontak wanita itu menarik tangan Mario dan menjauh dari kerumunan.

"Bubar bubar pertunjukan topeng monyet udah selesai!" usir Ega sambil menyuruh anak-anak yang lain masuk, takut pak Harto tiba-tiba datang.

Aulia menarik tangan Agil menjauh dari sana pergi ke UKS.

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang